18 b.  Perilaku  tujuan  yang  akan  dimodelkan
Setelah  memahami  karakteristik  konseli,  hal  kedua  yang  harus dipertimbangkan  dan  ditetapkan  konselor  adalah  perilaku  yang  akan
dimodelkan. c.  Media
Media  merupakan  sarana  yang  dapat  digunakan  umtuk  menampilkan suatu  model.Media  ini  dapat  berupa  media  tulis  seperti  buku  dan
komik,  serta  media  audio  video.  Pemilihan  media  ini  bergantung pada tempat,  dengan  siapa  dan bagaimana  model  itu  akan digunakan.
Berdasarkan  uraian  dari  unsur-unsur  strategi  modeling  simbolis tersebut  peneliti  dapat  menyimpulkan  bahwa  jenis  strategi  modeling  yang
akan  digunakan  peneliti  dalam  penelitian  ini  sangat  sesuai  dengan  apa yang  terjadi  di  lapangan  yaitu  mulai  dari  karakteristik  siswa  yang  memiliki
komunikasi  interpersonal  rendah  dan  ketersedian  media  yang  dimiliki peneliti  maupun  yang  terdapat di  sekolah.
4. Tahapan  dan  Langkah  Pelaksanaan Strategi Modeling
Berikut  tahapan  dan  langkah  belajar  melalui  strategi  modeling  yang dideskripsikan  oleh  Woolfolk  dalam  Muchamad  Nursalim,  2013:  122:
Flowchart Strategi  Modeling Model   a. Tahap  Atensi   b. Tahap  Retensi  c. Tahap
Reproduksi
d. Tahap  Motivasi
19 a.  Tahap  Perhatian  Atensi
Dalam  belajar  melalui  strategi  modeling,  seseorang  harus  memberi perhatian  atau  atensi  pada  suatu  model.Hal  ini  sesuai  dengan  pendapat
Gredler  dalam  Muchamad  Nursalim,  2013:  122  yang  menyatakan bahwa  perilaku  yang  baru  tidak  bisa  diperoleh  kecuali  jika  perilaku
tersebut  diperhatikan  dan  dipersepsi  secara  cermat.  Pada  dasarnya proses  perhatian  ini  dipengaruhi  oleh  berbagai  faktor,  antara  lain  ciri-
ciri  dari  perilaku  yang  diamati  dan  ciri-ciri  dari  pengamat.  Ciri-ciri perilaku  yang  mempengaruhi  atensi  adalah  kompleksitasnya  dan
relevansinya.  Sedangkan  ciri  pengamatan  yang  berpengaruh  pada proses  atensi  adalah  keterampilan  mengamati,  motivasi,  pengalaman
sebelumnya  dan  kapasitas  sensori. b.  Tahap  Retensi
Belajar melalui
pengamatan terjadi
berdasarkan kontinuitas.Dua
kejadian  yang  diperlukan  terjadi  berulang  kali  adalah  perhatian  pada penampilan  model  dan  penyajian  simbolis  dari  penampilan  itu  dalam
memori  jangka  panjang.Jadi  untuk  dapat  meniru  perilaku  suatu  model, seseorang  harus  mengingat  perilaku  yang  diamati.  Menurut  Bandura
dalam  Muchamad  Nursalim,  2013:  122  peranan  kata-kata,  nama  atau bayangan
yang kuat
dikaitkan dengan
kegiatan-kegiatan yang
dimodelkan  sangat  penting  dalam  mempelajari  dan  mengingat  perilaku. Pada  dasarnya  dalam  tahap  ini,  terjadi  pengkodean  perilaku  secara
simbolis  menjadi  kode-kode  visual  dan  verbal  serta  penyimpangan
20 kode-kode  tersebut  dalam  memori  jangka  panjang.  Sehingga  pada  tahap
ini  terjadi  proses  kognitif  dari  pengamat  untuk  memperoleh  gambaran perilaku  yang  diamati.
c.  Tahap  Reproduksi Pada  tahap  ini  model  dapat  melihat  apakah  komponen-komponen  suatu
urutan perilaku
telah dikuasai
pengamat.Agar seseorang
dapat mereproduksi  perilaku  model  dengan  lancer  dan  mahir,  diperlukan
latihan  berulang  kali,  dan  umpan  balik  terhadap  perilaku  yang  ditiru. Umpan  balik  sesegera  mungkin  terhadap  aspek-aspek  yang  salah
menghindarkan  perilaku  keliru  tersebut  berkembang  menjadi  kebiasaan yang  tak diinginkan
d.  Tahap  Motivasi Penguatan  memengang  penting  peranan  dalam  pembelajaran  melalui
pengamatan.  Apabila  seseorang  memperoleh  penguatan  pada  saat meniru  tindakan  suatu  model,  maka  ia  akan  lebih  termotivasi  untuk
menaruh  perhatian,  mengingat  dan  mereproduksi  perilaku  tersebut.  Di samping  itu,  penguatan  penting  dalam  mempertahankan  pembelajaran.
Penjelasan  lain  dikemukakan  oleh  Gantina  Komalasari  2011:  179 yang  menyatakan  tahapan  dan  langkah  dalam  pelaksanaan  strategi
modeling  adalah  menetapkan  bentuk  penokohan  live  model,  symbolic model,  multiple  model.Pada  live  model,  pilih  model  yang  bersahabat  atau
teman  sebaya  yang  memiliki  kesamaan  seperti  usia,  status  ekonomi,  dan penampilan
fisik, apabila  memungkinkan  gunakan  lebih  dari  satu
21 model.Kompleksitas  perilaku  yang  dimodelkan  harus  sesuai  dengan
tingkat  perilaku  konseli  kemudian  kombinasikan  konseling  dengan  aturan, interuksi,
behavior rehearsal,
dan penguatan.Pada
saat konseli
memperhatikan  penampilan  tokoh,  berikan  penguatan  alamiah,  apabila memungkinkan  buat  desain  pelatihan  untuk  konseli  menirukan  model
secara  tepat,  sehingga  akan  mengarahkan  konseli  pada  penguatan  alamiah namun,  apabila  tidak  memungkinkan,  maka  buat  perencanaan  pemberian
penguatan  untuk  setiap  peniruan  tingkah  laku  yang  tepat.Apabila  perilaku kompleks,  maka  episode  modeling  dilakukan  mulai  dari  yang  paling
mudah  ke  yang  paling  sukar.Skenario  modeling  harus  dibuat  realistik, sehingga  dalam  melakukan  pemodelan  dimana  tokoh  menunjukan  perilaku
yang  menimbulakan  rasa takut  bagi  konseli. Berdasarkan  pendapat  dari  para  ahli  tersebut  dapat  disimpulkan
bahwa  tahapan  dan  langkah  pelaksanaan  strategi  modeling  yang dilaksanakan  dalam  penelitian  ini  dengan  penggunaan  strategi  modeling
simbolis  yang  mengacu  pada  pendapat  ahli  adalah  pada  tahapan  rasionel, yaitu  konselor  memberikan  penjelasan  singkat  tentang  tujuan,  prosedur,
dan komponen-komponen
strategi modeling
simbolis yang
akan digunakan.  Kedua  pada  tahap  pemberian  contoh,  yaitu  konselor
memberikan  contoh  kepada  konseli  berupa  model  yang  akan  disajikan dalam  bentuk  video  atau  media  lainnya.  Ketiga  tahap  praktik  atau  latihan,
yaitu  konseli  akan  diminta  untuk  mempraktikan  setalah  memahami perilaku  model  yang  telah  disaksikan.  Keempat  pekerjaan  rumah,  yaitu
22 konselor  memberikan  pekerjaan  rumah  kepada  konseli  yang  berisi  tentang
6  komponen  yang  berupa  apa  yang  akan  dikerjakan  oleh  konseli,  kapan perilaku  itu  harus  dilakukan,  dimana  tingkah  laku  tersebut  dilakukan,
dimana  tingkah  laku  tersebut  dilakukan,  bagaimana  mencatat  tingkah  laku tersebut.  Terakhir  tahap  evaluasi,  konselor  bersama  dengan  konseli
mengevaluasi  apa  saja  yang  telah  dilakukan,  serta  kemajuan  apa  saja  yang telah  dirasakan  konseli  selama  proses konseling.
5. Kelebihan  dan  Kekurangan  Strategi  Modeling