Pengukuran Kepuasan Kerja Deskripsi Teori 1. Tinjauan Manajemen Sumber Daya Manusia

6 Turnover. Perputaran sangat penting bagi manajer karena mengganggu kontinuitas organisasi. Dengan kekuatan tertentu, manajer disarankan untuk mengurangi perputaran dengan meningkatkan kepuasan kerja pekerja. 7 Perasaan stres. Stres dapat berpengaruh sangat negatif terhadap perilaku organisasi dan kesehatan individu. Stres secara positif berhubungan dengan kemangkiran, perputaran, sakit jantung koroner, dan pemeriksaan virus. Diharapkan manajer berusaha mengurangi dampak negatif stres dengan memperbaiki kepuasan kerja. 8 Prestasi kerja. Ada yang menyatakan bahwa kepuasan memengaruhi prestasi kerja lebih tinggi, sedangkan lainnya berpendapat bahwa prestasi kerja memengaruhi kepuasan. Sementara itu Sondang P. Siagian 2011: 295 menjelaskan korelasi kepuasan kerja antara lain: 1 Kepuasan kerja dan prestasi 2 Kepuasan kerja dan kemangkiran 3 Kepuasan kerja dan keinginan pindah 4 Kepuasan kerja dan usia 5 Kepuasan kerja dan tingkat jabatan 6 Kepuasan kerja dan besar kecilnya organisasi Kepuasan kerja tidak selalu menjadi faktor motivasional yang kuat untuk berprestasi. Seorang karyawan yang puas belum tentu terdorong untuk berprestasi karena “kepuasannya” tidak terletak pada motivasinya, akan tetapi dapat terletak pada faktor-faktor lain, misalnya pada imbalan yang diperolehnya. Dapat pula terjadi bahwa seseorang merasa puas terhadap pekerjannya karena orang tersebut menyadari bahwa apa yang dicapainya sudah maksimal. Dalam situasi demikian karyawan berusaha untuk berprestasi sebaik mungkin. Berdasarkan berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ahli serta pengalaman banyak organisasi terlihat bahwa terdapat korelasi kuat antara kepuasan kerja dengan tingkat kemangkiran. Karyawan yang tinggi tingkat kepuasan kerjanya akan rendah tingkat kemangkirannya. Sebaliknya karyawan yang rendah tingkat kepuasannya akan cenderung tinggi tingkat kemangkirannya. Tidak dapat disangkal bahwa salah satu faktor penyebab timbulnya keinginan pindah kerja adalah ketidakpuasan pada tempat bekerja sekarang. Penyebab ketidakpuasan kerja beraneka ragam seperti penghasilan yang dirasa kurang memadai, kondisi kerja yang kurang memuaskan, hubungan yang tidak serasi dengan atasan maupun bawahan, dan pekerja yang tidak sesuai. Kecenderungan yang sering terlihat adalah bahwa semakin lanjut usia karyawan, tingkat kepuasan kerjanya pun biasanya semakin tinggi. Sebaliknya bagi karyawan yang lebih muda usia, keinginan pindah akan lebih besar. Literatur mengenai jabatan memberi petunjuk bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang dalam suatu organisasi, pada umumnya tingkat kepuasannya pun cenderung lebih tinggi pula. Dikaitkan dengan prospek promosi yang dimaksud ialah bahwa apabila seorang yang sudah menduduki jabatan tertentu, apalagi sudah berada pada tingkat manajerial melihat bahwa masih terdapat prospek yang cerah untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi lagi, kepuasan kerjanya akan cenderung lebih besar. Besar kecilnya organisasi turut berpengaruh pada kepuasan kerja. Artinya, jika karena besarnya organisasi para karyawan “terbenam” dalam masa pekerja yang jumlahnya besar sehingga jati diri dan identitasnya menjadi kabur. Oleh karena itu organisasi yang besar perlu pengelompokan karyawan sehingga masing-masing karyawan tetap merasa mendapat perlakuan dan perhatian individual sesuai jati diri masing-masing.

f. Respon Terhadap Ketidakpuasan Kerja

Karyawan yang merasa tidak puas terhadap pekerjaan yang dimilikinya akan memiliki konsekuensi tersendiri. Konsekuensi yang dimiliki karyawan dapat bermanfaat dalam memahami ketidakpuasan. Karyawan yang mengalami ketidakpuasan dalam bekerja akan mempengaruhi aktivitas bekerja karyawan yang menyebabkan dampak buruk bagi perusahaan. Oleh sebab situasi ketidakpuasan kerja harus segera mendapat respon agar tidak mengganggu aktivitas perusahaan itu sendiri. Stephen P. Robbins 2003: 105 menjelaskan beberapa respon terhadap ketidakpuasan kerja yaitu: