Keulama’an Imam Muhammad bin Ali Al-Jawad

ayahnya, ilmu-ilmu dan pengetahuan Islam. Mereka semua lalu menjadi mata rantai yang menghubungkan antara Imam-Imam dengan umat. Dalam kitab Rijalnya, Syaikh Ath-Thusi telah menghitung sahabat- sahabat Imam Jawad a.s. serta perawi-perawinya yang mengambil ilmu, meriwayatkan hadis dan belajar dari Imam Jawad a.s. sebanyak kira-kira seratus orang perawi yang tsiqat, dua di antaranya wanita. Para ulama‟ ini telah meriwayatkan dari Imam Jawad a.s. dan menyusun kitab-kitab serta mengarang dalam berbagai bidang ilmu dan pengetahuan Islam. Mereka memperkaya bidang-bidang ilmu tersebut, menyuburkan kebangkitan pemikiran dan menanamkan pengaruh dalam madrasah Islamiyah. Di bawah ini saya sebutkan contoh sebagian dari apa yang diriwayatkan oleh para ulama‟ Rijal dan para muhaqqiq dari mereka : 1. Di antara sahabat-sahabat Imam Jawad a.s, ia adalah Ahmad bin Muhammad bin Khalid al- Barqy. Para ulama‟ rijal telah membicarakannya. Diriwayatkan bahwa dia telah mengarang banyak kitab, kemudian disebutkan sejumlah kitab dari padanya. An-Najasyi menyebutkan namanya dalam kitab Rijalnya dan menghitung kitab- kitab karangannya, yang jumlahnya lebih dari 90 buah kitab. 15 2. Ali bin Mahziyar al-Ahwazi, yang dibicarakan oleh Syaikh Ath-Thusi dengan ucapannya : “Ali bin Mahziyar al-Ahwazi, seorang yang berkedudukan tinggi, luas riwayatnya, telah menulis 13 buah kitab, 15 Syaikh Ath-Thusi, Rijal Ath-Thusi Riyadh: Dar al-Rayah, 1996, 20. seperti al-Hasan bin Sa’id, Ziyadah Kitab Huruf al-Qur‟an dan kitab al- Anbiya‟ serta ats-Tsaaraat. 16 3. Di antara mereka juga terdapat Shafwan bin Yahya, yang digambarkan oleh Syaikh Ath-Thusi dengan kata- katanya : “Orang yang paling tsiqat pada zamannya menurut para ahli hadis, dan yang paling banyak beribadah. Setiap hari dia mengerjakan shalat sebanyak 150 raka‟at, dan dalam satu tahun berpuasa 3 bulan. Dia juga mengeluarkan zakat mal dalam 1 tahun 3 kali. “Shafwan meriwayatkan hadis dari Imam Ridha dan Imam Jawad a.s dan meriwayatkan hadis 40 orang sahabat Abu Abdullah Imam Shadiq a.s.. Dia juga memiliki koleksi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada Abul Hasan Imam Musa al-Kadzim a.s. dan riwayat-riwayat yang berasal darinya. 17 4. Di antara sahabat-sahabat Imam Jawad a.s. yang lain adalah paman ayahnya, yaitu Ali bin Ja‟far al-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali bin al-Husain bin Ali bin Abi Thalib a.s. berkata al-Hafizh ar-Razi dalam kitab Rijalnya yang menceritakan tentang para perawi. Dalam bab tentang Imam Musa bin Ja ‟far, kakek Imam Jawad, dia mengatakan : “Musa bin Ja‟far bin Muhammad bin Ali bin al-Husain bin Ali bin Abi Thalib meriwayatkan hadis dari ayahnya, dan anaknya, Ali bin Musa, serta saudaranya, Ali bin Ja‟far, meriwayatkan darinya. 16 Syaikh Ath-Thusi, Al-Fihrasat Beirut: Dar Ihya Turath al- „Arabi, 1970, 745. 17 Ibid., 826. Kata al-Hafizh ar-Razi : “Dia adalah seorang yang tsiqat dan benar, seorang Imam di antara Imam-Imam kaum Muslimin. 18 Demikian kita mengetahui madrasah Imam Jawad a.s. telah menghasilkan ulama‟-ulama‟ dan murid-murid dan perawi serta ulama‟ mengambil riwayat dari padanya dan memberikan saham dalam membangun istana pemikiran dan ilmu pengetahuan Islam. Adapun cara Kedua yang dijadikan sandaran oleh Imam Jawad a.s. adalah menyebarkan ilmu pengetahuan dan memperluas wilayah dakwah Islam serta jangkauan perkenalan pemikiran Islam, serta meneguhkan tiang- tiang aqidah dan syari‟at Islam dalam sinaran madrasah Ahlul Bait a.s. dan apa-apa yang diriwayatkan dan diambil dari padanya. Para Imam Ahlul Bait a.s. menyandarkan diri pada cara menunjuk wakil-wakil dan mengirimkannya ke setiap penjuru dunia Islam untuk menjadi penyeru syari‟at Islam dengan lisan dan amal perbuatan. Banyak dari para da‟i itu yang melaksanakan tanggung jawab ilmiah dan politik serta kemasyarakatan mereka secara rahasia, karena pertimbangan adanya mata-mata penguasa dan pertentangannya dengan peran yang dijalankan oleh Ahlul Bait a.s. dan mereka yang mengikuti jejaknya menghadapi kedzaliman dan kerusakan politik-sosial serta tersia-siakannya hukum syari‟at. Dari korespondesi Imam Jawad a.s. dan dikemukakannya beberapa nama murid dia berikut jumlahnya dalam uraian di atas, kita mengetahui 18 Ibid., 843. bahwa dia mengandalkan wakil-wakilnya dan menyebarkan mereka ke berbagai daerah di dunia Islam setelah mereka menyempurnakan pemahaman dan pendidikan di tangannya. Dia juga mengandalkan orang- orang yang belajar dari ayahnya, para Imam membawa petunjuk, agar mereka melaksanakan peran sebagai da‟i-da‟i dan mubaligh yang menyampaikan hukum- hukum syari‟at dan pemikirannya yang asli. Dengan cara demikian, madrasah Ahlul Bait a.s. memiliki organ ilmiah yang sistematis dan menjadikannya tersebar di setiap penjuru dunia Islam. 19 Cara Ketiga, yang penting dan berpengaruh yang ditempuh oleh Ahlul Bait a.s. untuk menyebarkan pemikiran Islam dan mendidik umat serta menjaga keaslian dan kemurnian syari‟at Islam adalah diskusi ilmiah. Kitab-kitab hadis dan riwayat telah menceritakan kepada kita banyak contoh argumentasi, pertukaran pandangan dan diskusi dalam berbagai cabang ilmu dan pengetahuan, bagi upaya mempertahankan Islam dan meneguhkan tiang-tiangnya dalam bidang tauhid, fiqih, riwayat dan sebagainya. Diskusi-diskusi ilmiah yang bersumber dan diriwayatkan dari para Imam Ahlul Bait a.s. ini dibagi dalam beberapa kategori, yakni : 1. Diskusi yang dikhususkan oleh para Imam a.s. untuk mempertahankan Islam dan menolak pemikiran kaum ateis dan zindiq serta pemeluk- 19 Ali, Para Pemuka Ahlul Bait, 64. pemeluk agama yang menyimpang, dan pemikiran-pemikiran yang sesat, filsafat dan teori-tori yang asing bagi Islam. 2. Diskusi yang dikhususkan oleh para Imam a.s. untuk menolak pemikiran dan aqidah menyimpang yang tumbuh di kalangan sebagian kaum muslimin, seperti aliran ghulat, tajsim anthropomorfisme, tafwidh qadiriyyah dan gagasan beberapa bagian aliran tasawuf dan filsafat serta mutakallimin. 3. Diskusi yang dikhususkan untuk mengungkapkan noda-noda penyimpangan yang masuk ke dalam Islam dan menjelaskan kekeliruan ilmiah serta kelemahan pemikiran dalam mengungkapkan hakikat ilmiah dan menentukan metode yang benar. 20 4. Diskusi yang terjadi antara para Imam a.s. dengan ulama‟-ulama‟ di masa mereka, dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para Imam tersebut atau inisiatif para Imam a.s. untuk berdiskusi dengan orang lain dalam masalah tauhid, fiqih, ushul, tafsir dan lain-lain. Cara Keempat adalah melalui kitab-kitab yang dikarang oleh para sahabat Imam a.s. Kita telah melihat peran ilmiah penulisan kitab dalam perkenalan kita dengan beberapa orang sahabat Imam Jawad a.s, betapa banyak macam dan jumlah kitab karangan mereka yang telah memperkaya 20 Ibid., 65. pemikiran dan kepustakaan serta kehidupan Islam sampai masa kita sekarang ini. 21 21 Ibid., 66.

BAB III PENGERTIAN IMAMAH

DAN MENURUT SYI’AH SERTA PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP KEIMAMAHAN IMAM MUHAMMAD BIN ALI AL-JAWAD

A. Pengertian Imamah

Imamah merupakan bahasa Arab yang berakar dari kata amma, menurut Ibnu Mandzur berarti yang berada di depan atau ketua. 1 Serupa dengan penjelasan dalam Al- mu’jam Asy-syamil limustholahat al-falsafah karya Dr. Abdul Mun‟im al-Hifny, Imam adalah yang memiliki kekuasaan tertinggi di dalam agama dan dunia, yang harus diikuti oleh seluruh umat. 2 Jadi, orang yang menjadi pemimpin harus selalu di depan untuk diteladani sebagai contoh. Kedudukan imam sama dengan penanggung jawab urusan umat. 3 Sedangkan Muhammad Rasyid Ridho dalam bukunya al-Khilafah, kata Imamah, Khilafah, serta Amirul Mukminin ketiganya mempunyai makna yang sama yaitu kepemimpinan satu pemerintahan Islam yang bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan bagi umatnya. Adapun pengertian Imamah me nurut ulama‟ Syi‟ah, bahwa kepemimpinan spiritual atau rohani, pendidikan, agama dan politik bagi umat Islam telah ditentukan Allah secara turun temurun sampai Imam 1 Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab Beirut: Dar Shadir, 1355,12-26. 2 Abdul Mun‟im al-Hifny, Al-Mu’jam Asy-Syamil Limustholahat al-Falsafah Mesir: Maktabah al- Madbuly, 2000, 35. 3 Taufik Abdullah, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002, 3. kedua belas. 4 Sementara menurut al- Hilly, salah seorang ulama‟ Syi‟ah, Imamah merupakan kepemimpinan umum dalam urusan dunia dan agama, oleh seseorang maupun beberapa orang, sebagai pengganti kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Muhammad al- Husein Ali Kasyiful Ghita‟, juga mengatakan dalam bukunya Ashlusy Syi’ah wa Ushuluha, masalah Imamah merupakan dasar utama yang hanya dimiliki oleh Syi‟ah Imamiyah dan menjadikan Syi‟ah Imamiyah berbeda dari aliran-aliran dalam Islam lainnya. Ia adalah perbedaan yang bersifat dasar atau asasi, perbedaan lainnya hanya furu‟iyah, tak ubahnya dengan perbedaan antar Madzhab Hanafi, Syafi‟i dan lain-lain. Lebih lanjut lagi, ia menyatakan bahwa Imamah semata-mata ialah anugerah Tuhan yang telah dipilih Allah dari zaman azali terhadap hambaNya, seperti Allah memilih Nabi dan memerintahkan kepada Nabi untuk menyampaikan kepada umat agar mereka mengikutinya. Syi‟ah Imamiyah berkeyakinan bahwa Allah telah memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk menentukan Ali r.a dan mengangkatnya sebagai pemimpin umat manusia setelah beliau. 5 Berdasarkan tinjauan di atas dapat dikatakan bahwa konsepsi mengenai kepemimpinan dalam Islam memiliki makna lebih dari sekedar memimpin pada tataran konsepsi duniawi. Imamah ini menjadi prinsip dan dasar yang pokok dalam madzhab Syiah dua belas, seperti halnya pokok agama karena menurut mereka masalah tersebut adalah rangkaian kalimat tauhid Laa ilaaha illa Allah, Muhammad Rasulullah. Barang siapa tidak 4 Ali Ibrahim Hasan, Ath-Tarikh al-Islamy al- ‘Am Quwait: Maktabah al-Falah, 1977, 230-231. 5 Muhammad al-Husein Ali, Ash-Shlusy wa Ushuluha Beirut: Darul al-Adhwa, 1999, 145. percaya kepada Imamah, ia sama dengan orang tidak percaya kepada kalimat syahadat. Dengan dimasukkannya Imamah kepala negara dan pemerintahan dalam bagian keimanan yang harus diyakini kebenarannya, tentu saja berlainan dengan Ahlussunnah wal Jama‟ah. Karena sesuai metode pemahaman Ahlussunnah wal Jama‟ah bahwa penetapan dasar aqidah menggunakan At-Taufiq bainan-naqli wal- ‘aqli al-Qur‟an, hadist dan An- Nazhar, maka dasar-dasar keimanan yang enam itu diambil sepenuhnya dari nash al- Qur‟an dan hadist-hadist Nabi Muhammad SAW.

B. Konsep Imamah menurut Syi’ah

Dalam al- Qur‟an, Syi‟ah mempunyai arti golongan pengikut firqah. Golongan S yi‟ah adalah suatu golongan dalam Islam yang mempunyai pendirian bahwa sayyidina Ali bin Abi Thalib dan keturunannya lebih berhak untuk menjadi Khalifah dari pada orang lain. Sebab menurut mereka, Nabi Muhammad SAW telah menjanjikan demikian. Syi‟ah dapat pula diartikan sebagai suatu golongan yang mempunyai keyakinan faham Syi‟ah dengan kata lain pengikut suatu golonganaliran yang menta‟ati pemimpin-pemimpin yang diangkat oleh para keluarga ahlul bayt dan keturunannya. 6 Dengan demikian, pengertian Syi‟ah dapat kita pahami bahwa suatu golongan aliran paham yang berpegang kepada Ali bin Abi Thalib, 6 Sirajuddin Abbas, Syi’ah Jakarta: Bulan Bintang, 1993, 92. baik di masa Nabi Muhammad SAW masih hidup maupun setelah wafatnya. Menurut Mahmud Syalabi, kata Syi‟ah yang berarti pengikut atau partai yang telah diterima sebagai julukan suatu golongan muslimin yang menjadi pengikut Ali r.a. 7 Pengertian Imamah dalam madzhab pemikiran Syi‟ah adalah kepemimpinan dan revolusioner yang bertentangan dengan rezim-rezim politik lainnya, guna membimbing manusia serta membangun masyarakat di atas pondasi yang benar dan kuat, yang bakal mengarahkan menuju kesadaran, pertumbuhan dan kemandirian dalam mengambil keputusan. 8 Kaum Syi‟ah memandang adanya Imamah dalam suatu wilayah sangat penting. Karena hal ini menyangkut prinsip agama dan turut menentukan status seseorang disebut sebagai pengikut Syi‟ah atau tidak. Dalam kulfur safawi, Imamah sama artinya dengan beriman kepada kedua belas Imam yang suci dan setiap orang harus memuja dan memuliakannya dan mengikutinya dan menjadikan mereka sebagai suri teladan dalam segenap perilaku individu dan sosial mereka. Seorang Imam berhak menuntut ketaatan dari para pengikutnya kendatipun ia tidak memiliki kekuasaan politis. Dalam hal ini terlihat jelas dalam kemampuan seorang imam untuk menginterpretasikan wahyu Ilahi secara otoritatif. Apa yang diputuskan para imam, wakil-wakil yang dapat membangkitkan suatu kepercayaan baik di kalangan biasa awam maupun 7 Mahmud Syalabi, Syi’ah dalam Keneth Margan Jakarta: Pustaka Jaya, 1994, 166. 8 Ali Syari ‟ati, Islam Madzhab Pemikiran dan Aksi Bandung: Mizan, 1992, 39.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124