Peran Strategis dan Perkembangan Instrumen Anti Pencucian Uang

pidana tersebut dapat ditemukan dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 161

B. Peran Strategis dan Perkembangan Instrumen Anti Pencucian Uang

dalam Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Korupsi Penegakan hukum terhadap tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana korupsi tentu memerlukan sinergitas dan peran strategis dari instrumen anti pencucian uang yang lebih komprehensif. Masing-masing institusi sesuai dengan wewenangnya secara simultan harus dapat melaksanakan perannya dengan baik guna mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dari hasil korupsi. 162 Sistem penegakan hukum sebagaimana telah disinggung di atas, instrumen anti pencucian uang hadir dengan paradigma baru, semula orientasi tindak pidana pada umumnya adalah mengejar pelaku pidana, sedangkan pada masa sekarang orientasinya adalah lebih mengejar pada hasil tindak pidananya. 163 161 Retno Kusumaningtyas, Strategi Penanggulangan Korupsi melalui Perumusan Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang, dapat dilihat dari: Mengingat tindak pidana pencucian uang termasuk transnational organized crime, serta korupsi yang melibatkan harta kekayaan yang umumnya dalam jumlah besar, untuk efektifitas pencegahan dan pemberantasannya diperlukan koordinasi ataupun sinergitas bukan hanya dalam tingkat nasional tetapi juga internasional, bukan hanya oleh satu lembaga tertentu melainkan bagaimana instrumen anti http:www.scribd.comdoc79018021Strategi-Penanggulangan-Korupsi-Melalui-Perumusan- Undang-undang-Tindak-Pidana-Pencucian-Uang akses tanggal 16 Februari 2012. 162 Marwan Efendy, Op. cit, hal. 48. 163 Bismar Nasution, Op. cit, hal. 131. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pencucian uang itu sendiri dapat disinergikan dan dikoorsinasikan untuk kemudahan penindakannya. Kemudahan-kemudahan tersebut telah diberikan dalam undang-undang pencucian uang antara lain secara khusus diatur mengenai pengecualian dari ketentuan rahasia bank dan kerahasiaan transaksi keuangan lainnya, prinsip mengenal nasabah, azas pembuktian terbalik, serta penyitaan dan perampasan aset hasil korupsi. 164 Instrumen anti pencucian uang dalam fungsi dan perannya untuk melakukan optimalisasi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi, dalam perkembangannya terus melakukan suatu evaluasi, revolusi terhadap kinerja instrumen anti pencucian uang tersebut seperti halnya penerapan prinsip mengenal nasabah, azas pembuktian terbalik bagi pelaku korupsi, dan penyitaan dan perampasan aset hasil korupsi sebagaimana tertuang di dalam misi baru instrumen anti pencucian. 165 1. Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Orientasi misi tersebut lebih kompleks yakni bukan saja mengejar pelakunya tetapi juga mengejar tindak pidananya hasil kejahatannya. Penerapan prinsip mengenal nasabah pada setiap Penyedia Jasa Keuangan PJK dimaksud untuk mengatasi resiko sejalan dengan kegiatan usahanya dan untuk menerapkan prinsip kehati-hatian. Salah satu upaya dalam melaksanakan prinsip kehati-hatian adalah penerapan Prinsip Mengenal nasabah atau Know Your Customer Principles. 166 164 Ibid. 165 166 Bismar Nasution, Op. cit, hal. 43. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Prinsip Mengenal Nasabah adalah prinsip yang diterapkan oleh PJK untuk mengetahui identitas nasabah dan memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk pelaporan transaksi mencurigakan. Kegiatan usaha PJK yang semakin berkembang akan dihadapkan kepada berbagai resiko, seperti resiko operasional, resiko hukum, resiko terkonsentrasinya transaksi dan resiko reputasi. Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah yang tidak cakap dapat memperbesar resiko yang dihadapi dan juga dapat mengakibatkan kerugian keuangan yang signifikan bagi PJK baik dari sisi aktif maupun pasif. Mengingat hal tersebut dan memperhatikan rekomendasi dari Basel Commitee on Banking Supervision bahwa penerapan Prinsip Mengenal Nasabah merupakan faktor yang penting dalam melindungi kesehatan PJK, maka setiap PJK perlu menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah secara efektif. FATF juga mengemukakan bahwa Prinsip Mengenal Nasabah merupakan upaya untuk mencegah lembaga keuangan digunakan sebagai sarana atau sasaran kejahatan, baik yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung oleh pelaku kejahatan seperti halnya perbuatan pencucian uang yang dilakukan oleh pelaku kejahatan korupsi. 167 PJK harus secara pasti mengetahui siapa nasabahnya dan apa tujuan serta bagaimana cara pengguna produk PJK oleh nasabah tersebut ketika akan melakukan hubungan usaha dengan calon nasabah. PJK dengan demikian dapat memperkirakan aktivitas normal serta profil calon nasabah sehingga dapat mengidentifikasi apakah transaksi yang dilakukan oleh nasabah merupakan transaksi yang normal atau tidaka sesuai dengan profil nasabah. Ketentuan 167 Ibid. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mengenai penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Know Ypur Customer Principles yang dikeluarkan oleh lembaga pengawas masing-masing PJK, merupakan suatu instrumen pencegahan pencucian uang yang dilakukan melalui PJK. Ketentuan Prinsip Mengenal Nasabah bagi PJK meliputi kebijakan dan prosedur yang dilakukan terhadap nasabah, baik dalam hal penerimaan, pengidentifikasian, pemantauan terhadap transaksi, maupun dalam manajemen resiko. 168 PJK tunduk pada ketentuan KYC yang ditetapkan oleh masing-masing lembaga pengawas jasa keuangan, namun sesuai dengan pasal 45 Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, laporan mengenai transaksi keuangan mencurigakan harus disampaikan kepada PPATK dan tata cara pelaporannya berpedoman pada ketentuan yang dikeluarkan oleh PPATK. Penerapan KYC oleh PJK sangat penting untuk mencegah digunakannya PJK sebagai sarana pencucian uang. Identitas palsu yang diberikan oleh seseorang dalam melakukan hubungan usaha dengan PJK mencerminkan itikad yang tidak baik dari calon nasabah tersebut, dan bertujuan agar penegak hukum sulit untuk melakukan penyidikan dan atau pengusutan. 169 2. Pembuktian Terbalik Delik Korupsi sebagaimana delik pidana pada umumnya dilakukan dengan berbagai modus operandi penyimpangan keuangan negara atau perekonomian negara, yang semakin canggih dan rumit. Banyak perkara-perkara delik korupsi lolos dari jaringan pembuktian sistem KUHAP. Pembuktian dalam Undang- 168 Ibid. 169 Ibid, hal. 46. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Undang menyikapi kondisi tersebut mencoba menerapkan upaya hukum pembuktian terbalik, sebagaimana diterapkan dalam sistem beracara pidana korupsi di Malaysia. 170 Upaya pembentukan Undang-Undang ini, tidak tanggung-tanggung, karena baik dalam delik korupsi diterapkan dua sistem sekaligus, yakni sistem Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi dan sekaligus dengan sistem KUHAP. Kedua teori itu ialah penerapan hukum pembuktian dilakukan dengan cara menerapkan pembuktian terbalik yang bersifat terbatas atau berimbang, dan yang menggunakan sistem pembuktian neegatif menurut Undang-Undang negatief wettelijk overtuiging, tidak menerapkan teori pembuktian terbalik murni zuivere omskeering bewijstlast. 171 Pembuktian terbalik yang bersifat terbatas dan berimbang dapat didefenisikan yakni terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindak pidana korupsi dan wajib memberikan keterangan tentang seluruh harta bendanya dan harta benda isterinya atau suami, anak, dan harta benda setiap orang atau koorporasi yang disuga mempunyai hubungan dengan perkara yang bersangkutan dan penuntut umum tetap berkewajiban untuk membuktikan dakwaannya. 172 170 Martiman Prodjohamidjojo, Penerapan Pembuktian Terbalik dalam Delik Korupsi, Mandar Maju, Jakarta: 2001, hal. 107. 171 Ibid. 172 Dapat dilihat dalam penjelasan Undang-Undang no 31 tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi Kata-kata bersifat “terbatas” didalam memori atas pasal 37 dikatakan, bahwa apabila terdakwa dapat membuktikan dalilnya bahwa terdakwa tidak melakukan tindak pidana korupsi, hal itu tidak berarti terdakwa tidak terbukti melakukan korupsi, sebab Penuntut Umum, masih tetap UNIVERSITAS SUMATERA UTARA berkewajiban membuktikan dakwaannya. 173 Kata-kata “berimbang” mungkin lebih tepat “sebanding”, dilukiskan sebagaiberupa penghasilan terdakwa sebagai income dan perolehan harta benda sebagai output. Income yang tidak seimbang dengan output atau dengan kata lain input lebih kecil dari output. Kondisi tersebut diasumsikan bahwa perolehan barang-barang sebagai output tersebut seperti harta berwujud, misalnya rumah, mobil, saham, simpanan dolar dalam rekening bank, dan lain-lainnya adalah hasil perolehan dari tindak pidana korupsi yang didakwakan. 174 3. Perampasan dan Pengembalian Aset Hasil Korupsi dengan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Salah satu upaya pelaku tindak pidana korupsi menghindari dirinya dari jeratan hukum atau menghindari pembayaran uang pengganti adalah dengan menyembunyikan atau mengaburkan hasil kejahatannya melalui pencucian uang Money Laundering. Pencucian uang awalnya dimulai karena adanya uang yang diperoleh secara tidak sah atau dirty money berasal dari manipulasi pajak dan kejahatan lainnya. 175 Pengembalian aset hasil korupsi melalui perkara tindak pidana korupsi sebagai salah satu predicate crime dari pencucian uang akan mengalami kesulitan, jika sinergitas dari instrumen anti pencucian uang tidak berjalan dengan Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi selanjutnya dapat menyamarkan dengan mengintegrasikan ke dalam sistem keuangan. 173 Martiman Prodjohamidjojo, loc. cit. 174 Ibid. 175 Sarah N. Welling, Smurfs, Money Laundering, and the United States Criminal Federal Law, yang dimuat dalam Brent Fisse, David Fraser Graeme Coss. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA komprehensif dan efektif. Kewenangan penyidikan di satu tangan juga akan berdampak pada kesulitan dalam pengembalian aset korupsi tersebut. Oleh karena itu, jika predicate crime tindak pidana pencucian uang tersebut adalah korupsi, maka penyidikannya dapat dilakukan sendiri oleh penyidik predicate crime tersebut. Hal itu didasarkan pada pertimbagan sebagai berikut: 176 1. Proses penyidikan dapat berjalan simultan dengan cepat, mengacu kepada proses peradilan yang cepat, murah dan sederhana. 2. Dalam hal tindak pidana korupsi dapat lebih memudahkan untuk melacak aset negara yang dikorupsi oleh pelaku kejahatan tersebut. 3. Dapat didakwakan sekaligus secara kumulatif atau alternatif mengacu kepada kasus posisi perkara. Dengan dimasukkannya gagasan tersebut ke dalam RUU Tindak Pidana Pencucian Uang dan RUU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, akan lebih memudahkan aparat penegak hukum yang mempunyai kewenangan melakukan penyidikan terhadap predicate crime sekaligus melakukan penyidikan terhadap tindak pidana pencucian uang, disamping akan dapat melacak aset hasil korupsi dan upaya pengembaliannya, meskipun telah disamarkan atau disembunyikan melalui proses pencucian uang, baik melaui pola pencucian uang placement, layering, atau integration yang dapat bermuara pada sistem keuangan atau financial system. Gagasan tersebut akan memunculkan pro dan kontra, tetapi pembaharuan metoda harus dilakukan kalau ingin tercapai suatu tatanan hukum 176 Marwan Efendy, Op. cit, hal. 76. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA yang lebih baik dan menurut Paul Scholten “Hukum itu ada, tidak mustahil tetapi dalam perjalanannya akan diketemukan hal yang baru”. 177 Gagasan tersebut akan memberikan suatu pembaharuan metode untuk terciptanya suatu optimalisasi terhadap pemberantasan tindak pidana korupsi maupun tindak pidana pencucian uang. Langkah tersebut akan lebih efisien dan efektif lagi membuka rekening, tidak hanya rekening tersangka tapi juga rekening saksi terkait pada lembaga-lembaga keuangan dan permintaan keterangan terhadap pejabat. 178 Status Undang-Undang pencucian uang yang menganut kriminalitas ganda double criminality bahwa meskipun predicate crime-nya dilakukan di luar wilayah negara Indonesia, tetapi tindak pidana tersebut oleh Undang-Undang pidana Indonesia ditetapkan sebagia tindak pidana, maka harta kekayaan yang diperoleh tersebut tetap dikonstatir sebagai pencucian uang, dan Undang-Undang itu juga tidak mengharuskan membuktikan terlebih dahulu tindak pidana asalnya. 179 Sistem dan mekanisme penegakan hukum pencucian uang atau instrumen anti-pencucian uang, berbeda dengan penerapan penegakan hukum tindak pidana konvensional. Pengungkapan tindak pidana dan pelaku tindak pidana pencucian uang lebih difokuskan pada penelusuran aliran danauang haram follow the money atau transaksi keuangan. Paradigma yang muncul dalam kejahatan pencucian uang bahwa hasil kejahatan proceeds of crime merupakan life blood 177 Paul Scholten, Handleiding tot de Beoefening van net Nederlandsch Burgelijk Recht, Algemeen Deel, Zwolle: Tjeenk Willink, 1954. hal. 15. 178 Marwan Efendy, loc. cit, hal. 77. 179 Ibid. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA of the crime, artinya hasil kejahatan merupakan darah yang menghidupi tindak kejahatan itu sendiri, sekaligus titik terlemah dari mata rantai kejahatan. 180 Upaya memotong mata rantai kejahatan ini selain relatif mudah dilakukan, juga akan menghilangkan motivasi pelaku untuk mengulangi kejahatan. Motivasi tersebut hilang karena tujuan pelaku untuk menikmati hasil kejahatannya menjadi terhalang atau sulit dilakukan dan pelaku kejahatan yang terorganisasi tidak mempunyai kemampuan lagi untuk melanjutkan kegiatannya karena sumbernya telah disita dan dirampas utnuk kepentingan negara. 181

C. Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana