Pola Kejahatan Tindak Pidana Pencucian Uang

intermediasi. Para pialang brokers seringkali menjadi hanya satu-satunya penghubung personal contact dengan nasabah. 101 7. Melalui Industri Sekuritas Sektor sekuritas yang dimaksud adalah perdagangan efek-efek saham seperti obligasi. 102 Sektor ini rentan pula untuk diintimidasi oleh para pencuci uang terutama pada tahap layering. Beberapa fitur dari produk ini membuat bisnis menjadi sasaran yang menarik bagi para pencuci uang seperti sifatnya yang internasional, transaksi yang singkat highly liquid, serta rekening sekuritas securities account dapat dibuka perusahaan pialang sehingga memungkinkan identitas yang sesungguhnya tersembunyi. 103 Pencucian uang dapat dilakukan dengan berbagai macam tipologi atau modus operandi, namun pada dasarnya proses pencucian uang dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap kegiatan yaitu: placement, layering, dan integration. Para ahli melaporkan bahwa kasus- kasus penjualan dan pembelian sekuritas atau manipulasi rekening-rekening sekuritas dilakukan untuk membersihkan hasil kejahatan seperti halnya kejahatan korupsi.

D. Pola Kejahatan Tindak Pidana Pencucian Uang

104 101 Financial Action Task Force on Money Laundering, op. cit. hal. 5. 102 Sutan Remy Sjahdeini. loc. cit. 103 Ibid. 104 Lihat Pedoman I: Pedoman Umum Pencegahan dan Pemberantasan TPPU Bagi PJK, Jakarta: PPATK, 2003. Dalam praktiknya ketiga kegiatan tersebut dapat terjadi secara terpisah atau simultan, namun pada umumnya dilakukan secara tumpang tindih. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Masing-masing tahap atau pola pencuciang uang tersebut dapat diterangkan sebagai berikut: 105 1. Tahap Penempatan Placement Tahap pertama dari pencuciang uang adalah menempatkan mendepositokan uang haram tersebut ke dalam sistem keuangan finansial sistem. Jeffrey Robinson menggunakan istilah immersion bagi tahap pertama ini, yaitu yang berarti consolidation and placement. Placement adalah upaya menempatkan dana yang dihasilkan dari suatu kegiatan tindak pidana ke dalam sistem keuangan. Bentuk kegiatan ini antara lain: a menempatkan dana pada bank. kadang-kadang kegiatan ini diikuti dengan pengajuan kreditpembiayaan; b menyetorkan uang pada penyedia jasa keuangan sebagai pembayaran kredit untuk mengaburkan adit trail; c menyelundupkan uang tunai dari satu negara ke negara lain; d membiayai suatu usaha yang seolah-olah sah atau terkait dengan usaha yang sah berupa kredit pembiayaan, sehingga mengubah kas menjadi kredit pembiayaan; dan e membeli barang-barang berharga yang bernilai tinggi untuk keperluan pribadi, membelikan hadiah yang nilainya mahal sebagai penghargaan atau hadiah kepada pihak lain yang pembayarannya dilakukan melalui Penyedia Jasa Keuangan atau PJK. 105 Muhammad Yusuf dkk, Ikhtisar Ketentuan Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Jakarta: The Indonesian Netherlands National Legal Reform Program NLRP, 2010, hal. 16. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pada tahap placement bentuk dari uang hasil kejahatan harus dikonversi untuk menyembunyikan asal usul yang tidak sah dari uang itu. Misalnya, hasil yang diperoleh dari perdagangan narkoba yang pada umunya terdiri atas uang- uang yang berdenominasi kecil dalam tumpukan-tumpukan yang besar yang lebih berat daripada narkobanya sendiri, dikonversi ke dalam denominasi uang yang lebih besar. Uang itu kemudian didepositokan langsung ke dalam suatu rekening di bank, atau digunakan untuk membeli sejumlah instrumen-instrumen moneter monetary instrument seperti cheques, money orders, dan lain-lain kemudian menagih uang tersebut serta mendepositokannya ke dalam rekening-rekening di lokasi lain. 106 2. Tahap pelapisan Layering Sekali uang tunai itu telah dapat ditempatkan pada suatu bank, maka uang itu telah masuk ke dalam sistem keuangan negara yang bersangkutan. Uang yang telah ditempatkan di suatu bank itu selanjutnya dapat dipindahkan lagi ke bank lain, baik di negara tersebut maupun di negara lain. Uang tersebut bukan saja masuk ke dalam sistem keuangan negara yang bersangkutan, tetapi telah pula masuk ke dalam sistem keuangan global atau internasional. Pekerjaan dari pihak pencuci uang belum berakhir dengan ditempatkannya atau didepositokannya uang tunai tersebut ke dalam sistem keuangan seperti diterangkan di atas. Jumlah uang haram yang sangat besar, yang ditempatkan di suatu bank tetapi tidak dapat dijelaskan asal-usulnya, akan sangat menarik perhatian otoritas moneter negara yang bersangkutan, yang pada gilirannya akan menarik pula perhatian para penegak hukum. Layering adalah upaya memisahkan 106 Financial Action Task Force on Money Laundering, op .cit.hal. 5. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA hasil tindak pidana dari sumbernya yaitu tindak pidananya melalui beberapa tahap transaksi keuangan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul dana tersebut. 107 a Transfer dana dari suatu bank ke bank lain dan atau antar wilayah negara; Dalam kegiatan ini terdapat proses pemindahan dana dari beberapa rekening atau lokasi tertentu sebagai hasil placement ke tempat lain melalui serangkaian transaksi yang kompleks dan didesain untuk menyamarkan dan menghilangkan jejak sumber dana tersebut. Bentuk kegiatan ini antara lain: b Penggunaan simpanan tunai sebagai agunan untuk mendukung transaksi yang sah; dan c Memindahkan uang tunai lintas batas negara melalui jaringan kegiatan usaha yang sah maupun shell company. Setelah pencuci uang berhasil melakukan tahap placement tahap berikutnya ialah melakukan layering atau disebut pula heavy soaping. Pencuci uang dalam tahap ini berusaha untuk memutuskan hubungan uang hasil kejahatan itu dari sumbernya. 108 107 Muhammad Yusuf dkk, loc.cit. 108 Jeffrey Robinson, op.cit. hal. 12. Hal itu dilakukan dengan cara memindahkan uang tersebut dari suatu bank ke bank yang lain dan dari negara yang satu ke negara yang lain sampai beberapa kali, yang seringkali pelaksanaannya dilakukan dengan cara memecah-mecah jumlahnya sehingga dengan pemecahan dan pemindahan beberapa kali itu asal usul uang tersebut tidak mungkin lagi dapat dilacak oleh otoritas moneter atau oleh para penegak hukum. Para pencuci uang melakukannya dengan mengupayakan konversi atau memindahkan dana tersebut menjauh dari sumbernya. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dana tersebut dapat disalurkan melalui pembelian dan penjualan investment instruments, atau cukup dilakukan pemindahan dengan cara funds wire melalui sejumlah rekening pada berbagai bank di seluruh dunia. Pemindahan sering dilakukan dengan mengirimkan dari perusahaan gadungan dummy company yang satu keperusahaan gadungan yang lain dengan mengandalkan ketentuan rahasia bank bank secrecy dan ketentuan mengenai kerahasiaan hubungan antara pengacara dan kliennya attorney client privilege untuk menyembunyikan identitas pribadinya dengan sengaja menciptakan jaringan transaksi keuangan yang kompleks. 109 Penggunaan rekening-rekening yang secara luas tersebar itu untuk maksud untuk melakukan pencucian terutama di negara-negara yang tidak melakukan kerja sama dalam melaksanakan investigasi terhadap kegiatan money laundering. Para pencuci uang dalam beberapa menyamarkan pemindahan dana tersebut transfer seakan-akan sebagai pembayaran untuk barang-barang dan jasa-jasa agar terlihat sebagai transaksi yang sah. 110 Dalam tahap layering ini para penjahat pencuci uang antara lain melakukannya dengan mendirikan perusahaan-perusahaan gadungan atau bohong- bohongan shell companies di negara-negara yang dikenal dengan undang- undang rahasia bank yang ketat atau yang tidak memiliki undang-undang pencucian uang atau yang dikenal lemah dalam menegakkan undang –undang pencucian uang. Uang tersebut kemudian ditransfer di antara perusahaan- perusahaan gadungan tersebut sehingga muncul sebagai uang yang bersih. 109 Ibid. 110 Financial Action Task Force on Money Laundering, op. cit. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Transaksi-transaksi dalam tahap layering harus dapat dilakukan sedemikian rupa dengan mencampurkan ke dalam transaksi-transaksi sah yang berjumlah triliunan yang terjadi setiap hari. Beberapa variasi dalam melakukan transaksi dalam tahap layering ini ialah menggunakan apa yang disebut loan- backs, dan double invoicing. Kedua transaksi tersebut merupakan teknik dalam tahap layering yang lazim dilakukan. Pada loan-backs pencuci uang menempatkan hasil kejahatan yang diperolehnya ke dalam perusahaan di luar negeri offshore entity. Perusahaan tersebut didirikan bukan atas namanya tetapi atas nama pihak lain, namun dikendalikan olehnya secara rahasia. Perusahaan di luar negeri itu memberikan pinjaman dengan menggunakan kembali dana yang ditempatkan oleh pencuci uang yang bersangkutan kepada diri sendiri. Teknik dapat dilaksanakan karena di beberapa negara tertentu sulit untuk dapat menentukan siapa yang sebenarnya mengendalikan siapa pemilik yang sebenarnya perusahaan di luar negeri itu. 111 Teknik lain dari layering adalah membeli efek saham dan obligasi, kendaraaan, dan pesawat terbang atas nama orang lain. Casino sering juga digunakan karena casino menerima uang tunai. Uang tunai tersebut sekalipun dikonversikan ke dalam bentuk chips casino, maka dana yang telah dibelikan chips tersebut dapat ditarik kembali dengan menukarkan chips tadi dengan cek yang dikeluarkan oleh casino tersebut. 112 3. Tahap Penggabungan Integration 111 Paul Bauer, Understanding the Wash Cycle, Money Laundering-Economic Perspective, May 2001, http:www.ustreas.goy. Diakses padda tanggal 3 Maret 2012. 112 Paul Bauer, Ibid. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tahap yang ketiga adalah integraion, adakalanya disebut juga repatriation and integration, atau disebut pula spin dry. 113 Pada tahap ini uang yang telah dicuci dibawa kembali ke dalam sirkulasi dalam bentuk pendapatan yang bersih, bahkan merupakan objek pajak taxable. 114 Uang tersebut begitu telah berhasil diupayakan sebagai uang halal melalui cara layering, tahap selanjutnya adalah menggunakan uang yang telah menjadi uang halal clean money itu untuk kegiatan bisnis atau kegiatan operasi kejahatan dari penjahat atau organisasi kejahatan yang mengendalikan uang tersebut. Para pencuci yang dapat memilih penggunaannya dengan menginvestasikan dana tersebut ke dalam real estate, barang-barang mewah luxury assets, atau perusahaan-perusahaan business ventures. 115 Kegiatan money laundering dapat pula terkonsentrasi secara geografis sesuai dengan tahap pencuciang uang sebagaimana dikemukakan di atas. Pada tahap placement, misalnya dana tersebut biasanya diproses di tempat di dekat aktivitas yang menghasilkan dana itu sering dilakukan tetapi tidak pada setiap kasus di negara dimana dana itu dihasilkan. Integration adalah upaya menggunakan harta kekayaan yang telah kelihatan sah, baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan dalam berbagai bentuk kekayaan material maupun keuangan, dipergunakan untuk membiayai kegiatan bisnis yang sah, ataupun untuk membiayai kembali kegiatan tindak pidana. 116 113 Jeffrey Robinson, loc.cit. 114 Ibid. 115 Financial Action Task Force on Money Laundering, loc. cit. 116 Ibid. Pada tahap layering, pencuci uang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA yang bersangkutan mungkin memilih suatu offshore financial centre, pusat bisnis regional yang besar a large business centre atau pusat perbankan dunia a world banking centre, yaitu dimana saja yang menyediakan infastruktur keuangan atau bisnis yang memadai. Pada tahap ini dana yang dicuci tersebut mungkin saja hanya transit di rekening-rekening bank di beberapa tempat, yang dapat dilakukan tanpa meninggalkan jejak mengenai sumber atau tujuan akhir dari dana tersebut. 117 Jeffery Robinson dalam kasus ini menarik perumpamaan mengenai apa yang sebenarnya terjadi terhadap uang yang berhasil dicuci. Jeffery Robinson menggambarkannya seperti melempar batu ke sebuah kolam. Dia mengemukakannya sebagai berikut Para pencuci uang akhirnya dapat memilih untuk menginvestasikan dana yang telah dicuci itu di lokasi lain apabila di negara tersebut kesempatan-kesempatan investasinya sangat terbatas, yakni melakukannya pada tahap integration. 118 Jeffery Robinson mengemukakan bahwa tahap immersion placement adalah tahap yang paling rentan vulnerable bagi pencuci uang karena apabila pencuci uang tidak dapat memasukkan yang haram tersebut ke dalam proses pencucian, maka ia tidak akan dapat mencuci uang haram tersebut. Namun, sekali uang haram itu berhasil dikonversikan ke dalam nomor-nomor atau rekening bank yang muncul di suatu layar komputer dan nomor-nomor tersebut berhasil : It’s like a stone being thrown into a pond, you see the stone hit the water because it’s splashes. As it begins to sink. The water ripples and, for a few moment, you can still find the spot where the stone hit. But, as the stone sinks deeper, the ripples fade. By the time the stone reaches the bottom, any traces of it are long gone and the stone itself may be impossible to find. That’s exactly what happens to laundered money. 117 Ibid. 118 Jeffrey Robinson, op. cit. hal. 30. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dipindahkan mondar-mandir melintasi dunia, maka hal itu seperti halnya riak air sebagaimana yang digambarkan di atas lenyap dan batu tersebut terkubur di dalam lumpur di dasar kolam itu. BAB III SINERGITAS INSTRUMEN ANTI PENCUCIAN UANG DALAM UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI A. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Melalui Pelaksanaan Undang-Uundang Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pembangunan Instrumen Anti Pencucian Uang Instrumen anti pencucian uang di Indonesia dibangun dengan melibatkan berbagai komponen, yaitu: Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan PPATK, pihak pelapor reporting parties-Penyedia Jasa Keuangan, Lembaga Pengawas dan Pengatur industri, aparat penegak hukum Kepolisian, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi, Direktorat Jenderal Pajak dan Peradilan serta pihak lain yang mendukungnya yaitu Presiden, DPR, Komite Koordinasi TPPU, UNIVERSITAS SUMATERA UTARA maupun dukungan masyarakat atau publik. Peran, tugas dan tanggung jawab setiap komponen tersebut akan diuraikan secara singkat dibawah ini. 1. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan PPATK Pemegang peranan kunci dari mekanisme pemberantasan tindak pidana pencucian uang di Indonesia ada di tangan PPATK. PPATK jika tidak menjalankan fungsinya dengan benar, maka efektivitas dari pelaksanaan Undang- Undang TPPU tidak akan tercapai. 119 Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang selanjutnya disingkat PPATK adalah lembaga independen yang dibentuk dalam rangka mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang. PPATK merupakan lembaga intelijen di bidang keuangan financial intelligence unit-FIU yang dipimpin oleh seorang Kepala dan dibantu oleh 4 Wakil Kepala. 120 Pasal 26 UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang menyabutkan bahwa dalam melaksanakan fungsinya PPATK memiliki tugas, yaitu: mengumpulkan informasi, melakukan analisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh sesuai Undang-Undang ini serta memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang. 121 119 Sutan Remy Sjahdeini, Op. cit, hal. 248. 120 121 Bismar Nasution Op. cit, hal. 37. PPATK dalam pengumpulan informasi, disamping menerima laporan transaksi keuangan mencurigakan dan laporan transaksi keuangan tunai, juga menerima dari Ditjen Bea dan Cukai berupa laporan pembawaan uang tunai keluar masuk wilayah pabean Republik Indonesia senilai Rp 100 juta atau lebih. Apabila dari hasil UNIVERSITAS SUMATERA UTARA analisis terdapat indikasi tindak pidana pencucian uang, maka hasil analisis tersebut disampaikan kepada Kepolisian dan Kejaksaan. PPATK melakukan analisis dengan cara mengumpulkan informasi dari berbagai pihak baik dari FIU negara lain maupun dari instansi dalam negeri yang telah atau belum menandatangani MOU dengan PPATK. 122 a. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan PPATK PPATK dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya bersifat independen dan bebas dari campur tangan dan pengaruh kekuasaan manapun. PPATK bertanggung jawab kepada Presiden. Setiap orang dilarang melakukan segala bentuk campur tangan terhadap pelaksanaan tugas dan kewenangan PPATK. PPATK wajib menolak danatau mengabaikan segala bentuk campur tangan dari pihak manapun dalam rangka pelaksanaan tugas dan kewenangannya. PPATK berkedudukan di Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia. PPATK mempunyai tugas mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang. PPATK juga bertugas untuk membantu aparatur negara dengan cara menyediakan informasi intelijen yang dihasilkan dari analisis terhadap laporan-laporan yang disampaikan kepada penyidik. PPATK didalam melaksanakan tugasnya tersebut juga berkewajiban antara lain membuat pedoman bagi Penyedia Jasa Keuangan PJK dalam mendeteksi perilaku pengguna jasa keuangan yang melakukan transaksi keuangan mencurigakan. 123 122 Ibid. 123 Muhammad Yusuf dkk, loc. cit. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PPATK, dalam melaksanakan fungsi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 ayat 1 huruf a, berwewenang 124 a. Meminta dan mendapatkan data dan informasi dari instansi pemerintah danatau lembaga swasta yang memiliki kewenangan mengelola data dan informasi, termasuk dari instansi pemerintah danatau lembaga swasta yang menerima laporan dari profesi tertentu; : b. Menetapkan pedoman identifikasi transaksi keuangan mencurigakan; c. Mengkoordinasikan upaya pencegahan tindak pidana pencucian uang dengan instansi terkait; d. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya pencegahan tindak pidana pencucian uang; e. Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi dan forum internasional yang berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang; f. Menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan anti-pencucian uang; dan g. Menyelenggarakan sosialisasi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang. Penyampaian data dan informasi oleh instansi pemerintah danatau lembaga swasta kepada PPATK sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a dikecualikan dari ketentuan kerahasiaan. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyampaian data dan informasi oleh instansi pemerintah danatau lembaga swasta sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a diatur dengan peraturan pemerintah. PPATK, dalam melaksanakan fungsi pengelolaan data dan informasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 ayat 1 huruf b, PPATK berwenang menyelenggarakan sistem informasi. PPATK, dalam melaksanakan pengawasan 124 Yunus Husein, Op.cit, hal. 196. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA terhadap kepatuhan Pihak Pelapor sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 ayat 1 huruf c berwenang 125 a Menetapkan ketentuan dan pedoman tata cara pelaporan bagi pihak Pelapor; : b Menetapkan kategori Pengguna Jasa yang berpotensi melakukan tindak pidana pencucian uang; c Melakukan audit kepatuhan dan audit khusus; d Menyampaikan informasi dari hasil audit kepada lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap Pihak Pelapor; e Memberikan peringatan kepada Pihak Pelapor yang melanggar kewajiban pelaporan; f Merekomendasikan kepada lembaga yang berwenang mencabut izin usaha Pihak Pelapor; dan g Menetapkan ketentuan pelaksanaan prinsip mengenali Pengguna Jasa bagi Pihak Pelapor yang tidak memiliki Lembaga Pengawas dan Pengatur. Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi transaksi keuangan yang berindikasi tindak pidana pencucian uang danatau tindak pidana asal, PPATK dapat 126 a. Meminta dan menerima laporan dan informasi dari pihak pelapor; : b. Meminta informasi kepada instansi atau pihak terkait; c. Meminta informasi kepada pihak pelapor berdasarkan pengembangan hasil analisis PPATK; d. Meminta informasi kepada pihak pelapor berdasarkan permintaan dari instansi penegak hukum atau mitra kerja di luar negeri; e. Meneruskan informasi dan atau hasil analisis kepada instansi peminta, baik di dalam maupun di luar negeri; f. Menerima laporan danatau informasi dari masyarakat mengenai adanya dugaan tindak pidana pencucian uang; g. Meminta keterangan kepada pihak pelapor dan pihak lain yang terkait dengan dugaan tindak pidana pencucian uang; h. Merekomendasikan kepada pihak penegak hukum mengenai pentingnya melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik danatau dokumen elektronik sesuai dengan peraturan perundang-undangan; i. Meminta penyedia jasa keuangan untuk menghentikan sementara seluruh atau sebagian transaksi yang diketahui atau dicurigai merupakan hasil tindak pidana; 125 Fungsi pengawasan PPATK terhadap kepatuhan pihak pelapor yang dimuat dalam Pasal 43 Undang-Undang RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. 126 Muhammad Yusuf dkk, Op.cit, hal. 56. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA j. Meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal dan tindak pidana pencucian uang; k. Mengadakan kegiatan administratif lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini; dan l. Meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan kepada penyidik. b. Penghentian transaksi berdasarkan permintaan PPATK PPATK dapat meminta penyedia jasa keuangan untuk menghentikan sementara seluruh atau sebagian transaksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat 1 huruf i. 127 127 Ibid. Dalam hal penyedia jasa keuangan memenuhi permintaan PPATK sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, pelaksanaan penggantian sementara dicatat dalam berita penghentian sementara transaksi. Penghentian sementara transaksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat 1 dilaksanakan dalam waktu paling lama 5 lima hari kerja setelah menerima berita acara penghentian sementara transaksi. PPATK dapat memperpanjang penghentian sementara Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dalam waktu paling lama 15 lima belas hari kerja untuk melengkapi hasil analisis atau pemeriksaan yang akan disampaikan kepada penyidik . Dalam hal tidak ada orang danatau pihak ketiga yang mengajukan keberatan dalam waktu 20 dua puluh hari sejak tanggal penghentian sementara transaksi, PPATK menyerahkan penanganan Harta Kekayaan yang diketahui atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana tersebut kepada penyidik untuk dilakukan penyidikan. Dalam hal yang diduga sebagai pelaku tindak pidana tidak ditemukan dalam waktu 30 tiga puluh hari, penyidik dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan negeri untuk memutuskan Harta Kekayaan tersebut sebagai aset negara atau dikembalikan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kepada yang berhak. Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 harus memutus dalam waktu paling lama 7 tujuh hari. PPATK dalam melakukan penghimpunan dan menganalisis informasi transaksi keuangan yang diperoleh PPATK dari Penyedia Jasa Keuangan, apabila hasil analisis PPATK menunjukkan adanya indikasi tindak pidana pencucian uang, maka hasil analisis tersebut diteruskan oleh penuntut ke pengadilan oleh Kejaksaan. Sebagai badan negara PPATK harus melaporkan hasil kerja performance reporting kepada Presiden, DPR, dan otoritas industri keuangan yang terkait secara berkala. 128 PPATK hanya memiliki kewenangan untuk menerima dan memproses informasi yang selanjutnya disampaikan kepada otoritas penegakan hukum untuk menindak lanjutinya. PPATK tugas pokoknya adalah membantu penegak hukum dalam dan mencegah memberantas tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana berat lainnya seperti halnya tindak pidana korupsi dengan cara menyediakan informasi intelijen yang dihasilkan dari analisis laporan-laporan yang disampaikan kepada PPATK. 129 2. Pihak Pelapor Pihak Pelapor adalah setiap orang yang menurut Undang-Undang ini Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang wajib menyampaikan laporan kepada PPATK. 130 Pihak Pelapor meliputi: 128 Ivan Yustiavandana dkk, TIndak Pidana Pencucian Uang di Pasar Modal, Ghalia Indonesia, Jakarta: 2010, hlm. 111. 129 Ibid, 130 Muhammad Yusuf dkk, Op. cit, hal. 24. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA a. Penyedia Jasa Keuangan 1. Bank; 2. Perusahaan Pembiayaan; 3. Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Pialang Asuransi; 4. dana pensiun lembaga keuangan; 5. perusahaan efek; 6. manajer investasi; 7. kustodian; 8. wali amanat; 9. perposan sebagai penyedia jasa giro; 10. pedagang valuta asing; 11. penyelenggara alat pembayaran menggunakan kartu; 12. penyelenggara e-money danatau e-wallet; 13. koperasi yang melakuka n kegiatan simpan pinjam; 14. pegadaian; 15. perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan berjangka komoditi; atau 16. penyelenggara kegiatan usaha pengiriman uang. Penyedia Jasa Keuangan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang didefenisikan sebagai berikut,yakni setiap orang yang menyadiakan jasa di bidang keuangan atau jasa lainnya yang terkait dengan keuangan baik secara formal maupun non formal. b. Penyedia Barang danatau Jasa Lain meliputi: 1. Perusahaan propertiagen properti; 2. Pedagang kendaraan bermotor; 3. Pedagang permata dan perhiasanlogam mulia; 4. Pedagang barang seni ddan antik; atau 5. Balai lelang. Penyedia Barang dan atau Jasa PBJ adalah setiap orang atau lembaga yang menyediakan barang danatau jasa lainnya yang meliputi baik berizin UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ataupun tidak berizin. Ketentuan mengenai Pihak Pelapor selain sebagaimana dimaksud pada pasal 17 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan TPPU diatur dengan Peraturan Pemerintah. 131 3. Lembaga Pengawas dan Pengaturan LPP Pelaksanaan kewajiban pelaporan oleh Pihak Pelapor dikecualikan dari ketentuan kerahasiaan yang berlaku bagi Pihak Pelapor yang bersangkutan. Lembaga Pengawas dan Pengatur adalah lembaga yang memiliki kewenangan pengawasan, pengaturan, danatau pengenaan sanksi terhadap Pihak Pelapor. 132 3.1 Bank Indonesia Lembaga Pengawas dan Pengatur meliputi: Bank Indonesia adalah bank sentral yang memiliki tugas dan tanggung jawab sebagaimana diatur dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Sesuai dengan UU tersebut, Bank Indonesia memiliki tugas dan tanggung jawab utama menjaga dan memelihara stabilitas nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia memiliki kewenangan menetapkan kebijakan moneter, memelihara dan mengatur sistem pembayaran dan mengatur serta mengawasi bank. 133 Dalam melaksanakan fungsi pengaturan dan pengawasan bank, sesuai UU No. 7 tahun 1992 sebagaimana diubah dengan UU No.10 tahun 1998 Bank 131 Ibid. 132 Ibid. 133 Yunus Husein, loc. cit. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Indonesia memiliki kewenangan memberikan izin, mengatur, mengawasi dan memberikan sanksi terhadap bank Bank Umum dan BPR. Bank Indonesia, sebagai pengawas bank bertanggung jawab mengawasi pelaksanaan anti-money laundering AML policy, termasuk didalamnya adalah pelaksanaan KYC principles. 134 Bank Indonesia merupakan pengawas industri perbankan Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat, Pedagang Valuta Asing, dan Kegiatan Usaha Pengiriman Uang KUPU. Bank Indonesia, terkait dengan pelaksanaan instrumen anti-pencucian uang, Bank Indonesia mengeluarkan ketentuan penerapan Prinsip Mengenal Nasabah bagi industri perbankan Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat, Pedagang Valuta Asing, dan Kegiatan Usaha Pengiriman Uang KUPU. Bank Indonesia juga melakukan audit kepatuhan terkait penerapan Know Your Customer tersebut. 135 3.2 BAPEPAM-LK Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan atau disingkat BAPEPAM-LK merupakan pengawas di bidang pasar modal dan lembaga keuangan non bank. BAPEPAM-LK. terkait dengan tugasnya dalam pelaksanaan instrumen anti-pencucian uang telah mengeluarkan ketentuan Prinsip Mengenal Nasabah PMN pada industri pasar modal dan asuransi. 136 134 Ibid. 135 Lihat Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan Peraturan Bank Indonesia No. 1111PBI2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu. 136 Lihat Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Terkait dengan fungsi BAPEPAM-LK sebagai regulator, yang mengeluarkan kebijakan tidak hanya regulator di bidang pasar modal dan asuransi, tetapi juga regulator untuk dana pensiun dan lembaga pembiayaan dan penyelesaian. Penyedia Jasa Keuangan di UNIVERSITAS SUMATERA UTARA bidang pasar modal antara lain adalah Perusahaan Efek, Pengelola Raksa Dana, Kustodian. 3.3 Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dalam fungsinya sebagai Lembaga Pengawas terkait pelaksanaan instrumen anti- pencucian uang merupakan regulatorpengawas penyelenggara pos. 137 3.4 Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Bappebti Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi dalam fungsinya sebagai Lembaga Pengawas terkait pelaksanaan instrumen anti pencucian uang merupakan regulatorpengawas perdagangan berjangka komoditi. 138 3.5 Direktorat Lelang, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, yang selanjutnya disingkat DKJN adalah unit Eselon I di lingkungan Kementeerian Keuangan yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang kekayaan negara, piutang negara dan lelang sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku. 139 Direktur Lelang, yang selanjutnya disebut Direktur, adalah salah satu Pejabat unit Eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kegiatan, standardisasi dan bimbingan teknis, evaluasi serta pelaksanaan pembinaan perencanaan lelang, 137 Lihat Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos. 138 Lihat Undang-Undang RI No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi. 139 Lihat Pasal 1 angka 3 Peraturan Menteri Keuangan No. 176PMK.062010 tentang Balai Lelang, UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pemeriksaan, pengawasan, dan pembinaan kinerja di bidang lelang berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal. 3.6 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai merupakan salah satu unit di bawah Departemen Keuangan yang juga bagian dari instrumen anti pencucian uang terkait dengan pelaporan Cross Border Cash Carrying CBCC. 140 Pengaturan lebih lanjut mengenai Pelaporan Pembawaan Uang Tunai LPUTCBCC diatur dalam Peraturan Dirjen Bea dan Cukai Nomor 1 Tahun 2005. 141 4. Penegak Hukum 4.1 Kepo lisian Kepolisian merupakan satu-satunya lembaga lembaga penegak hukum yang memiliki kewenangan melakukan upaya penyelidikan ataupun penyidikan tindak pidana pencucian uang di Indonesia. 142 Kepolisian merupakan lembaga yang menerima hasil analisis PPATK dan menindak lanjuti laporan PPATK ke tingkat penyidikan dan juga dapat melakukan pembekuan atas harta kekayaan terlapor. Hasil penyidikan kepolisian berupa berita acara penyidikan BAP yang diserahkan kepada penuntut umum yaitu kejaksaan. 143 Kepolisian dalam kedudukannya sebagai salah satu komponen instrumen anti pencucian uang Berdasarkan laporan hasil analisis PPATK, Kepolisian selaku 140 Lihat Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang Cukai dan Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Kepabeaan. 141 Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang Cukai dan Undang-Undang RI No. 11 Tahun 1995 tentang Kepabeaan. 142 Ivan Yustiavandana dkk, op. cit, hlm. 118 143 Ibid. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA penyidik mempunyai tugas untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan untuk membuat terang suatu kasus dengan mencari bukti untuk menentukan apakah terdapat indikasi tindak pidana pencucian uang atau tidak. 144 4.2 Kejaksaan Apabila dalam penyidikan diperoleh bukti yang cukup, selanjutnya berkas perkara diteruskan kepada Kejaksaan untuk pembuatan dakwaan atau tuntutan dalam sidang pengadilan. Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang- undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan undang-undang. 145 Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya dalam Undang-Undang ini disebut Kejaksaan adalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan Undang-Undang. 146 Kejaksaan menindaklanjuti BAP yang dibuat kepolisian. Kejaksaan mengajukan penuntutan terhadap tersangka di pengadilan negeri. Kejaksaan juga berwenang mengeksekusi hukuman yang dijatuhkan kepada teridana tindak pidana pencucian uang yang telah diputus oleh hakim pengadilan negeri. 147 Jaksa Agung Republik Indonesia tentang Kerjasama Penegakan Hukum Dalam Rangka Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Tindak Pidana Korupsi, tanggal 27 September 2004 Nomor : KEP-612AJ.A092004 dan 144 Yunus husein, pemberantasan tindak pidana korupsi melalui pelaksanaan tindak pidana pencucian uang 145 Ivan Yustiavandana dkk, loc. cit. 146 Ibid. 147 Ibid. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Nomor : 32.MOUPPATK yang menyebutkan bahwa PPATK dapat memberikan informasi kepada Kejaksaan Agung mengenai hasil analisis PPATK yang berkaitan dengan tugas Kejaksaan Agung dan informasi lainnya yang diperlukan Kejaksaan Agung dalam rangka melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan tindak pidana korupsi. 148 Kejaksaan Agung sebaliknya dapat memberikan informasi kepada PPATK mengenai informasi hasil penyelidikan, penyidikan dan penuntutan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Kejaksaan Agung yang terkait dengan tindak pidana pencucian uang, dan informasi lainnya yang diperlukan oleh PPATK dalam rangka melakukan analisis tindak dugaan tindak pidana pencucian uang. Permintaan informasi wajib menjelaskan tujuan penggunaan informasi, dan untuk memperlancar pertukaran iniformasi ini, dapat dilakukan melalui Pejabat Penghubung yang telah ditunjuk. Informasi yang diberikan bersifat rahasia dan digunakan sesuai dengan tujuan yang tercantum dalam surat permintaan informasi. 149 5 Komisi Pemberantasan Korupsi KPK Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun. Komisi Pemberantasan Korupsi dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. 150 148 Yunus Husein, loc. cit. 149 Ibid. 150 Marwan Efendy, loc. cit. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas 151 a. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; : b. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi; d. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan e. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi mengenai Kerjasama Dalam Pelaksanaan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 dan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, pada tanggal 29 April 2004. Dalam MOU ini diatur mengenai pertukaran informasi. PPATK dapat memberikan informasi kepada KPK mengenai hasil analisis PPATK yang berkaitan dengan tugas KPK dan informasi lainnya yang diperlukan KPK dalam rangka melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan tindak pidana korupsi. KPK sebaliknya dapat memberikan informasi kepada PPATK mengenai informasi hasil penyelidikan, penyidikan dan penuntutan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh KPK yang terkait dengan tindak pidana pencucian uang, dan informasi lainnya yang diperlukan oleh PPATK dalam rangka melakukan analisis tindak dugaan tindak pidana pencucian uang. 152 Permintaan informasi wajib menjelaskan tujuan penggunaan informasi, dan untuk memperlancar pertukaran informasi ini, dapat dilakukan melalui 151 Darwin Prinst, loc. cit. 152 Yunus Husein, loc. cit. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pejabat Penghubung yang telah ditunjuk. Informasi yang diberikan bersifat rahasia dan digunakan sesuai dengan tujuan yang tercantum dalam surat permintaan informasi. 153 6 Pengadilan Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang. Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan. Penegak Hukum Kepolisian, Kejaksaan, KPK, dan Pengadilan bekerjasama dan berkoodinasi seiring dengan fungsi yang dimiliki masing-masing terkait dengan pelaksanaan instrumen anti-pencucian uang sebagai usaha pencegahan dan pemberantasan korupsi. Penegak hukum berkoordinasi sesuai tugas yang dimiliki berdasarkan laporan hasil analisis PPATK. Kepolisian selaku penyidik melakukan penyelidikan dan penyidikan untuk membuat terang suatu kasus dengan mencari bukti untuk menentukan apakah terdapat indikasi tindak pidana pencucian uang atau tidak. Apabila dalam penyidikan diperoleh bukti yang cukup, selanjutnya berkas perkara diteruskan kepada Kejaksaan untuk pembuatan dakwaan atau tuntutan dalam sidang pengadilan. 7 Presiden, DPR, dan Masyarakat Publik `Presiden, DPR, dan Masyarakat publik, juga termasuk dalam tubuh instrumen anti pencucian uang. Koordinasi yang baik dan efektif dari setiap komponen ini sangat diharapkan demi terciptanya stabilitas keuangan negara yang 153 Ibid. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA lebih baik dan untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan trhadap tindak pidana pencucian uang itu sendiri. Presiden dan DPR akan menerima laporan kinerja pembangunan instrumen anti pencucian uang dari PPATK setiap 6 enam bulan sekali. Laporan ini akan digunakan oleh Pemerintah dan DPR dalam mengevaluasi pembangunan instrumen anti pencucian uang guna menetapkan kebijakan umum dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang. Sementara itu, laporan kinerja PPATK khususnya dan pembangunan instrumen anti pencucian uang pada umumnya juga dilaporkan ke publik dalam rangka transparansi dan akuntabilitas PPATK. Dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan, DPR RI sewaktu-waktu berhak meminta laporan PPATK. PPATK juga menerima laporan danatau informasi dari masyarakat mengenai adanya dugaan tindak pidana pencucian uang. 8 Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Komite TPPU Mengingat badan pelaksana implementing agency pembangunan instrumen anti pencucian uang cukup banyak, diperlukan koordinasi yang efektif dan berkesinambungan. Oleh karena itu, melalui Keputusan Presiden No.1 Tahun 2004 tanggal 5 Januari 2004 dibentuk Koordinasi nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. 154 Untuk meningkatkan koordinasi antar lembaga terkait dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, dibentuk Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. 155 154 Yunus Husein, loc. cit. 155 Ibid. Pembentukan Komite UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang diatur dengan Peraturan Presiden. Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden No.1 Tahun 2004 tanggal tetap menjalankan tugas, fungsi, dan wewenangnya sampai dibentuk Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang berdasarkan Undang-Undang ini. Untuk menunjang efektifnya pelaksanaan instrumen anti pencucian uang di Indonesia, pemerintah Republik Indonesia membentuk Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Komite TPPU yang diketuai oleh Menko Politik, Hukum dan Keamanan dengan wakil Menko Perekonomian dan Kepala PPATK sebagai Sekretaris Komite. 156 Susunan Keanggotaan Komite TPPU 157 156 Keputusan Presiden RI No. 1 Tahun 2004 tentang Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. 157 Keputusan Presiden RI No. 1 Tahun 2004 tentang Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. : Ketua : Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan; Wakil Ketua : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; Sekretaris : Kepala PPATK Anggota : 1. Menteri Luar Negeri; 2. Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia; 3. Menteri Keuangan; 4. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; 5. Jaksa Agung Republik Indonesia; 6. Kepala Badan Intelijen Negara; UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 7. Gubernur Bank Indonesia. Tugas Komite TPPU 158 1. Mengkoordinasikan upaya penanganan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang; : 2. Memberikan rekomendasi kepada Presiden mengenai arah dan kebijakan penanganan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang secara Nasional; 3. Mengevaluasi pelaksanaan penanganan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang; 4. Melaporkan perkembangan penanganan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang kepada presiden. Dalam melaksanakan tugasnya, Komite TPPU dibantu oleh Tim Kerja yang terdiri dari 159 1. Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan sebagai Ketua. : 2. Deputi Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan Bidang Keamanan Nasional sebagai Wakil Ketua. 3. Deputi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Bidang Kerjasama Ekonomi Internasional. 4. Direktorat Jenderal Multilateral Politik Sosial Keamanan-Departemen Luar Negeri, 158 Keputusan Presiden RI No. 1 Tahun 2004 tentang Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. 159 Keputusan Presiden RI No. 1 Tahun 2004 tentang Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5. Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum-Departemen Kehakiman dan HAM. 6. Direktur Bea dan Cukai-Departemen Keuangan, Direktur Jenderal Pajak- Departemen Keuangan. 7. Direktur Jenderal Lembaga Keuangan-Departemen Keuangan. 8. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal-Departemen Keuangan. 9. Kepala Badan Reserse Kriminal-Kepolisian Negara Republik Indonesia. 10. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum. 11. Deputi Kepala Badan Intelijen Bidang Pengamanan. 12. Deput i Gubernur Bidang Perbankan Bank Indonesia. Disamping Tim Kerja ada dibentuk juga Tim Teknis. Tim Teknis dibentuk berdasarkan Keputusan Menko Bidang Politik, Hukum dan Keamanan. Tim Teknis bertugas melaksanakan keputusan dan rekomendasi Tim Kerja. 160 Penanggulangan tindak pidan korupsi memang memerlukan koordinasi yang baik diantara instansi yang terkait dengan instrumen anti pencucian uang dan lembaga pemberantasan korupsi. Koordinasi yang baik dapat mempermudah penelusuran asal-usul harta kekayaan yang diduga berasal dari tindak pidana lain, yang kemungkinan akan berujung kepada tindak pidana korupsi sebagai predicate crime dari tindak pidana pencucian uang yang terjadi. Kerjasama dan koordinasi dalam upaya pengungkapan kedua kejahatan yang saling berhubungan tersebut dilakukan secara konsisten dan hingga tuntas, sehingga aktor utama dari tindak 160 Keputusan Presiden RI No. 1 Tahun 2004 tentang Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pidana tersebut dapat ditemukan dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 161

B. Peran Strategis dan Perkembangan Instrumen Anti Pencucian Uang