Inflasi HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Inflasi

Inflasi merupakan salah satu indikator dalam perencanaan dan pembangunan daerah. Tingkat inflasi yang tinggi akan menghambat pembangunan, karena dapat memperkecil nilai riil dari pendapatan. Inflasi yang terlalu rendah bahkan deflasi akan menghambat sektor usaha. Idealnya tingkat inflasi tidak lebih dari dua digit. Pada tahun 1997 dan 1998 inflasi di Sumatera Utara mencapai 78,47 persen dan 82,53 persen Tabel 4.2 yang merupakan dampak dari terjadinya krisis ekonomi tahun 1997. Tingkat inflasi pada tahun 1990 – 1996 cukup terkendali dibawah dua digit. Akan tetapi mulai tahun 2000 – 2005 cukup berfluktuatif dan untuk tahun 2001, 2002 dan 2005 tingkat infkasi mencapai dua digit. Tabel 4.3. Tingkat Inflasi di Sumatera Utara Tahun 1990 - 2005 Tahun Inflasi 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 8,28 7,47 6,77 8,16 7,52 8,57 8,62 78,47 82,53 0,66 5,37 11,89 10,17 3,75 7,40 20,86 Sumber : BPS dan BI Sumatera Utara Iman Pinem : Analisis Determinan Penentuan Target Pajak di Sumatera Utara, 2008 USU e-Repository © 2008 Nilai tukar rupiah yang terdepresiasi sangat tinggi pada saat terjadinya krisis ekonomi dan sesudahnya menjadi penyebab utama inflasi yang tinggi tersebut. Kenaikan harga-harga menjadi tidak terkendalikan disebabkan sektor riil dan sektor perbankan terkena dampak krisis yang sangat serius. Seiring dengan upaya perbaikan ekonomi yang dilakukan pemerintah, maka laju inflasi dapat ditekan pada tahun 1999, namun kemudian berfluktuasi setiap tahun sebagai akibat ketidakstabilan sekonomi serta kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga-harga. Berdasarkan hasil pemantauan Badan Pusat Statistik BPS selama tahun 2005, Sumatera Utara mengalami inflasi sebesar 20,86 persen yang lebih tinggi dari inflasi tahun 2004 sebesar 7,40 persen. Inflasi tahun 2005 terutama disebabkan oleh adanya kenaikan pada beberapa komoditi strategis pada akhir tahun 2004 seperti Tarif Dasar Listrik TDL, Bahan Bakar Minyak BBM, dan tarif komunikasi serta komoditi lain yang mengalami peningkatan setiap saat. Stabilitas nilai tukar rupiah mempunyai andil dalam menekan tingkat inflasi khususnya pada barang-barang impor. Walaupun secara eksplisit inflasi tidak dimasukkan kedalam penentuan target pajak. Namun secara implisi variabel inflasi dimasukkan kedalam variabel Produk Domestik Regional Bruto PDRB nominal karena didalam perhitungan PDRB nominal memasukkan perubahan harga.

4.4 Jumlah Wajib Pajak di Sumatera Utara