Analisis Determinan Penentuan Target Pajak Di Sumatera Utara

(1)

ANALISIS DETERMINAN PENENTUAN

TARGET PAJAK DI SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

IMAN PINEM

067018050/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

ANALISIS DETERMINAN PENENTUAN

TARGET PAJAK DI SUMATERA UTARA

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

dalam Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

IMAN PINEM

067018050/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(3)

Judul

Tesis

:

ANALISIS DETERMINAN PENETUAN

TARGET PAJAK DI SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa

: Iman Pinem

Nomor Pokok

: 067018050

Program Studi

: Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Drs. Iskandar Syarief, MA) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur

(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 27 Maret 2008

PANITIA PENGUJI TES

Ketua : 1. Dr. Murni Daulay, M.Si Anggota : 2. Drs. Iskandar Syarief, MA

3. Dr. Ramli, MS 4. Drs. Rudjiman, MA 5. Kasyful Mahali, SE, M.Si


(5)

ABSTRAK

Penentuan target penerimaan pajak dalam APBN selama ini tidak memadai lagi untuk menghadapi kondisi pengeluaran negara yang meningkat lebih cepat sehingga mengakibatkan semakin besarnya fiskal gap dan defisit anggaran. Untuk mengimbangi peningkatan pengeluaran tersebut maka diperlukan peningkatan penerimaan pajak dimana hal ini masih dimungkinkan mengingat tax rasio Indonesia masih rendah dan dibawah rata-rata tax ratio negara berkembang di dunia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi target pajak di Sumatera Utara. Dengan memperhatikan situasi makroekonomi yang ada dalam hal ini Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan pengeluaran pembangunan serta faktor internal yaitu jumlah wajib pajak, maka variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berlaku, pengeluaran pembangunan dan jumlah wajib pajak.

Penelitian ini menggunakan data time series antara tahun 1990 – 2005 dan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk mengestimasi target penerimaan pajak.

Hasil penelitian menunjukkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun lalu, pengeluaran pembangunan dan jumlah wajib pajak tahun lalu secara keseluruhan (serentak) mempengaruhi target pajak. Sedangkan secara parsial, variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun lalu dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap target pajak di Sumatera Utara. Sedangkan variabel jumlah wajib pajak tahun lalu berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap target pajak. Jika melihat elastisitasnya dari variabel-variabel bebasnya diperoleh hasil bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun lalu mempunyai nilai elastisitas lebih dari 1 terhadap target pajak. Sehingga respon target pajak terhadap PDRB tahun lalu sangat besar. Sedangkan pengeluaran pemerintah dan jumlah wajib pajak kurang dari 1 (inelastic) terhadap target pajak. Sehingga respon target pajak terhadap pengeluaran pemerintah dan jumlah wajib pajak sangat kecil.

Kata kunci: target pajak, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pengeluaran pemerintah (GE), wajib pajak (WP), Ordinary Least Square (OLS)


(6)

ABSTRACT

Tax receiving target determination as stated in the APBN (National Budget) is no longer appropriate to face the condition of national spending which is more rapidly increasing that resulting in an increasing amount of fiscal gap and budget deficit. To balance the increase of spending, tax receiving needs to be increased because it is still possible to do considering that tax ratio in Indonesia is still low and under the mean tax ratio of developing countries in the world.

The purpose of this study is to find out the factors influencing tax target in Sumatera Utara. By looking at the current macroeconomic situation including existing Gross Regional Domestic Product (PDRB), government expenditure, and the internal factor such as the number of tax payers that function as the variables to be looked at in this study.

To estimate tax receiving target, this study uses the data time series issued from 1990 – 2005 and Ordinary Least Square method.

The result of this study reveals that the last year Gross Regional Domestic Bruto (PDRB), government expenditure, and number of tax payers all together influence the tax target. Partially, the variables of last year and government expenditure have a positive and significant influence on the tax target in Sumatera while the variable of last year number of tax payers has a positive but insignificant influence on the tax target. In terms of the elasticity of independent variables, it is found out that last year Gross Regional Domestic Product (PDRB) has an elasticity value which is greater than 1 toward tax target that the response of tax target to the last year Gross Regional Domestic Product (PDRB) is very big, while the response of tax target toward government expenditure and number of tax payers is very small because the elasticity value of government expenditure and number of tax payers is less than 1 (inelastic).

Key words: tax target, Gross Regional Domestic Bruto (PDRB), government expenditure (GE), tax payer (WP) , Ordinary Least Sqaure (OLS)


(7)

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang dapat penulis ucapkan, selain puji syukur yang sangat dalam kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang karena limpahan Rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul: Analisis

Determinan Penentuan Target Pajak Di Sumatera Utara.

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil hingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis yaitu kepada;

1. Ibu Dr. Murni Daulay M.Si sebagai komisi pembimbing dan sekaligus sebagai Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan dan Bapak Drs. Iskandar Syarief, M.A. sebagai anggota komisi pembimbing, atas kesempatan/waktu dan pikiran yang telah diberikan mulai dari penulisan proposal sampai dengan selesainya penulisan tesis ini.

2. Bapak dan Ibu staf pengajar pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, yang dengan tulus dan ikhlas telah memberikan ilmu dan pengetahuan selama mengikuti pendidikan.


(8)

3. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

5. Para Staf Administrasi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

6. Teman-teman khususnya angkatan XI yang telah bersama-sama menambah ilmu selama masa perkuliahan dari awal sampai akhir.

7. Rasa terima kasih yang mendalam khususnya penulis sampaikan kepada orang tuaku Alm. Drs. Dj. Pinem/ Sita br Ketaren, mertua Drg. Djemmy Sembiring Depari/ M br Perangin-angin, istriku tercinta Nestum br Sembirng Amk, anak-anakku Ari dan Angel serta abang dan kakakku sekalian yang senantiasa mendoakan dan memberikan semangat, perhatian dan Kasih sayang dalam menyelesaikan studi ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu dan memberikan dorongan baik langsung maupun tidak langsung kepada penulis dalam menyelesaikan thesis ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa apa yang tertuang dalam tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan tesis ini senantiasa penulis harapkan.

Mudah-mudahan penulisan tesis ini dapat memberikan banyak manfaat sehingga memperkaya khazanah ilmu pengetahuan di bidang ekonomi pembangunan khususnya bagi rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan


(9)

Universitas Sumatera Utara yang akan menyusun penulisan tesis. Akhir kata semoga segala usaha dan niat baik yang telah kita lakukan mendapat ridho dari Tuhan yang Maha Kuasa.

Medan, Maret 2008 Penulis,


(10)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Iman Pinem 2. Agama : Kristen Protestan

3. Tempat/Tgl. Lahir : Medan, 16 September 1968 4. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS) 5. Nama orangtua

Ayah : (Alm.) Drs. DJ. Pinem Ibu : Sita br. Ketaren 6. Pendidikan

a. SD. RK. ST. Thomas I Medan : Lulus Tahun 1981 b. SMP. RK. ST. Thomas I Medan : Lulus Tahun 1984 c. SMA. RK. ST. Thomas I Medan : Lulus Tahun 1987 d. Universitas Sumatera Utara (USU) Medan : Lulus Tahun 1992 e. Sekolah Pascasarjana USU Medan : Lulus Tahun 2008


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Target Pajak ... 6

2.2 Azas-Azas Dalam Perpajakan ... 8

2.3 Target Pajak dan Faktor-Faktor Ekonomi Eksternal Yang Mempengaruhinya... 10

2.3.1 Pertumbuhan Ekonomi... 11

2.3.2 Pengeluaran Pemerintah (Government Expenditure)... 16

2.3.3 Inflasi ... 21

2.4 Penelitian Terdahulu ... 22

2.5 Hipotesis Penelitian... 25

2.6 Kerangka Pemikiran... 26

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 27

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 27

3.3 Model Analisis ... 28

3.4 Metode Analisis ... 28

3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 30

3.6 Uji Signifikansi ... 30

3.6.1 Multikolinearitas ... 30

3.6.2 Autokorelasi ... 32


(12)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN... 34

4.1 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara... 34

4.2 Pengeluaran Pembangunan ... 35

4.3 Inflasi ... 38

4.4 Jumlah Wajib Pajak di Sumatera Utara ... 39

4.5 Pembahasan... 41

4.5.1 Hasil Estimasi Penentuan Target Pajak... 41

4.5.2 Uji Asumsi Klasik ... 48

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN... 51

5.1. Kesimpulan ... 51

5.2. Saran... 52


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Perbandingan Penerimaan Pajak Terhadap Pendapatan Nasional

Dari Beberapa Negara Asia Tahun 2002 ... 7

4.1 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara Tahun 1990 - 2005 ... 35

4.2 Realisasi Pengeluaran Pembangunan di Sumatera Utara 1990 – 2005 ... 37

4.3 Tingkat Inflasi di Sumatera Utara Tahun 1990 – 2005... 38


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kurva Laffer... 20 2.2 Kerangka Pemikiran... 26


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Data Penelitian ... 56

2 Hasl Estimasi OLS atas Variabel Target Pajak... 57

3 Hasil Estimasi OLS atas Variabel Realisasi Penerimaan Pajak... 58

4 Uji Multikolinearitas atas Variabel PDRB... 59

5 Uji Multikolinearitas atas Variabel GE... 60

6 Uji Multikolinearitas atas Variabel WP ... 61


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penentuan target penerimaan pajak dalam APBN selama ini tidak memadai lagi untuk menghadapi kondisi pengeluaran negara yang meningkat lebih cepat sehingga mengakibatkan semakin besarnya fiskal gap dan defisit anggaran. Untuk mengimbangi peningkatan pengeluaran tersebut maka diperlukan peningkatan penerimaan pajak dimana hal ini masih dimungkinkan mengingat tax rasio Indonesia masih rendah dan dibawah rata-rata tax ratio negara berkembang di dunia.

Seiring upaya mengurangi ketergantungan dana eksternal (hutang luar negeri) maka sumber pembiayaan pembangunan internal yakni penerimaan pajak terus ditingkatkan. Kontribusi pajak terhadap jalannya roda pemerintahan dan pembangunan terus meningkat dari waktu ke waktu. Peran penting tersebut diwujudkan dalam bentuk target penerimaan pajak di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk skala Nasional. Misi utama Direktorat Jenderal Pajak (DJP) di dalam struktur keuangan Negara menjalankan tugas dan fungsi penerimaan pajak adalah Misi Fiskal yaitu menghimpun penerimaan pajak berdasarkan Undang – Undang perpajakan yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah dan dilaksanakan secara efektif dan efisien ( Rusjdi, 2006 ). Target penerimaan pajak dialokasikan kepada instansi vertikal Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak


(17)

(Kanwil) di daerah dan selanjutnya, setiap Kanwil DJP di masing – masing daerah juga mengalokasikan target tersebut kepada setiap Kantor Pelayanan Pajak yang berada di masing – masing wilayahnya sebagai unit operasional.

Penerimaan pajak sebagai realisasi dari penentuan target pajak dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi penerimaan pajak berupa kebijakan dalam menentukan dasar pengenaan pajak (tax base) atau objek pajak, jika dasar pengenaan pajak dan objek pajak dapat diperluas berdasarkan Undang-Undang maka hal ini berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak, disamping itu kebijakan penerapan pajak yang tidak sesuai dengan tunututan pasar dapat berpengaruh negatif terhadap penerimaan pajak. Sedangkan pengaruh faktor eksternal terhadap penerimaan pajak dapat terlihat pada pertumbuhan ekonomi yang merupakan persentase kenaikan PDB dalam nilai riil tahun tertentu dibandingkan tahun sebelumnya akan berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak. Begitu juga halnya dengan tingkat inflasi juga dapat mempengaruhi penerimaan pajak, dalam periode waktu tertentu tingkat inflasi yang tidak terlalu tinggi dan dapat disesuaikan berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak melalui naiknya nilai nominal dari pendapatan masyarakat yang dapat digunakan untuk konsumsi maupun menabung. Hal yang sama juga terjadi pada pengeluaran pemerintah. Apabila pemerintah melalukan kebijakan fiskal yang ekspansif akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Sistem perpajakan di Indonesia juga harus disusun menjadi lebih kondusif agar dapat meningkatkan wajib pajak, kepercayaan dan produktifitas. Penerimaan pajak juga dipengaruhi oleh tarif pajak (tax rate) dan basis pajak (tax


(18)

based). Tarif pajak dan basis pajak perlu disesuaikan pada tingkat yang rasional sehingga dapat meningkatkan daya saing dan menggairahkan dunia usaha yang pada akhirnya memberi dampak positif pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Dalam APBN tahun 2005, penerimaan pajak sebesar Rp. 297,84 triliun atau sebesar 78,5 % dari penerimaan dalam negeri. Dari jumlah tesebut, 81% berasal dari penerimaan Pajak Penghasilan ( PPh ) dan Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ). Penerimaan PPh pada umumnya diharapkan masih dapat ditingkatkan karena memiliki potensi yang cukup besar dan masih banyak yang belum tergali, terutama dari sektor PPh Pasal 21 yang akan berujung pada peningkatan PPh Orang Pribadi mengingat jumlah penduduk yang semakin besar dan pertumbuhan ekonomi yang harus tetap berlanjut.

Berdasarkan data dari Kantor Pajak di Sumatera Utara untuk tahun 2000 sampai dengan 2006 realisasi penerimaanya selalu dibawah target yang telah ditetapkan , Untuk penentuan target pajak ini memerlukan suatu perencanaan yang wajar dan objektif dalam arti tidak hanya berorientasi pada pencapaian penerimaan semata, tetapi juga harus melihat faktor-faktor ekonomi eksternal secara makro yang dapat mempengaruhi di dalam penentuan suatu target penerimaan pajak. Oleh karena itu perlu dikaji faktor-faktor manakah yang dapat mempengaruhi penentuan target penerimaan pajak sehingga target yang dialokasikannya tersebut dapat terealisir secara wajar dan realistis sesuai dengan potensi yang ada, tingkat inflasi yang berlaku dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi.


(19)

Dilatar belakangi oleh pemikiran-pemikiran tersebut diatas, dalam tesis ini, penulis mencoba untuk mempelajari dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan target penerimaan pajak di Sumatera Utara sehingga dapat diambil kesimpulan bagaimana langkah yang diambil oleh Kantor Pajak di Sumatera Utara untuk merealisasikan target penerimaan pajaknya secara wajar dan realistis khususnya untuk tahun-tahun berikutnya.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang dan uraian yang telah diungkapkan maka permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh pengeluaran pembangunan terhadap target penerimaan pajak di Sumatera Utara.

2. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap target penerimaan pajak di Sumatera Utara.

3. Bagaimana pengaruh jumlah wajib pajak terhadap target penerimaan pajak di Sumatera Utara.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pembangunan terhadap target penerimaan pajak di Sumatera Utara.


(20)

2. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap target penerimaan pajak di Sumatera Utara.

3. Untuk mengetahui pengaruh jumlah wajib pajak terhadap target penerimaan pajak di Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintah (khususnya Direktorat Jenderal Pajak) agar dapat mengetahui variabel – variabel yang berpengaruh di dalam penentuan target penerimaan pajak di Sumatera Utara secara wajar dan realistis sehingga dapat terealiasir. 2. Untuk menambah wawasan, baik penulis sendiri, maupun pemerhati pajak

lainnya terutama di dalam menganalisa variabel-variabel yang mempengaruhinya serta juga berguna sebagai referensi bagi peneliti sejenis dan jenis pajak lainnya.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Target Pajak

Target pajak adalah suatu nilai tertentu atau yang diharapkan dari penerimaan pajak dengan memperhatikan situasi makro ekonomi yang ada dalam hal ini Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan pengeluaran pembangunan.

Untuk membiayai berbagai program pembangunan, pemerintah memperoleh penerimaan melalui sistem pajaknya yang dirancang secara hati-hati yang bersumber dari pengeluaran pemerintah untuk menyeimbangkan antara target dan realisasi sehingga bermuara pada efisiensi dan pemerataan. Berapa banyak pendapatan nasional yang berasal dari pajak.

Berdasarkan tabel 2.1 diatas, untuk tahun 2002 tax ratio Indonesia sebesar 13,0%. Sedangkan negara-negara lain seperti Singapura sudah mencapai 22,44%, Malaysia 20,17% dan Srilanka 17,91%. Dengan demikian kinerja perpajakan Indonesia hanya sedikit lebih unggul dibandingkan tax ratio Negara India dan Myanmar yaitu sebesar 9,85% dan 5,5%.


(22)

Tabel.2.1. Perbandingan penerimaan pajak terhadap pendapatan nasional dari beberapa Negara Asia Tahun 2002.

No. Negara % penerimaan pajak tehadap pendapatan nasional

1. Singapura 22,44

2. Malaysia 20,17

3. Srilanka 17,91

4. Thailand 17,28

5. Korea 15,78

6. Jepang 14,56

7. Philiphina 13,68

8. Pakistan 13,60

9. Indonesia 13,0

10. India 9,85

11. Myanmar 5,50

Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

Berdasarkan tabel 2.1 diatas, untuk tahun 2002 tax ratio Indonesia sebesar 13,0%. Sedangkan negara-negara lain seperti Singapura sudah mencapai 22,44%, Malaysia 20,17% dan Srilanka 17,91%. Dengan demikian kinerja perpajakan Indonesia hanya sedikit lebih unggul dibandingkan tax ratio Negara India dan Myanmar yaitu sebesar 9,85% dan 5,5%.

Proses penarikan pajak oleh pemerintah pada kegiatan ekonomi akan mengurangi pendapatan disposable (disposable income), dimana :

∆AD = – c ∆ T (2.1) 1 – c


(23)

ΔAD = 1 ΔG (2.2) 1 - c

dimana: T = Pajak

G = Pengeluaran Pemerintah

c = Marginal Propensity to Consume (MPC) AD = Aggredat Demand

∆AD/∆T dan ΔAD/ΔG menyatakan bahwa multiplier dari kebijakan fiscal. ΔT dan

ΔG merupakan multiplier pada putaran pertama. Pengaruh akhir dari ∆T dan ∆G terhadap AD biasanya tidak sama dengan satu, biasanya lebih kecil dari satu. Ini tergantung kemana pajak itu dibelanjakan kembali, apakah untuk beli barang atau bayar gaji. Proses penarikan pajak sebenarnya tidak hanya mengurangi pendapatan, tetapi juga dapat berpengaruh terhadap Investasi ( I ), terutama bila pajak berkaitan dengan keputusan para penanam modal untuk investasi. Dalam hal ini pengenaan pajak cenderung menurunkan investasi lewat proses pelipat dapat menurunkan AD.

2.2 Azas-Azas Dalam Perpajakan

Teori klasik tentang sistem perpajakan yang baik dumulai sejak Adam Smith dalam bukunya “The Wealth of Nations” (Waluyo 2006) yang menyatakan bahwa penungutan pajak hendaknya didasarkan pada :


(24)

a) Equality

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Adil dimaksudkan bahwa setiap wajib pajak menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingan dan manfaat yang diminta.

b) Certainty

Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu, wajib pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.

c) Convenience

Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak sebagai contoh pada saat-saat wajib pajak memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut pay as you earn. d) Economy

Secara ekonomi biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban bagi wajib pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang dipikul wajib pajak.

Azas keadilan dalam sistem perpajakan telah banyak didiskusikan secara luas, dan hal ini merupakan bagian terpenting dalam mengevaluasi setiap pengajuan dalam pembuatan kebijakan perpajakan. Musgrave (Laksana, 2001) memberikan pandangan yang adil tentang distribusi beban pajak, beban administrasi dan pengaruh


(25)

insentif pajak terhadap penerimaan pajak. Diantara keempat azas diatas, Musgrave juga menekankan pada tiga azas lainnya yaitu : azas netralitas (neutrality), azas perbaikan (reformation), dan azas kestabilan dan pertumbuhan (growth and stability).

2.3 Target Pajak dan Faktor-Faktor Ekonomi Eksternal Yang

Mempengaruhinya

Di negara-negara yang sedang berkembang sebagian besar penerimaan pajaknya berasal dan sumber pajak tak langsung. Menurut Nafziger (1990) dan dalam Yuzrat and Makhfatih (Nasution, 2003) menyebutkan bahwa proporsi PDB terhadap pajak langsung pada negara sedang berkembang lebih rendah daripada pajak langsung dari negara-negara maju. Hal ini dikarenakan pada negara-negara yang sedang berkembang lebih rendah golongan berpenghasilan tingginya. Dalam perkembangannya akan terjadi proses pergeseran dari dominasi pajak tidak langsung menjadi pajak langsung sesuai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi diiringi dengan peningkatan pendapatan perkapita penduduknya.

Dalam jangka panjang peranan pajak langsung akan semakin penting seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat dan ditunjang pula dengan teknologi canggih menuju era globalisasi. Selain berfungsi sebagai pemerataan karena struktur tarifnya bersifat progresif, perkembangan hubungan internasional yang semakin maju kearah liberal dan global mengharuskan pemerintah untuk menurunkan tarif importnya dalam rangka peningkatan daya saing ekonomi domestik di ekonomi dunia. Konsekuensinya penerimaan pajak tidak langsung akan menjadi


(26)

turun. Alternatifnya adalah memobilisasi penerimaan pajak yang bertumpu pada pajak langsung seperti pajak penghasilan.

2.3.1 Pertumbuhan Ekonomi

a. Hubungan Pajak dan Pertumbuhan Ekonomi

Pajak mempengaruhi permintaan agregat {AD = C + I + G (bila perekonomian tertutup)} secara tidak langsung melalui disposable income dan selanjutnya terhadap pengeluaran konsumsi. Apabila pajak naik sebesar ΔT maka disposable income turun dengan jumlah yang sama dan pengeluaran konsumsi juga turun sebesar : ΔC = -c ΔT dimana c adalah Marginal Propensity to Consume (MPC), dan selanjutnya ΔC ini menurunkan AD melalui proses proses multiplier sebesar 1/1-c x ΔC atau –c/1-c x ΔT. Dengan demikian kenaikan pajak cenderung untuk menurunkan output dan bersifat deflasioner. Akan tetapi, apabila penerimaan pajak digunakan untuk pembelian barang/jasa (ΔG) maka pengaruh pajak ini belum tentu deflasioner. Apabila kenaikan penerimaan pajak sebesar ΔT seluruhnya digunakan untuk pembelian barang/jasa (ΔG) maka kenaikan AD sebesar 1/1-c x ΔG.

Pengaruh netto dari kebijakan tersebut sebesar (-c/1-c x ΔT) + (1/1-c x

ΔG). Tetapi karena seluruh kenaikan pajak digunakan untuk pembelian barang/jasa maka ΔT = ΔG sehingga pengaruh nettonya terhadap AD sebesar


(27)

meningkat sebesar ΔT dan seluruhnya digunakan untuk pembelian barang/jasa sebesar ΔG maka akan meningkatkan permintaan agregat sebesar ΔAD. Hal ini terkenal dengan nama dalil Anggaran Berimbang atau Balanced Budget Multiplier (Boediono, 2001).

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori Pertumbuhan Ekonomi Harold – Domar

Teori Harold – Domar adalah perkembangan langsung dari teori makro Keyness jangka pendek menjadi suatu teori makro jangka panjang. Aspek utama yang dikembangkan dari teori Keyness adalah aspek yang menyangkut peranan investasi (I) dalam jangka panjang. Dalam teori Keyness, pengeluaran investasi (I) mempengaruhi permintaan agregat (AD) tetapi tidak mempengaruhi penawaran agregat (S). Harold – Domar melihat pengaruh investasi dalam perspektif waktu yang lebih panjang. Menurut kedua ekonom ini, pengeluaran investasi (I) tidak hanya mempunyai pengaruh (lewat proses multiplier) terhadap permintaan agregat (AD) tetapi juga terhadap penawaran agregat (S) melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi. Dalam perspektif waktu yang lebih panjang ini, I menambah stok kapital (misalnya, pabrik-pabrik, jalan dan jembatan dan lain sebagainya). Jadi I = ΔK, dimana K adalah stok kapital dalam masyarakat. (Boediono, 1999)


(28)

Perekonomian yang dibangun pada dasarnya harus senantiasa mencadangkan atau menabung sebagian pendapatan nasionalnya untuk menambah atau mengganti barang-barang modal yang telah susut atau rusak. Namun untuk memacu pertumbuhan ekonomi dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan netto terhadap cadangan atau stok modal. Bila diasumsikan bahwa ada hubungan ekonomi langsung antara besarnya stok modal secara keseluruhan (K), dengan total PDB (Y), misalkan dibutuhkan modal sebesar 3 juta rupiah untuk menghasilkan satu juta rupiah dari PDB, maka hal itu berarti bahwa setiap tambahan netto terhadap stok modal dalam bentuk investasi baru akan menghasilkan kenaikan arus output nasional atau PDB.

Secara sederhana persamaan Harold – Domar dapat dinotasikan sebagai berikut:

k s Y

Y = Δ dimana:

Y = PDB

s = Propersity to save k = Propersity to capital

Persamaan ini menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan pendapatan nasional akan secara positif berbanding lurus dengan rasio tabungan


(29)

(semakin banyak bagian PDB yang ditabung dan diinvestasikan maka pertumbuhan PDB yang dihasilkan akan semakin besar). Dan secara negatif atau perbandingan terbalik yakni, semakin besar rasio modal output nasional, maka tingkat pertumbuhan PDB akan semakin rendah.

Logika ekonomi yang terkandung didalam persamaan Harold – Domar tersebut adalah sangat sederhana, agar bisa tumbuh dengan pesat maka setiap perekonomian haruslah menabung dan menginvestasikan sebanyak mungkin dari PDB-nya. Semakin banyak yang dapat ditabung dan kemudian diinvestasikan maka laju pertumbuhan ekonomi semakin cepat. Akan tetapi tingkat pertumbuhan maksimal yang dapat dijangkau pada setiap tabungan dan investasi juga amat tergantung kepada tingkat produktifitas investasi tersebut dalam mencapai laju pertumbuhan ekonomi tersebut. (Todaro, 2000).

Teori Pembangunan Ekonomi Solow

Fungsi produksi yang dikemukakan oleh Robert M. Solow memasukkan unsur produktivitas faktor total, artinya kenaikan output tidak hanya ditentukan oleh kenaikan modal dan tenaga kerja tetapi juga oleh kenaikan produktifitas faktor total. Artinya jika produktivitas faktor total meningkat satu persen dengan asumsi input tidak berubah, maka output akan meningkat satu persen pula. Peningkatan mungkin disebabkan oleh perubahan kebijakan pemerintah terhadap investasi, misalnya investasi di bidang pendidikan yang akan meningkatkan mutu


(30)

dan kualitas dari tenaga kerja yang dihasilkan sehingga produktivitas kerja akan meningkat, selanjutnya pertumbuhan output total akan bergerak naik menjadi pertumbuhan ekonomi yang emningkat (Todaro, 2000).

Solow menotasikan model pertumbuhan ekonomi dalam bentuk persamaan matematika seperti berikut ini:

k k sf k sq L K L sQ K sQ

K ( )

/ / = = = = dimana :

q = f(k) , q = output per tenaga kerja adalah fungsi dari capital per tenaga kerja, atau output per kapita adalah fungsi dari kapital per kapita. Asumsi l konstan.

ΔK = sQ k = K/L

Q = kuantititas jumlah produksi L = tenaga kerja

s = propensity to save

Solow mengatakan bahwa posisi long run equilibrium akan tercapai apabila capital per kapita, k, mencapai suatu tingkat yang stabil, artinya tidak lagi berubah nilainya. (Boediono, 1999)

Teori Pembangunan Ekonomi Solow - Swan

Secara garis besar proses pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh Solow – Swan adalah sebagai berikut:


(31)

a. Tenaga kerja (atau penduduk), L, tumbuh dengan laju tertentu, misalnya p per tahun

b. Adanya fungsi produksi Q = f(K, L) yang berlaku bagi setiap periode. c. Adanya kecenderungan menabung (Propersity to save) oleh

masyarakat yang dinyatakan sebagai proporsi (s) tertentu dari output. Tabungan masyarakat S = sQ; bila Q naik maka S akan naik juga begitu sebaliknya.

d. Semua tabungan masyarakat diinvestasikan (S = I = ΔK). (Boediono, 1999)

2.3.2 Pengeluaran Pemerintah ( Government Expenditure )

Dalam rangka kegiatan ekonomi pembangunan, kebutuhan akan dana yang menjadi beban pengeluaran pemerintah terus meningkat, kebutuhan dana yang terus meningkat tersebut tidak boleh dipenuhi melalui pencetakan uang, namun harus didanai dari sumber penerimaan negara dari pajak dan pendapatan negara lainnya yang sah, termasuk dari bantuan atau pinjaman atau hutang dari dalam dan luar negeri ataupun dengan mengadakan efisiensi pengeluaran pemerintah. (Frans Seda, 2004).

Penggalian sumber-sumber keuangan khususnya yang berasal dari pajak dapat dilakukan dengan terlebih dahulu meningkatkan pengeluaran Pemerintah (Government Expenditures) untuk merangsang meningkatnya Produk


(32)

Domestik Regional Bruto (PDRB). Dalam hal ini pemerintah dapat melakukannya melalui :

a. Belanja Pegawai.

Belanja Pegawai merupakan salah satu pos yang penting dari APBN karena jika pos ini tidak ada, maka roda pemerintahan tidak dapat digerakkan. Belanja Pegawai dalam hal ini kita sederhanakan sebagai bayar Gaji ( W ). Apakah yang terjadi dari perubahan W ? Pembayaran atau peningkatan gaji pegawai negeri ( PNS ) akan berpengaruh pada pendapatan dan seterusnya permintaan permintaan PNS untuk membeli barang barang atau jasa- jasa. Gaji PNS berubah atau naik, maka pendapatan disposable income sektor rumah tangga bertambah ( Yd ). Pertambahan Yd dapat menaikkan ∆ AD melalui pengeluaran konsumsi ( ∆C ). Tambahan konsumsi, akibat dari tambahan pendapatan itu tergantung pada kecenderungan konsumsi atau pada MPC. Jadi konsumsi meningkat dengan ∆C = c Yd = c ∆W, c adalah MPC, selanjutnya efek pengganda atau proses pelipat ( proses multiplier ) akan meningkat AD sebesar :

1

∆ AD = --- ∆ C 1 – c


(33)

1 c

∆ AD = --- c ∆ Yd = --- ∆ W 1 - c 1 - c

MPC atau c dinegara kita dapat dikatakan masih tinggi, karena pendapatannya masih rendah. Sebagian besar dari tambahan pendapatan digunakan untuk tambahan konsumsi. Misal diasumsi MPC = c = 0,80 , maka dengan ∆ belanja pegawai sebesar Rp. x ,- maka dapat menaikkan ∆AD sebesar 500%. Seterusnya perubahan AD sebesar ini akan meningkatkan PDRB.

b. Belanja Barang / Jasa atau Pengeluaran Pembangunan.

Belanja Barang atau Pengeluaran Pembangunan pada putaran pertama akan menaikkan AD sebesar :

1

∆ AD = --- ∆ G 1 - c

Kalau kita asumsi MPC = c = 0,8 , maka pengeluaran pembangunan akan meningkatkan AD sebesar 500%. Dengan tingginya multiplier effect yang tercipta maka akan juga menigkatkan PDRB.

Menurut Rahmayanti (2006) peningkatan tarif pajak akan meningkatkan ketidakefisienan dan kepatuhan wajib pajak sehingga dapat mengurang penerimaan pajak. Selanjutnya Rahmayanti menyatakan bahwa batas untuk meningkatkan tarif pajak adalah sesuatu yang harus ditetapkan


(34)

dengan hati-hati, dimana globalisasi membuat negara-negara lebih terbuka dan persaingan dalam menarik investasi dapat dipengaruhi oleh pajak di suatu negara. Meskipun masih banyak faktor-faktor lain yang menentukan keputusan untuk berinvestasi namun pajak termasuk tarif pajak masih menjadi bahan pertimbangan yang penting.

Memasukkan variabel jumlah penduduk dan perubahan harga dalam menentukan besarnya pengeluaran pemerintah, jelas merupakan hal yang sangat penting. Tetapi hal itu tidak cukup. Terdapat banyak alasan jika kita menganggap bahwa sebagian dari kenaikan pendapatan dikeluarkan untuk membeli barang dan jasa oleh sektor pemerintah

Kurva Laffer yang dibuat oleh Arthur B. Laffer (Skousen, 2005) menjelaskan bahwa pemotongan pajak marginal dapat menstimulasi pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pendapatan pajak secara aktual. Kurva Laffer (lihat gambar 2.1) menunjukkan hubungan teoritis antara level pajak dengan pendapatan pajak.


(35)

Gambar 2.1. Kurva Laffer

Menurut Kurva laffer, kenaikan pajak akan menghasilkan lebih banyak pendapatan bagi pemerintah selama tingkat kenaikannya tidak terlalu tinggi. Tetapi begitu pajak melebihi X, kenaikan pajak selanjutnya akan menurunkan pendapatan karena tingkat pajak yang tinggi akan menurunkan semangat kerja, dan mendorong orang untuk menghindari pajak dan bahkan melakukan penghindaran secara illegal. Dalam gambar


(36)

2.1, jika tingkat pajak mencapai daerah terlarang, pemotongan pajak (ta

sampai tb) dapat menaikkan pendapatan pajak (dari ra ke rb).

2.3.3 Inflasi

Inflasi akan mengurangi daya beli uang yang telah diperoleh masyarakat dengan susah payah. Apabila haga naik, tiap lembar uang yang dihasilkannya hanya akan mampu membeli barang dan jasa dalam jumlah yang sedikit. Jadi , kelihatannya inflasi secara langsung telah menurunkan standar hidup. Namun dipihak lain, ketika harga naik, pembeli barang dan jasa akan mengeluarkan lebih banyak uang untuk apa yang mereka beli, pada saat yang sama penjual barang dan jasa mendapatkan lebih banyak uang dari penjualan mereka. Karena kebanyakan orang mendapatkan penghasilan dengan menjual jasa mereka, seperti para tenaga kerja, penghasilan juga semakin meningkat sejalan kenaikan harga. Jadi, inflasi sendiri tidak mengurangi daya beli riil masyarakat. Ketika laju inflasi sebesar 6 % mengurangi nilai riil dari kenaikan sebesar 4 %, pekerja mungkin merasa dirinya telah diperdaya. Sebenarnya pendapatan riil ditentukan oleh variable- variable riil seperti modal fisik, SDM, SDA dan ketersediaan tehnologi produksi. Pendapatan nominal ditentukan oleh faktor-faktor tersebut dan tingkat harga keseluruhan. Bila pendapatan nominal cenderung sama dengan kenaikan harga, berarti inflasi bukan merupakan suatu masalah. Namun para ekonom telah mengidentifikasi beberapa kerugian akibat inflasi. Masing-masing kerugian menunjukkan bahwa pertumbuhan terus menerus pada jumlah uang yang beredar sesungguhnya memiliki dampak pada variable-variabel riil tersebut.


(37)

Hampir semua pajak mengganggu insentif, menyebabkan masyarakat mengubah sikap mereka dan alokasi sumber – sumber daya dalam perekonomian menjadi kurang efisien. Akan tetapi banyaknya pajak menimbulkan lebih banyak masalah karena adanya inflasi, karena pembuat hukum sering kali gagal memperhitungkan inflasi ketika merumuskan undang-undang perpajakan. Para ekonom yang telah mempelajari undang-undang pajak menyimpulkan bahwa inflasi cenderung menaikkan beban pajak pendapatan yang berasal dari tabungan, tidak melihat keuntungan riil dari penjualan sejumlah aktiva. Pajak pendapatan dari suku bunga.

Salah satu solusi bagi masalah ini adalah, dari pada menghilangkan inflasi adalah menyusun daftar sistem pajak, artinya hukum pajak dapat ditulis ulang untuk memperhitungkan dampak inflasi. Pada dunia yang ideal, hukum pajak akan ditulis dalam rangka mencegah inflasi mengubah tanggungan pajak riil seseorang.

Walaupun secara eksplisit inflasi tidak dimasukkan kedalam penentuan target pajak. Namun secara implisi variabel inflasi dimasukkan kedalam variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) nominal karena didalam perhitungan PDRB nominal memasukkan perubahan harga.

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Yogi Rahmayanti (2006) mengenai analisis potensi pajak menyatakan bahwa yang menentukan penerimaan pajak yaitu Tax Rate, Tax Base (GDP) don Collection System. Dalam penelitian ini ditekankan pada dua


(38)

jenis pajak yang mempunyai peran yang signifikan terhadap penerimaan pajak di Indonesia yaitu PPh dan PPN. Salah satu hasil estimasi yang dilakukan menunjukkan bahwa Tax Base (GDP) dan time trend (trend waktu) mempunyai hubungan yang positif terhadap penerimaan PPh. Hasil regresi menunjukkan bahwa tax base mempunyai hubungan positif terhadap penerimaan PPh dengan koefisien sebesar 0,78 dan terhadap PPN dengan koefisien sebesar 1,156. ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan Tax Base (GDP) sebesar satu persen akan meningkatkan penerimaan PPh sebesar 0,78 persen dan penerimaan PPn sebesar 1,156 persen. Time trend (trend waktu) mempunyai hubungan yang positif dengan dengan penerimaan PPh dengan koefisien sebesar 0,53 persen dan terhadap PPN dengan koefisien sebesar 0,37 persen. Penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2003) yang merupakan penelitian ex post facto yang merupakan penelitian dari peristiwa yang telah terjadi dan kemudian dirunut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dari berbagai sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi dan pertumbuhan penerimaan pajak penghasilan selama dasawarsa 1990-2000 di antaranya dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung oleh faktor-faktor Produk Domestik Bruto, Jumlah Wajib Pajak, dan Jumlah Kantor Pelayanan Pajak yang tersebar di seluruh Indonesia.

Dalam penelitiannya Sarastika Indrawati dan Daryono Soebagiyo (2006), dengan judul “Analisis Uji Kasualitas Penerimaan Pajak dan Pengeluaran Pemerintah di Kota Surakarta Dengan Mneggunakan Metode Granger tahun 1978-2003”. Dengan menggunakan data tahunan secara time series untuk tahun 1978-2003, hasil analisisnya menyebutkan bahwa ada hubungan sebab dan akibat tidak langsung/


(39)

bentuk satu arah antara pendapatan pajak dengan pengeluaran pemerintah di Surakarta. Maksudnya, bahwa peningkatan pendapatan pajak akan mendorong pengeluaran pemerintah. Tetapi, peningkatan pengeluaran pemerintah belum tentu mendorong peningkatan pajak di Surakarta.

Dalam penelitiannya Teera (2000) menganalisis determinan penerimaan pajak di Uganda, estimasi model dimana penerimaan pajak merupakan fungsi dari pembangunan ekonomi dan struktur ekonomi.

Ty = f (Y,M,A,P,Ag,Mf,D,TR,T) Dimana :

Ty = Rasio Pajak terhadap GDP Y = GDP per kapita

M = Rasio impor terhadap GDP A = Rasio Aid terhadap GNP P = Kepadatan Penduduk

Ag = Rasio Pertanian terhadap GDP Mf = Rasio Manufaktur terhadap GDP

D = Rasio Hutang Luar Negeri terhadap GDP TR = Variabel Bayang diproxy ke tax ratio T = Time Trend

Afdal (2005) tentang analisis kemampuan fiskal daerah dan kebijakan dalam menghadapi sumber pendapatan daerah tanpa DBH minyak bumi di Kabupaten


(40)

Kampar, adalah bahwa sumber pajak dan retribusi daerah bersifat elastisitas terhadap pertumbuhan ekonomi (PDRB) setelah pemberlakuan UU 22 dan 25 tahun 1999 cukup besar yaitu 2,36.

Arni (1999), melakukan studi analisa dampak kebijkan fiskal terhadap keseimbangan internal ekonomi makro Indonesia. Dari hasil analisa disimpulkan bahwa, kebijakan peningkatan pengeluaran pemerintah memberikan dampak positif yang cukup berarti terhadap pertumbuhan PDB, dan penyerapan tenaga kerja, walaupun terjadi peningkatan inflasi yang relative kecil. Kebijakan peningkatan pajak pendapatan memberikan dampak yang positf terhadap pertumbuhan PDB tetapi menurunkan penyerapan tenaga kerja, sementara tingkat inflasi masih dalam batas normal. Kebijakan penambahan uang beredar memberikan dampak yang sangat buruk terhadap ekonomi makro Indonesia. Berdasarkan hasil analisa ada beberapa hal yang dapat direkomendasikan, yaitu : kebijakan meningkatkan pengeluaran pemerintah dan pajak pendapatan sangat berarti dalam perbaikan ekonomi Indonesia.

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas dan beberapa kajian empiris yang dilakukan para peneliti sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh positif pengeluaran pembangunan terhadap target penerimaan pajak pada Kantor Pajak Sumatera Utara, ceteris paribus.


(41)

2. Terdapat pengaruh positif pertumbuhan ekonomi terhadap target penerimaan pajak pada Kantor Pajak Sumatera Utara, ceteris paribus. 3. Terdapat pengaruh positif jumlah wajib pajak terhadap target penerimaan

pajak pada Kantor Pajak Sumatera Utara, ceteris paribus.

2.6. Kerangka Pemikiran

Pengeluaran Pembangunan

Pertumbuhan ekonomi

Jumlah Wajib Pajak

Target Pajak Penerimaan

Negara

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Analisis Determinan Penentuan Target Pajak di Sumatera Utara


(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan target pajak di Sumatera Utara, khususnya pengaruhn pengeluaran pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan jumlah wajib pajak.

Dengan adanya ruang lingkup tersebut, diharapkan penulis dapat menganalisis pengaruh pengeluaran pembangunan, pertumbuahan ekonomi dan jumlah wajib pajak terhadap penentuan target pajak secara lebih rinci dan mendalam.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan jenis data time series (runtun waktu), yang bersumber dari Departemen Keuangan ( Direktorat Jenderal Pajak), Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, dan sumber-sumber data lainnya seperti buku-buku pajak, bulletin pajak, jurnal-jurnal ekonomi / Pajak, dan hasil penelitian sebelumnya. Adapun data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data target penerimaan pajak, pengeluaran pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan jumlah wajib pajak selama kurun waktu 1990 sampai dengan 2005.


(43)

3.3 Model Analisis

Untuk dapat mengetahui hubungan antara pengeluaran pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan wajib pajak terhadap target pajak, maka penelitian ini menggunakan model adalah sebagai berikut:

TPt = α0 + α1 PDRBt-1 + α2 GEt + α3 WPt-1 + ε

dimana :

TPt = Target Pajak di Sumatera Utara

PDRBt-1 = Produk Domestik Regional Bruto t-1

GEt = Pengeluaran Pembangunan t.

WPt-1 = Jumlah wajib pajak t-1. ε : Disturbance term error

3.4 Metode Analisis

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Ordianry Least Square (OLS). Hal ini dikarenakan untuk mengetahui besarnya pengaruh pengeluaran pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan jumlah wajib pajak terhadap target pajak di Sumatera Utara. Untuk mengolah data, digunakan bantuan program Eviews versi 4.1.

Elastisitas adalah suatu bilangan atau angka yang menunjukkan berapa persen variabel tak bebas akan berubah, sebagai reaksi karena satu variabel lain (variabel bebas) berubah satu persen, ceteris paribus.


(44)

X X Y Y E / / ∂∂ = X Y E ∂∂ = % % X Y Y X E ∂∂ =

Dalam elastistas terdiri dari 5 elastisitas yaitu inelastis, elastis dan elastis unitary, inelastis sempurna dan elastis tak terhingga. Untuk lebih jelas pengertian dari masing-masing elastisitas dijelaskan sebagai berikut :

a) Inelastis (E < 1)

Artinya perubahan variabel tak bebas (dalam persentase) lebih kecil daripada perubahan variabel bebas. Artinya jika variabel bebas naik 1% menyebabkan variabel tak bebas naik atau turun kurang dari 1%.

b) Elastis (E > 1)

Artinya perubahan variabel tak bebas (dalam persentase) lebih besar daripada perubahan variabel bebas. Artinya jika variabel bebas naik 1% menyebabkan variabel tak bebas naik atau turun lebih besar dari 1%.

c) Elastis unitary (E = 1)

Artinya perubahan variabel tak bebas (dalam persentase) sama dengan perubahan variabel bebas. Artinya jika variabel bebas naik 1% menyebabkan variabel tak bebas naik atau turun sama dengan 1%.

d) Inelastis sempurna (E = 0)


(45)

e) Elastis tak berhingga (E = ~)

Perubahan pada variabel bebas sedikit saja akan menyebabkan perubahan variabel tak bebas tak terbilang besarnya.

Optimalisasi target pajak adalah suatu keadaan dimana antara nilai yang direncanakan dengan realssasi tidak jauh berbeda sehingga rencana tersebut dapat dicapai dengan memperhatikan situasi makro ekonomi.

3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian

a. Pengeluaran pembangunan, realisasi pengeluaran pembangunan yang dihitung (dalam Juta Rupiah).

b. Pertumbuhan ekonomi di proxy dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berlaku atau dengan harga nominal yang dihitung (dalam Juta Rupiah).

c. Jumlah wajib pajak adalah jumlah wajib pajak perorangan dan badan (unit).

e. Target Pajak adalah target dari penerimaan pajak di Kantor Pajak Sumatera Utara yang dihitung (dalam Juta Rupiah).

3.6 Uji Signifikansi

3.6.1 Multikolinieritas

Multikolinieritas timbul karena satu atau lebih variabel bebas (penjelas) merupakan kombinasi linier yang pasti (sempurna) atau mendekati pasti dari variabel


(46)

penjelas lainnya. Jika terdapat multikolinieritas sempurna, koefisien regresi dari variabel penjelas tersebut tidak dapat ditentukan dan variansnya bernilai tak terhingga. Jika multikonilinieritas kurang sempurna, koefisien regresi dapat ditentukan, namun variansnya sangat besar, sehingga tidak dapat menaksir koefisien secara akurat. Dalam model regresi linier, diasumsikan tidak terdapat multikolinieritas di antara variabel-variabel penjelas, untuk itu perlu dideteksi dengan mengamati besaran-besaran regresi yang didapat, yaitu :

1. Interval tingkat kepercayaan lebar (karena varians besar maka standar error besar, sehingga interval kepercayaan lebar);

2. Koefisien determinasi tinggi dan signifikasi nitai t statistik rendah; 3. Koefisien korelasi antar variable bebas tinggi;

4. Nilai koefisien korelasi parsial tinggi.

Untuk melihat ada tidaknya multikolinieritas dalam suatu model pengamatan, dapat dilakukan dengan regresi antar variabel bebas, sehingga dapat diperoleh nilai koefisien determinan (R2) masingmasing. Selanjutnya R2 hasil regresi antar variabel bebas tersebut dibandingkan dengan R2 hasil regresi model, sehingga diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

- Jika nilai R2 hasil regresi antar variabel bebas > R2 model penelitian, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada multikolinieritas dalam model empiris yang digunakan ditolak.


(47)

- Jika nilai R2 hasil regresi antar variabel bebas < R2 model penelitian, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada masalah autokorelasi model empiris yang digunakan tidak dapat ditolak.

3.6.2 Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu seperti dalam data time series. Sehingga terdapat sating ketergantungan antara faktor pengganggu yang berhubungan dengan pengamatan lainnya. Oleh sebab itu masalah autokorelasi biasanya muncul dalam data time series, meskipun tidak menutup kemungkinan terjadi dalam data cross section.

Dalam konteks regresi, situasi autokorelasi tidak terdapat dalam faktor penggangu atau dapat ditulis :

E(μi,μj) = 0; i j ...(3.)

Bila terjadi saling ketergantungan antara factor pengganggu yang berhubungan dengan observasi dipengaruhi oteh unsur gangguan yang berhubungan dengan pengamatan tainnya atau dengan kata lain terjadi autokorelasi, ditulis dengan simbol berikut :

E(μi,μj) = 0; i j ...(4.)

Salah satu untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi digunakan metode uji Durbin-Watson (uji d) :


(48)

d = 2 2 1) ( t t t μμ μ Σ−

Σ − ... (5.)

Dimana nilai DWstatstik adalah terletak antara 0 dengan 4

d = 2 1

2 1 2 t t t t t t

μ μ μ

μ μ

Σ − Σ Σ

+

Σ − − ... (6.)

karena Σµt hampir sama dengan Σµt-1, maka persamaan di atas dapat ditulis :

d = 21 2 1 t t t μμ μ Σ Σ

− − ... (7.)

Dengan menggunakan formulasi persamaan (1) kemudian DWstatstik

dibandingkan dengan nilai DWtabel dengan pedoman berikut :

Bila 0 < DWstatistik < dL ; tolak Ho berarti ada korelasi yang positif

Bila dL≤ DWstatistik ≤ du ; kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa

Bila du < DWstatistik < 4- du Ho diterima artinya tidak ada korelasi positif maupun

negatif

Bila 4-du≤ DWstatistik≤ 4-dL ; kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa


(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara

Perekonomian Sumatera Utara, yang dilihat dari pertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik pasca krisis mulai tahun 2000, sebesar 4,79 persen dan terus meningkat hingga tahun 2005, sebesar 5,64 persen (BPS, 2007). Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi lebih stabil setelah krisis ekonomi, khususnya setelah pelaksanaan otonomi daerah, yaitu mulai tahun 2000 (lihat Tabel 4.1). Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara sejak tahun 2000 s/d 2005 bergerak sebesar 4,07 – 5,64 persen. Dibandingkan dengan kondisi sebelum krisis dan sebelum pelaksanan otonomi daerah, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara sangat fluktuatif. Pertumbuhan ekonomi yang sangat fluktuatif adalah kurang baik karena yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ekonomi yang baik adalah kestabilan pertumbuhan secara berkesinambungan.

Pada tahun 1990 (11,81 persen), 1991 (24,73 persen) dan 1997 (14,20 persen). Selebihnya pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara di bawah 10 persen, pada tahun 1993 hanya 1,03 persen, bahkan pada tahun 1996 dan 1998 mengalami penurunan sebesar 0,22 persen dan 10,87 persen.

Pertumbuhan ekonomi pada tahun 1998 yang negatif sebesar 10,87 persen merupakan dampak dari krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997, dimana banyak


(50)

sektor-sektor ekonomi, khususnya sektor industri dan perbankan mengalami kemunduran yang signifikan.

Tabel 4.1. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, Tahun 1990 – 2005

Tahun PDRB Harga Konstan 1993 (Milyar Rp.) Pertumbuhan Ekonomi (%) PDRB Harga Berlaku 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 13.253,79 16.531,48 18.024,37 18.215,46 19.941,33 21.802,51 21.753,81 24.842,86 22.142,99 22.731,36 23,821,21 24.911,05 25.925,36 27.086,90 28.598,61 30.212,05 11,81 24,73 9,03 1,06 9,47 9,33 -0,22 14,20 -10,87 2,66 4,79 4,58 4,07 4,48 5,58 5,64 10.774.79 12.111.55 14.428.17 18.215.46 21.678.60 24.630.52 28.173.10 34.006.28 50.705.97 61.957.56 67.659.90 78,501,35 88.117.50 103.401.37 118.100.51 139.618.31 Sumber : BPS dan BI Sumatera Utara

4.2 Pengeluaran Pembangunan

Pengeluaran pemerintah dari tahun ke tahun meningkat seiring aktivitas perekonomian nasional, karena pemerintah berkewajiban untuk menciptakan prasarana (infrastruktur) guna dapat mempertahankan gerak langkah pertumbuhan ekonomi. Ukuran yang sering digunakan dalam melihat pangsa pemerintah (size of government) adalah rasio pengeluaran pemerintah (G) terhadap GDP atau G/GDP.


(51)

Ukuran ini memiliki keunggulan karena selain data tersedia untuk analisa empiris juga ukuran rasio ini memudahkan analisa perbandingan antar negara.

Masalah rutin yang dihadapi sistem perekonomian dimanapun adalah adanya fluktuasi secara terus menerus aggregate demand dan agregat supply. Berbagai konsep (model) telah diusahakan para ahli-ahli ekonomi agar dapat menstabilkan fluktuasi tersebut. Keynes memberikan tekanan pada kebijakan fiskal bila terjadi fluktuasi pada permintaaan agregat dan penawaran agregat. Bila permintaan agregat mengalami penurunan, pengeluaran pemerintah dengan cara apapun harus

ditingkatkan guna meningkatkan permintaan agregat tersebut.

Dalam neraca Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, pengeluaran pemerintah Indonesia secara garis besar dikelompokkan atas pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin pads dasarnya berunsurkan pos-pos pengeluaran untuk membiayai pelaksanaan roda pemerintahan sehari-hari, meliputi belanja pegawai, belanja barang, berbagai macam subsidi (subsidi daerah dan subsidi harga), angsuran dan bunga utang pemerintah, serta sejumlah pengeluaran rutin lain.

Sedangkan pengeluaran pembangunan maksudnya pengeluaran yang bersifat menambah modal masyarakat dalam bentuk prasarana fisik, dibedakan atas pengeluaran pembangunan yang dibiayai dengan rupiah dan bantuan proyek.

Pengeluaran pemerintah untuk pembangunan secara umum mengalami peningkatan. Setelah pasca krisis yaitu pada periode 2000 – 2005 mengalami peningkatan dengan pertumbuhan diatas 10%, bahkan pada tahun 2003 pertumbuhan pengeluaran pemerintah untuk pembangunan sampai 148,29%.


(52)

Pertumbuhan pengeluaran pemerintah pada periode 1991 – 2005 sangat berfluktuatif. Pertumbuhan pada tahun 1991 sebesar 10,61% kemudian pada tahun 1992 turun menjadi 3,57% kemudian naik lagi pada tahun 1993 menjadi 11,16% dan tutun lagi menjadi -0,11% dan seterusnya. Begitu juga, halnya yang terjadi pada periode 2001 – 2005. Pertumbuhan pada tahun 2001 sebesar 45,99% kemudian pada tahun 2002 pertumbuhannya turun menjadi 10,42% kemudian naik secara signifikan pada tahun 2003 menjadi 148,29% kemudian turun pada tahun 2004 sebesar 20,33% dan naik lagi menjadi 35,83%.

Tabel 4.2. Realisasi Pengeluaran Pembangunan di Sumatera Utara Tahun 1990 – 2005

Tahun Pengeluaran Pembangunan (Rp Juta) Perubahan (%) 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 73.500 81.300 84.200 93.600 93.500 127.100 169.300 195.000 141.800 246.800 197.200 287.900 317.900 789.300 949.800 1.290.120 10,61 3,57 11,16 -0,11 35,94 33,20 15,18 -27,28 74,05 -20,10 45,99 10,42 148,29 20,33 35,83 Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara


(53)

4.3 Inflasi

Inflasi merupakan salah satu indikator dalam perencanaan dan pembangunan daerah. Tingkat inflasi yang tinggi akan menghambat pembangunan, karena dapat memperkecil nilai riil dari pendapatan. Inflasi yang terlalu rendah bahkan deflasi akan menghambat sektor usaha. Idealnya tingkat inflasi tidak lebih dari dua digit. Pada tahun 1997 dan 1998 inflasi di Sumatera Utara mencapai 78,47 persen dan 82,53 persen (Tabel 4.2) yang merupakan dampak dari terjadinya krisis ekonomi tahun 1997.

Tingkat inflasi pada tahun 1990 – 1996 cukup terkendali dibawah dua digit. Akan tetapi mulai tahun 2000 – 2005 cukup berfluktuatif dan untuk tahun 2001, 2002 dan 2005 tingkat infkasi mencapai dua digit.

Tabel 4.3. Tingkat Inflasi di Sumatera Utara Tahun 1990 - 2005

Tahun Inflasi (%) 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 8,28 7,47 6,77 8,16 7,52 8,57 8,62 78,47 82,53 0,66 5,37 11,89 10,17 3,75 7,40 20,86 Sumber : BPS dan BI Sumatera Utara


(54)

Nilai tukar rupiah yang terdepresiasi sangat tinggi pada saat terjadinya krisis ekonomi dan sesudahnya menjadi penyebab utama inflasi yang tinggi tersebut. Kenaikan harga-harga menjadi tidak terkendalikan disebabkan sektor riil dan sektor perbankan terkena dampak krisis yang sangat serius. Seiring dengan upaya perbaikan ekonomi yang dilakukan pemerintah, maka laju inflasi dapat ditekan pada tahun 1999, namun kemudian berfluktuasi setiap tahun sebagai akibat ketidakstabilan sekonomi serta kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga-harga.

Berdasarkan hasil pemantauan Badan Pusat Statistik (BPS) selama tahun 2005, Sumatera Utara mengalami inflasi sebesar 20,86 persen yang lebih tinggi dari inflasi tahun 2004 sebesar 7,40 persen. Inflasi tahun 2005 terutama disebabkan oleh adanya kenaikan pada beberapa komoditi strategis pada akhir tahun 2004 seperti Tarif Dasar Listrik (TDL), Bahan Bakar Minyak (BBM), dan tarif komunikasi serta komoditi lain yang mengalami peningkatan setiap saat. Stabilitas nilai tukar rupiah mempunyai andil dalam menekan tingkat inflasi khususnya pada barang-barang impor.

Walaupun secara eksplisit inflasi tidak dimasukkan kedalam penentuan target pajak. Namun secara implisi variabel inflasi dimasukkan kedalam variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) nominal karena didalam perhitungan PDRB nominal memasukkan perubahan harga.

4.4 Jumlah Wajib Pajak di Sumatera Utara

Kewajiban dari wajib pajak yang utama adalah membayar pajak sendiri dan memungut atau memotong pajak sendiri dan memungut atau memotong pajak orang lain dan kemudian menyetorkannya kepada negara melalui bank atau kantor pos.


(55)

Berdasarkan kelompok wajib pajak dapat dilihat bahwa lebih dari 70 persen wajib pajak di Sumatera Utara adalah wajib pajak orang pribadi, kemudian wajib pajak berkisar 18 – 25 persen.

Tabel 4.4. Perkembangan Jumlah Wajib Pajak di Sumatera Utara Tahun 1990 – 2005

Jumlah Wajib Pajak Tahun

Badan Orang Pribadi Total

Perkembangan (%) 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 10.530 11.932 12.928 14.167 15.359 16.413 17.395 18.443 19.429 20.781 22.661 24.362 26.300 28.341 30.347 32.599 36.222 38.240 41.973 45.218 49.118 52.447 55.216 57.501 58.565 59.825 62.555 67.162 86.957 123.889 132.722 659.087 48.103 51.634 56.451 61.025 66.284 70.778 74.650 78.058 80.260 83.041 87.817 94.257 116.306 155.602 166.579 695.414 12,80 7,34 9,33 8,10 8,62 6,78 5,47 4,57 2,82 3,46 5,75 7,33 23,39 33,79 7,05 317,47 Sumber : Kanwil DJP Sumatera Bagian Utara I, 2007.

Namun pada tahun 2005, jumlah wajib pajak orang pribadi mencapai 94,78 persen dari total wajib pajak dan kemudian wajib pajak badan sebesar 4,69 persen. Peningkatan jumlah wajib pajak orang pribadi yang sangat tinggi pada tahun 2005 terutama disebabkan kebijakan Dirjen Pajak yang menerbitkan NPWP orang pribadi secara nasional dan dikirimkan ke alamat-alamat masing-masing.


(56)

Secara rata-rata selama waktu penelitian (1990 – 2005), jumlah wajib pajak orang pribadi di Sumatera Utara mencapai 76,18 persen dan kemudian wajib pajak badan sebesar 21,21 persen.

4.5Pembahasan

4.5.1 Hasil Estimasi Penentuan Target Pajak

Untuk melihat pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, pengeluaran pembangunan dan jumlah wajib pajak terhadap target pajak di Sumatera Utara antara tahun 1990 – 2005 dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dan program Eviews 4.1 diperoleh hasil sebagai berikut :

TPt = -1.885,999 + 0,0534 PDRBt-1 + 3,7421 GEt + 0,0461 WPt-1

(se) (0,0156) (1,9614) (0,0284) (t-tes) (3,4243***) (1,9079*) (1,6216)

R2 = 0,863291 R2adj = 0,817825 F-statistic = 18,32779 DW stat = 1,687216

Berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 0,8633 berarti secara keseluruhan variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat atau target pajak di Sumatera Utara sebesar 86,33%, sedangkan sisanya (13,67%) dijelaskan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model.


(57)

Jika variabel-variabel bebasnya diuji (uji F) secara keseluruhan (serentak), hasil estimasi menunjukkan pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat signifikan pada tingkat 1%. Tanda koefisien regresi dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pengeluaran pembangunan dan jumlah wajib pajak bertanda positif sesuai dengan hipotesa atau harapan teoritik.

Jika dianalisis secara parsial, hasil estimasi variabel bebas Produk Domestik Regional Bruto memberikan pengaruh yang sangat signifikan pada tingkat α = 1%, sedangkan pengeluaran pembangunan signifikan pada tingkat α = 10%. Namun untuk jumlah wajib pajak secara statistik tidak signifikan disebabkan pertumbuhan jumlah wajib pajak tidak banyak. Hal ini bisa dilihat pada tabel 4.4, bahwa perkembangan jumlah wajib pajak di Sumatera Utara antara tahun 1996 – 2000 dibawah 6%. Analisis variabel-variabel lebih detailnya diuraikan sebagai berikut : 1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang diproxy dengan PDRB berpengaruh positif terhadap target pajak dengan koefisien sebesar 0,0534. Hal ini dapat diinterpretasikan jika terjadi peningkatan PDRB sebesar Rp 1juta maka target pajak akan meningkat sebesar Rp 53.400, ceteris paribus.

Untuk mengukur sensitivitas pertumbuhan ekonomi terhadap target pajak, maka dilakukan perhitungan elastisitasnya. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut :


(58)

06 , 058 . 972 . 1 75 , 058 . 505 . 54 0534 , 0 x

EPDRBTP = = 1,48

Dari hasil perhitungan elastisitas pertumbuhan ekonomi terhadap target pajak sebesar 1,48. Artinya bahwa pertumbuhan ekonomi terhadap target pajak adalah elastis. Sehingga respon target pajak terhadap perubahan pertumbuhan ekonomi relatif sangat besar.

2. Pengeluaran Pembangunan

Pengeluaran pembangunan berpengaruh positif terhadap target pajak dengan koefisien sebesar 3,7421. Hal ini dapat diinterpretasikan jika terjadi peningkatan pengeluaran pembangunan sebesar Rp 1juta maka target pajak akan meningkat sebesar Rp 3,7421 juta, ceteris paribus.

Untuk mengukur sensitivitas pengeluaran pembangunan terhadap target pajak, maka dilakukan perhitungan elastisitasnya. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut : 06 , 058 . 972 . 1 145 . 321 7421 , 3 x

EGETP = = 0,61

Dari hasil perhitungan elastisitas pengeluaran pembangunan terhadap target pajak sebesar 0,61. Artinya bahwa pengeluaran pembangunan terhadap target pajak


(59)

adalah tidak elastis (inelastic). Sehingga respon target pajak terhadap perubahan pengeluaran pembangunan relatif sangat kecil.

3. Jumlah Wajib Pajak

Jumlah wajib pajak berpengaruh positif terhadap target pajak dengan koefisien sebesar 0,0461. Hal ini dapat diinterpretasikan jika terjadi peningkatan satu wajib pajak maka target pajak akan meningkat sebesar Rp 46.100, ceteris paribus.

Untuk mengukur sensitivitas jumlah wajib pajak terhadap target pajak, maka dilakukan perhitungan elastisitasnya. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut :

06 , 058 . 972 . 1

8 , 792 . 121 0461 ,

0 x

EWPTP =

= 0,003

Dari hasil perhitungan elastisitas jumlah wajib pajak terhadap target pajak sebesar 0,003. Artinya bahwa jumlah wajib pajak terhadap target pajak adalah tidak elastis (inelastic). Sehingga respon target pajak terhadap perubahan jumlah wajib pajak sangat kecil.

Untuk melihat pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pengeluaran pembangunan dan jumlah wajib pajak terhadap realisasi penerimaan pajak di Sumatera Utara antara tahun 1990 – 2005 dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dan program Eviews 4.1 diperoleh hasil sebagai berikut :


(60)

Realt = 38.278,16 + 0,0224 PDRBt-1 + 1,5141 GEt + 14,4376 WPt-1

(se) (0,0224) (0,7592) (16,6207) (t-tes) (2,4516**) (1,9943*) (0,8687)

R2 = 0,840311 R2adj = 0,796759 F-statistic = 19,29457 DW stat = 2,167604

Berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 0,8403 berarti secara keseluruhan variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat atau realisasi pajak di Sumatera Utara sebesar 84,03%, sedangkan sisanya (15,97%) dijelaskan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model.

Jika variabel-variabel bebasnya dianalisis secara keseluruhan (serentak), hasil estimasi menunjukkan pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat signifikan pada tingkat 1%. Tanda koefisien regresi dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pengeluaran pembangunan dan jumlah wajib pajak bertanda positif sesuai dengan hipotesa atau harapan teoritik.

Jika dianalisis secara parsial, hasil estimasi variabel bebas Produk Domestik Regional Bruto memberikan pengaruh yang sangat signifikan pada tingkat α = 5%, sedangkan pengeluaran pembangunan signifikan pada tingkat α = 10%. Namun untuk jumlah wajib pajak secara statistik tidak signifikan disebabkan pertumbuhan jumlah wajib pajak tidak banyak/ signifikan. Hal ini bisa dilihat pada tabel 4.4,


(61)

bahwa perkembangan jumlah wajib pajak di Sumatera Utara antara tahun 1996 – 2000 dibawah 6%. Analisis variabel-variabel lebih detailnya diuraikan sebagai berikut :

1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang diproxy dengan PDRB berpengaruh positif terhadap target pajak dengan koefisien sebesar 0,0224. Hal ini dapat diinterpretasikan jika terjadi peningkatan PDRB sebesar Rp 1juta maka realisasi penerimaan pajak akan meningkat sebesar Rp 22.400, ceteris paribus.

Untuk mengukur sensitivitas pertumbuhan ekonomi terhadap realisasi penerimaan pajak, maka dilakukan perhitungan elastisitasnya. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut :

9 , 409 . 673 . 1 75 , 058 . 505 . 54 0224 , 0 x

EPDRBREAL =

= 0,73

Dari hasil perhitungan elastisitas pertumbuhan ekonomi terhadap realisasi penerimaan pajak sebesar 0,73. Artinya bahwa pertumbuhan ekonomi terhadap target penerimaan pajak adalah tidak elastis (inelastic). Sehingga respon realisasi pajak terhadap perubahan pertumbuhan ekonomi sangat kecil.

2. Pengeluaran Pembangunan

Pengeluaran pembangunan berpengaruh positif terhadap target pajak dengan koefisien sebesar 1,5141. Hal ini dapat diinterpretasikan jika terjadi peningkatan


(62)

pengeluaran pembangunan sebesar Rp 1juta maka realisasi penerimaan pajak akan meningkat sebesar Rp 1,5141 juta, ceteris paribus.

Untuk mengukur sensitivitas pengeluaran pembangunan terhadap realisasi penerimaan pajak, maka dilakukan perhitungan elastisitasnya. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut :

9 , 409 . 673 . 1

145 . 321 5141

, 1 x EGEREAL =

= 0,29

Dari hasil perhitungan elastisitas pengeluaran pembangunan terhadap realisasi penerimaan pajak sebesar 0,29. Artinya bahwa pengeluaran pembangunan terhadap realisasi penerimaan pajak adalah tidak elastis (inelastic). Sehingga respon realisasi penerimaan pajak terhadap perubahan pengeluaran pembangunan relatif sangat kecil.

3. Jumlah Wajib Pajak

Jumlah wajib pajak berpengaruh positif terhadap realisasi penerimaan pajak dengan koefisien sebesar 14,4376. Hal ini dapat diinterpretasikan jika terjadi peningkatan satu wajib pajak maka realisasi penerimaan pajak akan meningkat sebesar Rp 14,4376 juta, ceteris paribus.

Untuk mengukur sensitivitas jumlah wajib pajak terhadap target pajak, maka dilakukan perhitungan elastisitasnya. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut :


(63)

9 , 409 . 673 . 1

8 , 792 . 121 4376 , 14 x EWPREAL =

= 1,05

Dari hasil perhitungan elastisitas jumlah wajib pajak terhadap target pajak sebesar 1,05. Artinya bahwa jumlah wajib pajak terhadap realisasi penerimaan pajak adalah elastis. Sehingga respon target pajak terhadap perubahan jumlah wajib pajak sangat besar.

Bila dibandingkan antara hasil model estimasi antara target pajak dan realisasi pajak, terdapat perbedaan nilai koefisien pada variabel Produk Domestik Regional Bruto(PDRB) yaitu 0,0534 pada target pajak dan 0,0224 pada realisasi pajak. Dengan demikian ada selisih sebesar 0,031. Artinya apabila PDRB naik 1 persen akan menyebabkan perbedaan sebesar 0,031 persen, ceteris paribus. Demikan juga pada variabel pengeluaran pembangunan, untuk target pajak dengan nilai koefisien sebesar 3,7421 sedangkan untuk realisasi penerimaan pajak sebesar 1,5141. Dengan demikian ada selisih sebesar 2,228. Artinya apabila pengeluaran pembangunan naik sebesar 1 persen akan menyebabkan perbedaan sebesar 2,228 persen, ceteris paribus.

4.5.2 Uji Asumsi Klasik

Mempertimbangkan bahwa dalam model regresi yang ingin dicapai adalah Best Blue Unbiased Estimator (BLUE) dan ada kalanya sering dijumpai dalam model regresi (terutama regresi linear berganda) berbagai masalah terutama pelanggaran


(64)

terhadap asumsi klasik, maka dalam penelitian ini dilakukan pengujian asumsi klasik berupa multikolinearitas.

1. Uji Multikolinieritas

Interpretasi dari model regresi berganda secara implisit bergantung pada asumsi bahwa antar variabel bebas yang digunakan dalam model tersebut tidak saling berkolerasi. Koefisien-koefisien regresi biasanya diinterpretasikan sebagai ukuran perubahan variabel terikat jika salah satu variabel bebasnya naik sebesar satu unit dan seluruh variabel bebas lainnya dianggap tetap. Namun interpretasi ini menjadi salah apabila terdapat hubungan linear antar variabel bebas. Berikut ini hasil uji multikolinieritas pada tabel 4.5 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5. Hasil Estimasi Uji Multikolinieritas (Koefisien Korelasi Parsial)

Variabel R2

PDRBL(-1) 0,800403 GE 0,841491 WP(-1) 0,848260 Sumber: Lampiran 4, 5 dan 6

Berdasarkan pada tabel 4.5, diatas dapat terlihat bahwa nilai R2 dari model yang diestimasi yaitu 0,863291 lebih besar dari pada nilai R2 dalam

regresi antar variabel bebas yaitu : 0,800403 ; 0,841491 dan 0,848260 berdasarkan ketentuan rule of thumb dan metode ini dapat disimpulkan bahwa dalam model tersebut tidak ditemukan adanya multikolinearitas.


(65)

2. Autokorelasi

Uji autokorelasi ini dilakukan untuk mengetahui adanya saling ketergantungan antara faktor penganggu yang berhubungan dengan observasi yang dipengaruhi oleh unsur gangguan yang berhubungan dengan pengamatan lainnya. Untuk mengetahui adanya autokorelasi atau tidak dengan menggunakan uji Lagrange Multiplier Test (LM Test). Hasil estimasi dengan menggunakan uji LM test diperoleh nilai Obs*R-squared = 0,016554 dengan nilai probalitas 0,897623. Nilai probabilitas > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak dapat menolak Ho atau dengan kata lain tidak terjadi autokorelasi. (lihat lampiran 7)


(66)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil estimasi dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS) variabel bebas yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun lalu, pengeluaran pembangunan dan jumlah wajib pajak tahun lalu secara keseluruhan (serentak) mempengaruhi target pajak. Sedangkan secara parsial, variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun lalu dan pengeluaran pemerintah signifikan secara statistik terhadap target pajak dan variabel jumlah wajib pajak tahun lalu secara statistik tidak signifikan. Untuk jumlah wajib pajak secara statistik tidak signifikan disebabkan perkembangan jumlah wajib pajak di Sumatera Utara antara tahun 1996 – 2000 dibawah 6%.

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun lalu mempunyai pengaruh positif terhadap target pajak, ceteris paribus. Dengan kata lain, apabila PDRB tahun lalu naik akan meningkatkan target pajak. Begitu juga halnya dengan pengeluaran pemerintah dan jumlah wajib pajak tahun lalu mempunyai pengaruh yang positif.


(67)

3. Jika melihat elastisitasnya dari variabel-variabel bebasnya diperoleh hasil bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun lalu mempunyai nilai elastisitas lebih dari 1 terhadap target pajak. Sehingga respon target pajak terhadap PDRB tahun lalu sangat besar. Sedangkan pengeluaran pemerintah dan jumlah wajib pajak kurang dari 1 (inelastic) terhadap target pajak. Sehingga respon target pajak terhadap pengeluaran pemerintah dan jumlah wajib pajak sangat kecil.

5.2 Saran

1. Dalam penentuan target pajak selain ditentukan oleh faktor-faktor eksternal yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan pengeluaran pembangunan juga memperhatikan faktor-faktor internal yaitu peraturan, kebijakan dan mekanisme serta sistem sehingga target pajak yang dicanangkan akan bisa tercapai.

2. Diharapkan dalam perhitungan target pajak menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan dari data APBN & APBD terutama untuk pengeluaran pembangunan.


(68)

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Sritua, 1993, Metodologi Penelitian Ekonomi, Jakarta : UI – Press.

Bogetic, Zeljko, dan Hassan, Farred, 1993, Determinants of Value-Added Tax Revenue : A Cross-Section Analysis, Europe and Central Asia, Country Department I, The World Bank.

Cosgel, Metin, M. and Miceli, Thomas, 2006, Tax Collection in History : Publik Institutional Change in the Ottomen Empire, The University of Connecticut, Helsinki, Finlandia, Economic Department.

Devano, Sony dan Rahayu, Siti. R., 2006, Perpajakan ; Konsep, Pemikiran, dan Isu, Jakarta : Prenada Media Group.

Gujarati, Damodar N., 2003, Ekonometrika Dasar, Jakarta, Penerbit Erlangga. Gunadi, 2002, Ketentuan Dasar Pajak Penghasilan, Jakarta ; Salemba Empat. Gunadi, 2007, Pajak Internasional, Jakarta, Lembaga Penerbit FE-UI.

Indrawati, Sarastika dan Soebagiyo, D., (2006), Analisis Uji Kasualitas Penerimaan Pajak di Kota Surakarta Dengan Menggunakan Metode Granger tahun 1978-2003.

Jamaluddin, Ekonomi Publik II, Modul.

Laksanaa, Harry yusuf A., 2001, Bagaimana mendesain Pembuatan Suatu Tax Policy Yang Baik, Jakarta, Jurnal Perpajakan Indonesia, Volume 1 Nomor 4.

Mankiw, N. Gregory, 2003, Pengantar Ekonomi, Edisi ke-2, Jilid 1, Harvard University, Penerbit Erlangga.

Mankiw, N. Gregory, 2004, Principles of Economics, Pengantar Ekonomi Makro, Edisi ke-3, Harvard University, Penerbit Salemba Empat.

Mar’ie, Muhammad, 2004, Kebijkan Fiskal Pemikiran, Konsep dan Implementasi, Jakarta : Penerbit Buku Kompas.


(69)

Musgrave, R.A., Musgrave, P.B., 1993, Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek, Jakarta, Penerbit Erlangga.

Muqodim, 1999, Perpajakan, Edisi ke-2, Yogyakarta, Penerbit UII Press dan Ekonisia.

Nasution, Chairuddin Syah, 2003, Analisis Potensi dan Pertumbuhan Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia periode 1990 – 2000, Jakarta, Kajian Ekonomi dan Keuangan Volume 7 dan Nomor 2.

Normantu, Safri, 2003, Pengantar Perpajakan, Edisi ke-2, Jakarta : Granit.

Pandiangan, Liberti., 2006, Memeta Potensi Pajak Indonesia, Majalah Berita Pajak, Jakarta, Koperasi Pegawai Direktorat Jenderal Pajak.

Prabowo, Y., 2002, Akuntansi Perpajakan Terpadu, Jakarta, Grasindo.

Rusdji, Muhammad, 2006, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Edisi ke-3, Jakarta, PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Skousen, Mark, 2005, Sejarah Pemikiran Ekonomi, Sang Maestro Teori-teori Ekonomi Modern, Terjemahan Tri Wibowo Budi Santoso, Jakarta, Penerbit Prenada Media.

Soemitro, Rochmat, dan Sugiharti, D. Kania, 2004, Asas dan dasar Perpajakan, Edisi Revisi, Bandung, Penerbit PT. Refiks Aditama.

Subarsono, AG, 2004, Reposisi Lembaga Perpajakan, Yogyakarta, Jurnal Kebijakan dan Administasi Publik Volume 8 Nomor 2.

Suparmoko, 2000, Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek, Edisi ke-5, Yogyakarta, BPFE.

Supramono dan Damayanti, T.W., 2005, Perpajakan Indonesia: Mekanisme dan Perhitungannya, Yogyakarta, Penerbit Andi.

Teera, Joweria M, Determinants of Tax Revenue Share in Uganda, University of Bath, Bath, department of Economics.

Todaro, Michael P, 1997, Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga, Jakarta, Erlangga. Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara


(70)

Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan. Uppal, J.S., 2000, Taxation in Indonesia, Yogyakarta, UGM Press. Uppal, J.S., 2003, Taxation in Indonesia, Yogyakarta, UGM Press.

Waluyo, 2006, Perpajakan Indonesia, Edisi ke-6, Jakarta, Penerbit Salemba Empat. Yogi Rahmayanti, 2006, Indonesian Tax Reform : An Analysis of Tax Potential,

Jakarta, Jurnal Keuangan Publik Volume 4 Nomor 1.

Website Departemen Keuangan Repbulik Indonesia, Indikator Ekonomi, edisi September 2006.

Website KBRI Canberra Tentang RAPBN 2008, Memelihara Momentum Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Untuk Meningkatkan Lapangan Kerja dan Mengurangi Kemiskinan.


(71)

Lampiran 1. Data Penelitian

Target

Realisasi

Pajak PDRB berlaku

GE

pembangunan WP

(juta) (Juta) (Juta) (juta) (unit)

90-91 227,992.36 486,938.00 10,774,790 73,500.00 46,752

91-92 315,129.85 564,190.00 12,111,550 81,300.00 50,172

92-93 485,772.66 736,304.00 14,428,170 84,200.00 54,901

93-94 650,303.86 849,831.00 18,215,460 93,600.00 59,385

94-95 817,431.96 1,020,975.00 21,678,600 93,500.00 64,477

95-96 1,106,475.89 1,211,229.00 24,630,520 127,100.00 68,860

96-97 1,167,322.70 969,757.00 28,173,100 169,300.00 72,611

97-98 1,351,953.92 1,625,346.00 34,006,280 195,000.00 75,944

98-99 2,388,177.40 2,126,851.00 50,705,970 141,800.00 77,994

99-00 2,217,622.31 2,066,282.60 61,957,560 246,800.00 80,606

00 2,271,159.89 1,438,819.20 67,659,900 197,200.00 85,216

01 3,111,297.36 2,545,998.64 78,501,350 287,900.00 91,524

02 4,253,795.50 2,539,677.54 88,117,500 317,900.00 113,257

03 4,271,414.45 2,914,077.16 103,401,370 789,300.00 152,230

04 4,466,326.62 2,991,175.96 118,100,510 949,800.00 163,069

05 2,450,752.30 2,687,107.04 139,618,310 1,290,120.00 691,686


(1)

Lampiran 2. Hasil Estimasi OLS atas Variabel Target Pajak

Dependent Variable: TARGET Method: Least Squares Date: 02/20/08 Time: 14:39 Sample(adjusted): 1991 2005

Included observations: 15 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -2104.760 1357.760 -1.550171 0.1348

PDRBL(-1) 0.039681 0.015744 2.520388 0.0285

GE(-1) 7.086341 2.678188 2.645946 0.0228

WP(-1) 0.057953 0.030638 1.891529 0.0852

R-squared 0.884417 Mean dependent var 2088.329

Adjusted R-squared 0.847440 S.D. dependent var 1418.700 S.E. of regression 589.3326 Akaike info criterion 15.81904 Sum squared resid 3820443. Schwarz criterion 16.00785

Log likelihood -114.6428 F-statistic 23.37710

Durbin-Watson stat 2.456071 Prob(F-statistic) 0.000045

Dependent Variable: TARGET Method: Least Squares Date: 02/20/08 Time: 14:41 Sample(adjusted): 1991 2005

Included observations: 15 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1885.999 1336.180 -1.411486 0.1917

PDRBL(-1) 0.053421 0.015601 3.424287 0.0057

GE 3.742111 1.961376 1.907900 0.0828

WP(-1) 0.046087 0.028420 1.621626 0.1157

R-squared 0.863291 Mean dependent var 2088.329

Adjusted R-squared 0.817825 S.D. dependent var 1418.700 S.E. of regression 653.4877 Akaike info criterion 16.02570 Sum squared resid 4697508. Schwarz criterion 16.21452

Log likelihood -116.1928 F-statistic 18.32779


(2)

Lampiran 3. Hasil Estimasi OLS atas Variabel Realisasi Penerimaan Pajak

Dependent Variable: REAL Method: Least Squares Date: 02/09/08 Time: 05:42 Sample(adjusted): 1991 2005

Included observations: 15 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1067480. 691989.6 -1.542624 0.1512

PDRBL(-1) 0.015566 0.008024 1.939970 0.0655

GE(-1) 4.235338 1.364951 3.102922 0.0101

WP(-1) 39.13479 15.61463 2.506290 0.0292

R-squared 0.901355 Mean dependent var 1752508.

Adjusted R-squared 0.874452 S.D. dependent var 847679.9 S.E. of regression 300356.1 Akaike info criterion 28.28650 Sum squared resid 9.92E+11 Schwarz criterion 28.47532

Log likelihood -208.1488 F-statistic 33.50376

Durbin-Watson stat 2.040223 Prob(F-statistic) 0.000008

Dependent Variable: REAL Method: Least Squares Date: 02/09/08 Time: 06:04 Sample(adjusted): 1991 2005

Included observations: 15 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -38278.16 781392.3 -0.048987 0.9618

PDRBL(-1) 0.022366 0.009123 2.451591 0.0322

GE 1.514118 0.759224 1.994297 0.0741

WP(-1) 14.43755 16.62007 0.868682 0.4036

R-squared 0.840311 Mean dependent var 1752508.

Adjusted R-squared 0.796759 S.D. dependent var 847679.9 S.E. of regression 382153.3 Akaike info criterion 28.76821 Sum squared resid 1.61E+12 Schwarz criterion 28.95702

Log likelihood -211.7616 F-statistic 19.29457

Durbin-Watson stat 2.167604 Prob(F-statistic) 0.000109

Iman Pinem : Analisis Determinan Penentuan Target Pajak di Sumatera Utara, 2008 USU e-Repository © 2008


(3)

Lampiran 4. Uji Multikolinearitas atas Variabel PDRB

Dependent Variable: PDRBL(-1) Method: Least Squares

Date: 02/29/08 Time: 14:48 Sample(adjusted): 1991 2005

Included observations: 15 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -47878.50 20500.65 -2.335463 0.0377

GE -28.72175 35.33343 -0.812877 0.4321

WP(-1) 1.269781 0.377088 3.367336 0.0056

R-squared 0.800403 Mean dependent var 48830.93

Adjusted R-squared 0.783803 S.D. dependent var 35473.55 S.E. of regression 12092.10 Akaike info criterion 21.81535 Sum squared resid 1.75E+09 Schwarz criterion 21.95696

Log likelihood -160.6151 F-statistic 54.24261


(4)

Lampiran 5. Uji Multikolinearitas atas Variabel GE

Dependent Variable: GE Method: Least Squares Date: 02/29/08 Time: 13:51 Sample(adjusted): 1991 2005

Included observations: 15 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -588.0460 99.28833 -5.922609 0.0001

PDRBL(-1) 0.001817 0.002235 0.812877 0.4321

WP(-1) 0.012105 0.012299 0.984226 0.3502

R-squared 0.841491 Mean dependent var 337.6547

Adjusted R-squared 0.831739 S.D. dependent var 368.1285 S.E. of regression 96.18024 Akaike info criterion 12.14718 Sum squared resid 111007.7 Schwarz criterion 12.28879

Log likelihood -88.10386 F-statistic 96.54756

Durbin-Watson stat 1.969790 Prob(F-statistic) 0.000000

Iman Pinem : Analisis Determinan Penentuan Target Pajak di Sumatera Utara, 2008 USU e-Repository © 2008


(5)

Lampiran 6. Uji Multikolinearitas atas Variabel WP

Dependent Variable: WP(-1) Method: Least Squares Date: 02/29/08 Time: 14:50 Sample(adjusted): 1991 2005

Included observations: 15 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 45648.54 3248.409 14.05258 0.0000

PDRBL(-1) 0.382616 0.113626 3.367336 0.0056

GE 10.77647 10.94918 0.984226 0.3502

R-squared 0.848260 Mean dependent var 83799.87

Adjusted R-squared 0.842970 S.D. dependent var 34493.96 S.E. of regression 6637.717 Akaike info criterion 20.61578 Sum squared resid 5.29E+08 Schwarz criterion 20.75739

Log likelihood -151.6184 F-statistic 183.0369


(6)

Lampiran 7. Uji Autokorelasi dengan LM Test

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.012153 Probability 0.914203

Obs*R-squared 0.016554 Probability 0.897623

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 02/29/08 Time: 14:11

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -2.297581 3391.044 -0.000678 0.9995

PDRBL(-1) -0.000878 0.118880 -0.007385 0.9942

GE 0.148096 11.50840 0.012869 0.9900

RESID(-1) -0.033733 0.305986 -0.110242 0.9142

R-squared 0.001104 Mean dependent var 2.55E-12

Adjusted R-squared -0.271323 S.D. dependent var 6145.332 S.E. of regression 6929.043 Akaike info criterion 20.74801 Sum squared resid 5.28E+08 Schwarz criterion 20.93682

Log likelihood -151.6101 F-statistic 0.004051

Durbin-Watson stat 1.873257 Prob(F-statistic) 0.999622

Iman Pinem : Analisis Determinan Penentuan Target Pajak di Sumatera Utara, 2008 USU e-Repository © 2008