diatas tidak dilaksanakan oleh pihak perusahaan PT. Keang Nam Development Indonesia akibatnya menimbulkan kerusakan hutan diareal IUPHHK PT. Keang Nam
Development Indonesia, sesuai keterangan para ahli serta temuan Lembaga Penilai Independen LPI-Mampu PT. Focus Consulting Group, sebagai berikut:
85
1. Ahli dari Kementerian Lingkungan Hidup KLH :
a Kerusakan ekologi : Rp 95.577.879.770.000,-
b Kerusakan ekonomi : Rp 47.024.000.000.000,-
c Pemulihan ekologi : Rp 59.777.584.770.000,-
Total kerugian : Rp 202.479.464.540.000,-
Dua ratus dua triliyun empat ratus tujuh puluh sembilan milyar empat ratus enam puluh empat juta lima ratus empat puluh ribu rupiah .
2. Ahli dari PT. Focus Consulting Group :
Hasil Penilaian Lapangan : a
Kriteria Prasyaratan
:
1 Indikator 1 : Kepastian Kawasan Unit Manajemen UPHHK
Pada Hutan Alam. Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti :
a. Berdasarkan laporan tata batas, areal konsesi PT. Keang Nam Development Indonesia belum temu gelang, karena adanya
perubahan status. b. PT. Keang Nam Development Indonesia tidak melakukan
pemeliharaan batas areal, hal ini terbukti dari tidak satupun Pal Batas dan Jalur Rintis yang dapat ditunjukkan.
Kesimpulan : Buruk
.
2 Indikator 2 : Komitmen pemegang izin Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu UPHHK pada Hutan Alam. Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti :
Untuk melaksanakan pengelolaan hutan produksi lestari, PT. Keang Nam Development Indonesia tidak mempunyai
komitmen yang dituangkan dalam sebuah kebijakan pengelolaan
tindakan tata tertib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 dijatuhkan baik terhadap badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain tersebut maupun terhadap mereka yang memberi
perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut atau yang bertindak sebagai pemimpin dalam perbuatan itu atau terhadap kedua-duanya.
85
BAP PT. Keang Nam Development Indonesia di Direktorat Reserse Kriminal Polda Sumatera Utara.
Mashudi : Penegakan Hukum Terhadap Penebangan Pohon Di Luar Rencana Karya Tahunan Bagi Pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan, 2009
USU Repository © 2008
hutan secara tertulis dan sosialisasi pemahaman kebijakan PHPL kepada Karyawan belum dilaksanakan.
Kesimpulan : Buruk.
3 Indikator 4 : Kesesuaian dengan kerangka hukum, potensi
tegakan minimal menurut ketentuan, kebijakan dan peraturan yang berlaku dalam rangka pengelolaan hutan secara lestari.
Implementasi dilapangan terhadap pemenuhan peraturan perundang-undangan sebagai berikut :
a. Tidak tersedianya data pohon ITSP yang baik. b. Tidak ditemukannya penandaan pada pohon dengan
menggunakan label plastik warna merah untuk pohon yang akan ditebang sesuai dengan standar 3 bagian, sedangkan untuk
penandaan pohon inti mengunakan label plastik warna kuning. c. Tidak dijumpai tanda batas blok, rintisan, pal dan bekas cat
batas petak warna merah dipohon. d. Tidak adanya penanaman kanan kiri jalan, bekas jalan sarad,
bekas TPn, pengayaan bekas tebangan, penjarangan namun realisasi keluasan tidak memadai.
e. Tidak adanya tata batas kawasan areal plasma nuftah, areal PUP dan laporannya, dan areal pohon bibit sumber benih.
Kesimpulan : Buruk
.
b Kreteria Produksi : 1
Indikator 1
: Tingkat dan persentase tediri dari a hutan produksi yang dicakup dalam rencana pemanfaatan hutan lestari.
b Blok dan Petak Tebangan yang dipanen menurut rencana operasional pemanenan kayu.
Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : a. Tidak terdapat implementasi perencanaan yang konsisten
terhadap bagian hutan. b. Dalam pengelolaan tidak terdapat kompartemenisasi dan
pengaturan hasil yang konsisten. c. Telah terjadi perubahan kondisi RKL berdasarkan SEL dan
RKPH. d. Tidak dilakukan implementasi penataan dan pemeliharaan
blok dan petak dilapangan.
Kesimpulan : Buruk. 2 Indikator 2
: Tingkat penebangan pemanenan lestari untuk
setiap jenis hasil hutan kayu utama dan nir kayu pada setiap ekosistem hutan.
Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : a. Perusahaan telah membuat Plot Ukur Permanen.
Mashudi : Penegakan Hukum Terhadap Penebangan Pohon Di Luar Rencana Karya Tahunan Bagi Pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan, 2009
USU Repository © 2008
b. Perusahaan telah melakukan pengukuran, namun hanya sampai tahun 2001.
c. Perencanaan pemanenan pada saat ini diproyeksikan berdasarkan hasil pengukuran data survei potensi.
d. Analisa pertumbuhan tegakan riap belum dilakukan. Kesimpulan : Buruk.
3 Indikator 3 : Ketersediaan prosedur implementasi : a Evaluasi
Komprehensif terhadap implementasi panduan pemanfaatan hutan. b Penilaian kerusakan tegakan. c Inventarisasi tegakan
sisa untuk efektivitas permudaan.
Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : a. Perusahaan menganggap petunjuk teknis TPTI sebagai SOP,
sedangkan dukumen lainnya untuk melaksanakan seluruh tahapan pemanfaatan hutan tidak dapat ditunjukan.
b. Perusahaan belum mempunyai prosedur untuk penilain tingkat kerusakan tegakan akibat eksploitasi.
c. Data-data dari hasil ITT tidak di evaluasi secara memadai, sehingga tidak dapat dipakai sebagai acuan untuk kegiatan
selanjutnya. Kesimpulan : Sangat Buruk
.
4 Indikator 4 : Ketersediaan dan penerapan teknologi tepat guna
untuk menjalankan PHAPL secara efektif dan efesien serta ketersediaan dan penerapan prosedur pemanenan ramah
lingkungan reduced impact logging.
Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : a. Teknologi tepat guna belum sepenuhnya apalagi
implementasinya dalam menjalankan RIL serta penelitian untuk menilai faktor eksploitasi belum pernah dilakukan.
b. Intensitas Pembukaan Wilayah Hutan PWH tergolong rendah dengan nilai sebesar 0,15.
c. Tidak terdapat perangkat sistem informasi dan SOP tidak ada.
Kesimpulan : Sangat Buruk.
5 Indikator 6
: Kuantitas volume hasil hutan kayu dan luasan
hutan yang dipanen untuk setiap tahun untuk setiap tipe hutan. Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti :
a. PT. Keang Nam Development Indonesia mempunyai rencana pengaturan hasil jangka panjang, namun realisasi tidak sesuai
dengan yang direncanakan.
Mashudi : Penegakan Hukum Terhadap Penebangan Pohon Di Luar Rencana Karya Tahunan Bagi Pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan, 2009
USU Repository © 2008
b. Terdapat over estimate pada penentuan AAC bila dilihat dari hasil survei yang dilakukan oleh PT. FOCUS CONSULTING
GROUP FCG. Kesimpulan : Buruk.
6 Indikator 7
: Tingkat investasi dan reinvestasi yang memadai dan memenuhi kebutuhan dalam pemanfaatan hutan,
administrasi, penelitian dan pengembangan, serta peningkatan kemampuan sumber daya manusia.
Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : a. Tingginya pos biaya pemungutan kayu tidak diimbangi
dengan penglokasian dana pada bagian perencanaan hutan. b. Penyediaan dana untuk mendukung kelancaran kegiatan
produksi cukup lancar, namun untuk kegiatan perencanaan dan kegiatan lainnya tersendat-sendat.
c. Tidak terdapat alokasi dana untuk penelitian dan pengembangan SDM.
Kesimpulan : Buruk.
c Kreteria Ekologi : 1
Indikator 1 : Data mengenai Kawasan lindung dalam setiap tipe
hutan meliputi : a Jumlah, Luas, Persentase dari tipe hutan yang tercakup, b Jumlah luasan dan luas rata-rata Kawasan Lindung,
serta c Persentase Batas Kawasan yang telah ditandai sebagai batas dan ditetapkan dengan jelas.
Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : a. Terdapat ketidakpastian Kawasan Lindung akibat terjadinya
perubahan baik jumlah maupun lokasi areal Kawasan Lindung berdasarkan RKL Rencana Pengelolaan Lingkungan dan
RKPH Rencana Karya Pengusahaan Hutan yang di ajukan. Hal tersebut akan berpengaruh pada kondisi riil hutan
dilapangan.
b. Luasan riil Kawasan Lindung tidak jelas, luas Kawasan Lindung yang dijelaskan pada RKL dan RKPH hanya sebatas
perkiraan dan rencana, tidak ada data ataupun keterangan yang menjelaskan berapa luas masing-masing dari Plot Areal yang
termasuk Kawasan Lindung yang tergambarkan dalam Peta baik untuk PPN, ASDG KB, PPS, Kanan Kiri Sungai, sekitar mata
air dan sekeliling danau.
c. Tata batas yang tidak dilakukan juga akan mengakibatkan ketidakpastian baik posisi maupun luas kawasan masing-masing
Mashudi : Penegakan Hukum Terhadap Penebangan Pohon Di Luar Rencana Karya Tahunan Bagi Pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan, 2009
USU Repository © 2008
plot areal kawasan yang harus dilindungi. Batas yang tidak jelas untuk kawasan lindung akan menyulitkan dan tidak menutup
kemungkinan terjadinya overlap dengan areal blok-blok tebangan.
d. Tidak dilakukkannya pemeliharaan dan perlindungan Hasil pengamatan dan wawancara pada areal kawasan lindung,
memberikan peluang yang besar untuk tidak terpeliharanya kawasan yang harus dilindungi.
Kesimpulan : Buruk. 2
Indikator 2 : Ketersediaan prosedur dan implementasi
pengendalian perambahan, kebakaran, penggembalaan dan pembalakan illegal.
Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : a. Tidak tersedianya prosedur standar dalam penanganan dan
pengendalian perambahan, kebakaran, penggembalaan, dan pembalakan illegal menunjukkan tidak terencananya kegiatan
apabila terjadi hal-hal tersebut diatas. Staf perusahaan pada tingkat teknis dilapangan akan kesulitan menentukan sikaf dan
tindakan bila terjadi perambahan, kebakaran, penggembalaan dan pembalakan illegal, karena tidak ada pedoman yang jelas
dan tertulis.
b. Pengiriman tenagastaf untuk pelatihan yang kurang terbukti dengan wawancara hanya 1 orang yang pernah mengikuti
pelatihan pengendalian kebakaran dan sertifikatnya tidak bisa dibuktikan serta sumber daya dilapangancamp yang tidak
memiliki tingkat sarjanaS1 Kehutanan, D3 Kehutanan atau SKMA akan menjadi semakin terbatasnya pemahaman tenaga
teknis dilapangan terhadap perlindungan hutan akibat perambahan, kebakaran, penggembalaan dan pembalakan
illegal.
c. Upaya perlindungan hutan dari illegal logging pernah dilakukan seperti pada Paragraf 8, data dan informasi, akan
tetapi itu dilakukan pada tingkat pengambilan kebijakan Medan. Pedoman teknis atau standar operasi sebagai pedoman
dilapangan untuk mengendalikan terjadinya perambahan, kebakaran, penggembalaan dan pembalakan illegal tidak dibuat,
sehingga apabila terjadi hal tersebut diatas tidak ada pedoman standar sebagai acuan yang harus dilakukan baik oleh staf
maupun karyawan yang berada dalam bagian kerjanya.
Mashudi : Penegakan Hukum Terhadap Penebangan Pohon Di Luar Rencana Karya Tahunan Bagi Pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan, 2009
USU Repository © 2008
d. Perambahan dengan pembukaan lahan hutan areal perlindungan dan pengungsian satwa menjadi perkebunan karet
dan membiarkan sudah berjalan lebih dari 1 tahun menunjukkan belum adanya penanganan atau pengendalian
terhadap perambahan.
Kesimpulan : Buruk. 3
Indikator 3. : Ketersediaan prosedur dan implementasi
pengelolaan flora untuk : 1 Pemadatan tanah akibat alat-alat mekanisberat, 2 Erosi tanah selama dan sesudah operasi
penebanganpemanenan.
Hasil analisa terhadap data informasi fakta bukti : a. Tidak tersedianya pedoman standar khususnya ditingkat
lapangan camp sebagai pedoman pengelolaan flora untuk : -
Pemadatan tanah akibat alat-alat mekanisberat. -
Erosi tanah selama dan sesudah penebanganpemanenan.
Serta implementasi dilapangan yang tidak melakukan upaya- upaya penanaman dan pemeliharaan terhadap tanaman pada
lahan-lahan bekas jalan sarad dan TPn secara umum menunjukkan komitmen yang rendah dari perusahaan
terhadap pengelolaan hutan alam produksi lestari PHPL. Terbukti hasil wawancara dan cek lapangan kondisi
tanaman yang dilakukan pada areal bekas penebangan RKT 2004 pada mati dan tidak ditemukannya tanaman-tanaman
pada bekas jalan saradTPn pada RKT-RKT sebelumnya.
b. Hasil wawancara dan cek lapangan terhadap pengendalian erosi dengan penanaman tanamanflora dan juga instalasi lain
pengendali erosi tanggul, terasering tidak ditemukan. Demikian juga dengan plot-plot pengamatan erosi.
c. Seperti diketahui pada bagian Tipologi awal dan Tipologi akhir bahwa PT. Keang Nam Development Indonesia
merupakan areal yang rawan pisik dengan sebagian besar areal berupa kelerengan curam yaitu seluas ± 27.869 Ha areal
mempunyai kelerangan curam 25-40 sedangkan sisanya ± 18.021 Ha mempunyai kelerengan datar 0-8 – agak curam
15-25. Dukumen studi evaluasi lingkungan, RKL dan RPL tahun 1995. Sehingga kegiatan pengendalian erosi harus
menjadi bagian penting dari kegiatan pengelolaan hutan. d. Kondisi visual air sungai tagelang dan aek raso yang cukup
keruh kuning, coklat, pekat pada musim hujan menunjukkan
Mashudi : Penegakan Hukum Terhadap Penebangan Pohon Di Luar Rencana Karya Tahunan Bagi Pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan, 2009
USU Repository © 2008
tingkat erosi yang cukup besar pada areal UPHHK PT. Keang Nam Development Indonesia.
Kesimpulan : Buruk.
Penebangan pohon yang dilakukan oleh Perusahaan PT. Keang Nam Development Indonesia pada periode tahun 2000 sd tahun 2005 terbukti berada
diluar Rencana Karya Tahunan RKT , berdasarkan hasil pengukuran Ahli dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan BPKH Wil-1 Medan dan Hasil Pemeriksaan
Rekonstruksi Lapangan yang dilaksanakan oleh Penyidik, Ahli dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan BPKH Wil-I Medan serta Saksi dari Karyawan PT.
Keang Nam Development Indonesia Cruiser, Operator Chain Saw dan petugas TPTI di dalam Areal IUPHHK PT. Keang Nam Development Indonesia yang terletak di
Kec. Muara Batang Gadis, Kab. Mandailing Natal, Propinsi Sumatera Utara, diketahui Penebangan Pohon Kayu hasil hutan pada:
86
1. Tahun 2000 berada pada titik koordinat 00 57’ 22,4” LU