Prinsip tanggung jawab mutlak no fault liability, absolute atau strict liability

kesalahan di pihak penggugat Satu-satunya kewajiban yang harus dilakukan adalah menunjukan bahwa kecelakaan atau kejadian yang menyebabkan kerugian tersebut terjadi di dalam pesawat udara atau selama embarkasi atau disembarkasi. Dengan demikian, yang dimaksud bahwa tanggung jawab pengangkutan berdasarkan pada presumtion praduga berarti tanggung jawab pengangkuian tersebut dapat dihindari bila pengangkut m imbuktikan bahwa pihaknya tidak bersdah absence of fault. 76

3. Prinsip tanggung jawab mutlak no fault liability, absolute atau strict liability

principle Prinsip tanggung jawab mutlak no fault liability atau liability without fault dalam kepustakaan biasanya dikenal dengan frase strict liability atau absolute liability. Dengan prinsip tanggung jawab mutlak dimaksud tanggung jawab tanpa keharusan untuk membuktikan adanya kesalahan. Tujuan utama dari penerapan prinsip tanggung jawab adalah pertimbangan nilai-nilai dan dikeluarkan oleh pemerintah untuk merehabilitasi hutan dan sebagainya. Hal itu sejalan pula dengan kerugian secara ekologi berupa hilangnya jenisspesies keanekaragaman hayati tidak dapat dihitung secara finansial. Menurut data Greenomics, keinginan ekologi akibat illegal logging, khususnya untuk menangkal banjir saja, setidaknya pemerintah harus mengeluarkan dana yang mencapai Rp. 15 milyar pertahun. 77 Angka itu tentu saja akan lebih besar lagi jika memperhitungkan tambahan anggaran masing-masing daerah. Biaya tersebut 76 Ibid, hlm. 6 77 http:www.google.com , diakses tanggal 14 Januari 2008 Mashudi : Penegakan Hukum Terhadap Penebangan Pohon Di Luar Rencana Karya Tahunan Bagi Pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan, 2009 USU Repository © 2008 biasanya dilakukan untuk menanggulangi banjir yang tiap tahun terus terjadi karena kerusakan hutan yang semakin meningkat tiap tahunnya, sementara dana dari pemerintah pusat hanya berupa stimulasi. Berdasarkan uraian di atas, bukan hanya masalah kerusakan pada hutan tetapi juga masalah dalam hal meminta pertanggung jawaban pelaku, khususnya pengusaha hutanpemegang HPH yang melakukan praktik illegal logging. Hal ini berkaitan dengan pengusaha dan pengaruhnya, serta kolusi dengan para politisi dan pemimpin setempat yang dipengaruhi juga oleh unsur-unsur : 1. Keuntungan yang diperoleh oleh pengusaha hutan. 2. Besarnya pengaruh pengusaha hutan dan bos-bos penebangan terhadap pejabat lokal. 3. Besarnya partisipasi pejabat lokal dalam kegiatan illegal logging. 4. Banyaknya kerjasama illegal yang dilakukan oleh pengusaha dengan penguasa atau pejabat lokal. C. Tanggungjawab Perusahaan Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan yang Melakukan Penebangan Pohon di luar RKT Masalah tindak pidana lingkungan hidup khususnya perusakan di bidang kehutanan yang dilakukan oleh korporasi merupakan masalah yang cukup rumit untuk ditanggulangi pada sistem peradilan pidana terutama menyangkut Mashudi : Penegakan Hukum Terhadap Penebangan Pohon Di Luar Rencana Karya Tahunan Bagi Pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan, 2009 USU Repository © 2008 pertanggungjawaban pelaku. 78 Perusakan hutan dapat merusak ekosistem lingkungan hidup akibat eksploitasi hutan oleh perusahaan pemegang Hak Pengusahaan Hutan HPH, untuk itu diperlukan usaha yang terpadu untuk menanggulanginya. Kerusakan hutan dapat terjadi disebabkan penyalahgunaan tata batas pengelolaan kawasan oleh perusahaan pemegang izin, penebangan di dalam areal Hak Pengusahaan Hutan HPH tanpa memperhatikan ketentuan Tebang Pilih, lemahnya koordinasi diantara aparat penegak hukum di dalam menerapkan rumusan perbuatan pidana di bidang kehutanan, ditambah lagi terjadinya pemufakatan jahat antara pelaku dengan aparat terkait yang diberikan kewenangan oleh Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 sebagaimana diubah oleh Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan untuk menjaga fungsi kelestarian hutan endaadse samenloopconcursus idealis maupun meerdadse samenloopconcursus realis. Perbuatan jahat korporasi yang terindikasi adanya perbuatan endaadse samenloop dalam pemanfaatan kayu hasil hutan dapat dilihat dari pelanggaran kewajiban penebangan kayu misalnya Proses pembuatan Laporan Hasil Cruising LHC fiktip. Pelanggaran kewajiban pemanfaatan kayu hasil hutan secara fiktif dipandang sebagi unsur pembuat delik sebagai bagian dari strafbaar feit. 79 Contoh LHC fiktip atas nama PT. Keang Nam Development Indonesia, sebagai berikut: 80 78 Lihat, Yusuf Shofie, Loc.cit. 79 AZ. Abidin, Bunga Rampai Hukum Pidana Jakarta: Pradnya Paramita, 1983, hlm. 51 80 Hasil Wawancara dengan M. Butar-Butar, Penyidik Pada Direktorat Reserse Polda Sumatera Utara, tanggal 6 Januari 2009 Mashudi : Penegakan Hukum Terhadap Penebangan Pohon Di Luar Rencana Karya Tahunan Bagi Pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan, 2009 USU Repository © 2008 1. Pembuatan Rekapitulasi Laporan Hasil Cruising RLHC periode tahun 2000 sd tahun 2002 oleh Alm. BARUSTA TARIGAN selaku Kabag Perencanaan diketik diatas kertas HVS warna putih di Kantor PT. Keang Nam Development Indonesia, Jln. Mangkubumi No. 15 K-L Medan atas perintah Direktur Produksi Perencanaan An. Ir. WASHINGTON PANE, MSc. bukan berdasarkan data lapangan. 2. Pembuatan Rekapitulasi Laporan Hasil Cruising RLHC periode tahun 2003 sd tahun 2005 oleh Saudara Ir. UMASDA selaku Kabag Perencanaan diketik diatas kertas HVS warna putih di Kantor PT. Keang Nam Development Indonesia, Jln. Mangkubumi No. 15 K-L Medan atas perintah Direktur Produksi Perencanaan An. Ir. WASHINGTON PANE, MSc. bukan berdasarkan data lapangan. 3. Selanjutnya Saudara Ir. UMASDA selaku Kabag Perencanaan mengirimkan Rekapitulasi tersebut kepada Saudara SOESILO SETIAWAN Manager Cabang Sibolga di Sibolga untuk selanjutnya dikirim kepada Saudara SIMON AGUSTINUS SIHOMBING Manager Camp Pinang di Camp Pinang, Kec. Muara Batang Gadis, Kab. Madina untuk dipedomani dalam pembuatan Laporan Hasil Cruising LHC oleh Saudara KRISTIAN MANULLANG selaku Cruser. 4. Oleh Saudara KRISTIAN MANULLANG membuat dan menanda tangani LHC hanya dengan mempedomani Rekapitulasi Laporan Hasil Cruising RLHC yang dibuat oleh Saudara Ir. UMASDA tanpa melakukan kegiatan Timber Cruising sebagaimana tugas pokok dan fungsinya selaku Cruiser. 5. Selanjutnya LHC tersebut dikirimkan ke Medan melalui SOESILO SETIAWAN Manager perwakilan Sibolga guna di jilid untuk bahan Usulan Rencana Karya Tahunan URKT setiap tahun. . Law enforcement yang dilandasi dari penempatan kualifikasi pengrusakan hutan sebagai tindak pidana di dalam Undang-Undang 19 Tahun 2004. Kualifikasi tindak pidana di bidang kehutanan merumuskan bahwa setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan Negara dan Setiap orang yang memberi hadiah kepada Pegawai Negeri dengan mengingat kekuasaan atau Mashudi : Penegakan Hukum Terhadap Penebangan Pohon Di Luar Rencana Karya Tahunan Bagi Pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan, 2009 USU Repository © 2008 wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut dan Setiap orang yang diberi izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu IUPHHK , dilarang melakukan kegiatan yang menimbulkan kerusakan hutan dan Setiap orang dengan sengaja dilarang menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan didalam hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang dan Setiap orang dengan sengaja dilarang menjual atau memiliki hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah dan Setiap orang dengan sengaja dilarang mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidak dilengkapi bersama-sama dengan Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan. Misalnya pelanggaran kewajiban yang dilakukan sejak periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 oleh Perusahaan PT. Keang Nam Development Indonesia PT. KNDI Cq. Saudara ADELIN LIS selaku Direktur Keuangan Umum PT. Keang Nam Development Indonesia, Alamat Jalan Hang Jebat No. 6, Kel. M. Hulu, Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara yang berdampak pada kerusakan lingkungan hidup. Pertanggungjawaban pelaku usaha berbentuk badan hukum yakni PT. Keang Nam Development Indonesia Cq. Saudara ADELIN LIS selaku Direktur Keuangan Umum PT. Keang Nam Development Indonesia sebagai pelaku tindak pidana dapat berpatokan pada kriteria pelaksanaan tugas untuk mencapai tujuan badan hukum tersebut serta kewenangan yang ada. Kontruksi pertanggungjawaban pidana PT. KNDI sebagai badan hukun melalui pelaksanaan tugas pengurusnya yang berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor : 805Kpts- Mashudi : Penegakan Hukum Terhadap Penebangan Pohon Di Luar Rencana Karya Tahunan Bagi Pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan, 2009 USU Repository © 2008 IV1999, tanggal 30 September 1999, PT. Keang Nam Development Indonesia mendapatkan fasilitas dari Negara Republik Indonesia Cq. Departemen Kehutanan RI berupa Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu UPHHK seluas ± 58.590 lima puluh delapan ribu lima ratus sembilan puluh Ha yang terletak pada kelompok hutan Produksi sungai Singkuang – sungai Natal, Kec. Muara Batang Gadis, Kab. Mandailing Natal, dahulu sebelum tahun 2000 adalah Kec. Natal, Kab. Tapanuli Selatan, Propinsi Sumatera Utara, diberikan jangka waktu 35 tiga puluh lima Tahun, yang berlaku surut sejak tahun 1994 sd tahun 2029 adalah ADELIN LIS selaku Direktur Keuangan Umum di PT. Keang Nam Development Indonesia tidak pernah mengeluarkan dana operasional untuk kegiatan sistim Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia TPTI yang mengakibatkan penebangan pohon kayu hasil hutan dari periode tahun 2000 sd tahun 2005 tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, antara lain lokasi penebangan berada diluar Blok Tebangan Petak Tebangan Rencana Karya Tahunan RKT yang menimbulkan kerusakan hutan, dimana kegiatan Tebang Pilih Tanam Indonesia TPTI tersebut meliputi: 81

1. Penataan Areal Kerja PAK Et-3 Et = Exploitasi Tebangan adalah