Alat Transportasi Perdagangan ASPEK PERDAGANGAN KERAJAAN GOWA

51 Perhatian orang Belanda ke Makassar untuk berdagang dimulai sejak tahun 1603, 30 yakni ditandai oleh ketika orang Belanda mengirimkan sebuah surat dari Banda 31 kepada raja Gowa untuk berdagang di Makassar, permohonan ini dikabulkan dengan senang hati, tetapi dengan satu syarat, yakni ”hanya untuk berdagang”, karena mereka mengetahui bahwa Belanda adalah musuh besar orang Portugis, dan mereka tidak menghendaki Makassar dijadikan sebagai tempat pertahanan kedua bangsa itu, Kemudian berturut-turut orang-orang asing yang datang ke Makassar dan mendirikan perwakilan dagangnya secara resmi adalah orang Inggris, Denmark, Cina, dan lain-lain.

D. Alat Transportasi Perdagangan

Berbicara tentang pelayaran niaga perlu dikemukakan di sini bahwa pada zaman itu agak sukar dibeda-bedakan antara kapal atau perahu kerajaan dan milik pribadi. Biasanya pejabat kerajaan seperti Bendahara dan Temenggung, malahan Sultan pun, memiliki kapal atau perahu yang dipergunakan untuk berniaga. Adapun alat transportasi yang digunakan dalam pelayaran dan perdagangan antara lain: a. Pedagang pribumi menggunakan perahu tradisional seperti: 1. Lepa-lepa, yaitu jenis perahu yang digunakan di daerah-daerah teluk yang tenang, Di mana laut tidak bergelombang, di sekitar pantai atau di air payau, Untuk menyeberangkan penumpang atau menangkap ikan. Di 30 Anwar Thosibo, “Peranan Suku Bugis-Makassar dalam Aktivitas Perdagangan di Kerajaan Gowa- Tallo Abad XVII”, dalam SSNI sub tema: Dinamika Pertumbuhan Ekonomi Bangsa Indonesia, Jakarta: Depdikbud, 1991. Hal. 274. 31 Lihat: F. W. Stapel, Geschiedenis van Nederlandsch Indie III, Amsterdam: NV. Uitgeversmaatshappij Joost van den Vondel, 1939. Hal. 192. 52 samping itu perahu yang dibuat dari batang kayu pohon yang lurus itu, juga dapat difungsikan sebagai sekoci pada kapal-kapal atau perahu- perahu yang besar. Bentuk perahu tersebut sangat tergantung pada besarnya pohon. Namun umumnya panjang sebuah perahu lepa-lepa itu sekitar 3-4 meter dengan lebar 0,5 meter serta dalamnya sekitar 0,40 meter. 32 2. Soppe. Perahu ini merupakan jenis perahu nelayan yang berukuran kecil. Bentuk dan ukurannya bervariasi, seperti panjangnya antara 5-7 meter, lebarnya 0,80-1,5 meter dan dalamnya 0,70-0,90 meter. Perahu ini dijalankan dengan dayung oleh dua orang nelayan yang dilengkapi jala atau pun pancing bila akan pergi menangkap ikan. 3. Biseang pajala. Ini merupakan salah satu jenis perahu nelayan, yang digunakan untuk mencari ikan di perairan lepas pantai. Perahu tersebut terbuat dari papan jenis kayu bitti-bitti atau jati, yang disusun rapi. Perahu pajala ini, sedikit lebih besar dari perahu lepa-lepa maupun perahu soppe dan daya angkut bisa sampai 100 ton. Perahu tersebut menggunakan sebuah layar yang disebut sombala. Di atas geladaknya terdapat bangunan rumah-rumah yang sekaligus digunakan sebagai dapur. 4. Patorani dan Pedewakan. Jenis perahu patorani ini digunakan untuk menangkap ikan terbang tuing-tuing di perairan Selat Makassar, 32 Adrian B. Lapian, Orang Laut,Bajak Laut,Raja Laut: Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad XIX, Depok: Komunitas Bambu, 2009. Hal. 87. 53 sedangkan perahu Pedewakang merupakan perahu nelayan yang dipakai untuk menangkap teripang jauh ke tengah laut. 5. Lete. Jenis perahu ini digunakan sebagai perahu angkutan niaga jarak jauh antar pulau, bahkan antar benua. Panjang perahu berukuran antara 10-15 meter, lebar dan dalamnya masing-masing 5 meter dan 1,5 – 2 meter. Bentuk balok tiangnya besar dan tebal serta menonjol pada haluan dan buritannya. 6. Lambo. Perahu jenis ini juga dipergunakan sebagai alat angkutan, perahu niaga jarak jauh. Perahu ini memiliki ukuran panjang antara 15-20 meter, lebar 3,50 – 4 meter dan tinggi 1,5 – 2 meter. Disamping itu perahu tersebut juga memiliki tenaga awak perahu sebanyak 7-12 orang, dan diperlengkapi dengan 2 buah kemudi yang letaknya di bagian buritan. b. Perahu Pedagang Melayu dan Jawa Kelompok pedagang ini menggunakan perahu yang jauh lebih besar yang dapat mengangkut macam-macam muatan. Jumlah awak perahu ini 10 sampai 20 orang, bahkan ada yang hanya 5 atau 6 orang, perahu tersebut mem[unyai bentuk yang bermacam-macam dengan namanya sendiri antara lain: ”Contingh”, ”tingangh”, ”Gorap”, ”Galjoot”, ”Gallioen” dan lainnya. c. Perahu Pedagang Asing 1. Perahu Pedagang Cina 54 Pedagang Cina ini mempergunakan Jung untuk berdagang. Jung Cina yang besar sangat menarik perhatian. Tinggi haluan dan buritannya tidak sama, sedangkan bagian tengah sangat rendah. Di atas buritan terdapat sejumlah rumah-rumah kecil dan cukup menyolok pula umbul- umbulnya yang berwarna coreng moreng, sedang ke dua layarnya yang lebar dan tebal dibuat dari sebangsa daun rumput yang dianyam. 2. Perahu Pedagang Kompeni VOC Belanda Kompeni ini mempergunakan kapal dagang yang besar dan sesuai standar keamanan pelayaran perdagangan dalam arti sesuai dengan standar keselamatan pelayaran. 3. Perahu Pedagang Spanyol dan Portugis, menggunakan kapal-kapal dagangnya yang lebih besar dari perahu-perahu pribumi, hanya saja berbeda dengan kapal dagang yang dipergunakan oleh VOC, kapal dagang yang digunakan oleh Spanyol dan Portugis biasanya tidak sesuai dengan standar keselamatan pelayaran perdagangan dan tidak diperlengkapi dengan peralatan pengamanan kapal. 4. Perahu Pedagang Inggris, Vietnam dan Thailand Inggris, Vietnam, dan Thailand menggunakan kapal-kapal dagang yang dapat memuat berjenis-jenis barang dagangan yang dapat diperdagangkan di tempat tujuan. 55

BAB IV PERAN KERAJAAN GOWA DALAM PERNIAGAAN ABAD XVII