Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semangat bangsa Eropa untuk ke Asia dipengaruhi oleh berita Marco Polo 1 . Menurut berita tersebut, dunia timur Asia Tenggara memiliki tanah yang subur dan hasil rempah-rempah serta penduduknya ramah tamah, tanaman di dunia timur tidak pernah mengalami musim gugur seperti di Eropa, karena itu bangsa Eropa semakin terdorong dan berlomba-lomba mencari jalan ke Asia Tenggara lewat samudera. Orang Eropa yang pertama datang ke Indonesia adalah orang Portugis, kemudian orang Spanyol, dan disusul oleh Belanda. Orang-orang Portugis datang ke Indonesia mempunyai tiga motif yaitu petualangan, ekonomi, dan agama. Sedangkan kedatangan orang-orang Belanda ke Indonesia mempunyai dua motif yaitu ekonomi dan petualangan. 2 Pada tahun 1595 perseroan Amsterdam untuk pertama kalinya mengirim angkatan kapal ke Indonesia di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. 3 Mereka mendarat di pelabuhan Banten, dan mereka disambut baik oleh penguasa-penguasa Banten, karena maksud mereka hanyalah untuk berdagang. Pada abad ke-16 Aceh masih merupakan pelabuhan kecil, namun sudah mulai disegani oleh tetangganya Pidie dan Pasai yang kemudian harus mengakui 1 A. Kardiyat Wiharyanto, Asia Tenggara Zaman Pranasionalime, Jogjakarta: Universitas Sanata Dharma, 2005. Hal 94. 2 Marwati Djoned dan Nugroho Notosusanto, Pusponegoro, Sejarah Nasional Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1992. Hal 45. 3 Sartono Kartodirjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900 dari Emporium sampai Imperium. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993. hal. 70. 2 keunggulannya. Tome Pires melaporkan bahwa pada waktu itu sekitar 1512 aceh memiliki 30-40 buah kapal berbentuk lancaran untuk keperluan maritimnya. Suatu ketika Sultan Banten mendapat laporan bahwa nakhoda Belanda dengan anak buahnya itu keluar masuk kampung penduduk dengan sikap kurang ajar yang melukai perasaan penduduk. Sultan amat marah karena tamu tersebut melanggar sopan santun sebagai orang asing yang tidak menghormati adat istiadat serta keyakinan penduduk. Cornelis de Houtman dengan seluruh anak buahnya ditangkap dan dimasukan ke dalam penjara. Akan tetapi kawan-kawannya yang masih berada di kapal datang menghadapi Sultan dan memohon dibebaskannya semua tawanan dengan sanggup membayar uang tebusan. 4 Di situlah orang- orang Belanda memperlihatkan sikap “manisnya” seolah- olah menunjukkan keinginannya untuk bersahabat dengan Banten. Mereka tidak tergesa-gesa memperlihatkan wataknya yang sesungguhnya. Belanda menanamkan kesan bahwa kedatangannya ke Banten semata-mata hendak berdagang. Tetapi malang nasib yang dialami Cornelis de Houtman. Dalam pelayarannya ketika menyinggahi Aceh, ia mati terbunuh. 5 Pelayaran Belanda selanjutnya terjadi pada tahun 1598 yang dipimpin oleh Jacob van Neck, Waerwijk, Heemskerck yang berlabuh di pelabuhan Banten, mereka diterima baik oleh penguasa-penguasa Banten karena pada waktu itu Belanda dapat menyesuaikan dirinya juga karena Banten baru mengalami kerugian-kerugian akibat tindakan orang-orang Portugis. 4 Saefudin Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya. Bandung : Al- Ma’arif, 1981. hal. 375-376 5 Saefudin Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya. Bandung : Al- Ma’arif, 1981. Hal. 376. 3 Untuk menyaingi pelayaran dan perdagangan dengan orang-orang Barat itu maka Belanda mendirikan VOC. VOC merupakan serikat dagang Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1602 sebagai suatu wadah koperasi bagi pedagang Belanda yang sejak saat berdirinya membiayai semua usaha-usaha perdagangan Belanda dan semua aktifitas politik Belanda di kepulauan Indonesia. 6 Didirikannya VOC Verenigigde Oost Indische Compagnie oleh Belanda karena terdorong oleh persaingan hebat dengan bangsa Inggris, Portugis, dan Spanyol. Perkumpulan dagang Belanda VOC mengangkat Peter Both selaku gubernur Jenderal untuk Timur, Asia 1609-1614. Jan Pieterzoon Coen, pegawai perkumpulan dagang Belanda VOC yang diberi mandat sebagai gubernur Jenderal di Indonesia bila berhasil menguasai nusantara. Jelas sekali, bahwa sejak semula Belanda datang ke Indonesia bukan semata-mata hendak berdagang, tetapi tujuan utamanya politik, atau tegasnya yaitu kolonialisme, penjajahan. Persaingan antar Belanda dan Portugis telah melipat gandakan harga pembelian lada, cengkeh dan pala dalam jangka waktu beberapa tahun yang memang pada saat itu rempah-rempah sangat sulit untuk mereka dapatkan, sedangkan perjalanan mereka untuk mendapatkan rempah-rempah ini memakan waktu yang cukup lama dan juga sulit. Tapi bila dilihat secara ekonomis, Belanda mempunyai kedudukan lebih kuat daripada Portugis. Sebagaimana halnya dengan Banjarmasin, pelabuhan Makassar Ujung Pandang pun pada masa Tome Pires belum memainkan peranan yang penting. Mungkin pada waktu itu Sulawesi Selatan masih berada pada zaman peralihan 6 Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa . Jakarta : Balai Pustaka, 1984. hal. 63. 4 ketika kekuatan orang Makassar yang sebelumnya berpusat di Siang kini Pangkajene Kepulauan mulai menurun dengan munculnya kekuatan gabungan Gowa dan Tallo yang kemudian memeperkembangkan Makassar sebagai pelabuhan yang besar. Demikian pula dipantai Timur Sulawesi Selatan Kerajaan Luwu mundur berangsur-angsur sehingga akhirnya kerajaan Bone berhasil menjadi kekuatan Bugis yang terkemuka. 7 Makasar dengan lokasi pelabuhannya yang baik sangat menarik sebagai stasiun dalam pelayaran antara Maluku dan Malaka. Kemudian kemunduran pelabuhan-pelabuhan Jawa mendorong perkembangan yang sangat pesat pada abad XVII. Di sini di kota Makassar dan daerah di dekatnya, Gowa, telah aktif dalam pelayaran dan perdagangan paling tidak dari awal abad ke-16. Terletak di antara Jawa dan Maluku, kerajaan Makassar dan Gowa menduduki posisi yang secara strategis sangat menguntungkan. Setelah penguasa Makassar dan Gowa masuk Islam pada 1605, kekuatannya pun mulai menyebar ke daerah-daerah lain di semenanjung Sulawesi bagian barat daya, pantai timur Kalimantan dan sebagian Kepulauan Sunda Kecil, khususnya di pulau Sumba dan Sumbawa. Raja-rajanya memaksa penguasa Buton lepas pantai Sulawesi bagian tenggara untuk mengalihkan pengakuan kedaulatannya dari Ternate ke Gowa. Portugis, yang terusir dari sebagian besar Maluku, menjadikan Makassar kantor pusat mereka untuk perdagangan rempah. Para sultan Makassar, walaupun mereka Muslim, mengikuti kebijakan dengan hati-hati terhadap orang Eropa, dan menyatakan bahwa mereka ingin tetap netral dalam perang antara Belanda dan Portugis. Mereka menolak kedua belah 7 Dewan Redaksi Tim Penulis PUSPINDO, Sejarah Pelayaran Niaga Di Indonesia, Jilid I: Pra Sejarah Hingga 17 Agustus 1945, Jakarta: Yayasan Pusat Studi Pelayaran Niaga Di Indonesia PUSPINDO, 1990. Hal. 47. 5 pihak itu untuk membangun pos dagang berbenteng di wilayah mereka. Portugis, yang merasa aman di bawah perlindungan sang Sultan, dengan rela tunduk pada semua peraturannya. Orang Belanda mendirikan ”lodge”, yaitu kantor dagang di Makassar tapi karena menggunakan cara yang kasar dalam mengahadapi beberapa pengutang dari kota itu, maka merekapun mendapat kemarahan Sultan. Dari sejak itu sampai 1667, Makassar tetap menjadi pusat oposisi terhadap orang Belanda. Portugis, Inggris, dan bahkan Denmark berdagang dari pelabuhan itu, di situ perdagangan berlangsung marak. Pada abad ke tujuh belas, Makasar sudah merupakan bandar dan pelabuhan yang ramai di Indonesia bagian timur, kota ini sangat penting artinya terutama dalam perdagangan hasil bumi yang pada waktu itu sangat digemari dan sangat dibutuhkan oleh dunia. Letaknya sangat strategis dan baik sekali ditengah- tengah lalu lintas perdagangan antara Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur. Tidaklah mengherankan jikalau kerajaan Gowa mendapat perhatian yang besar sekali dari orang-orang asing. Orang-orang Eropa seperti orang Portugis, orang Spanyol, orang Inggris, dan juga orang Belanda yang berusaha mencari hubungan dan ingin bersahabat dengan raja Gowa. 8 Orang-orang Belanda ketika datang ke Indonesia pada mulanya tidak menaruh perhatian kepada kerajaan Gowa yang terletak di kaki barat Sulawesi Selatan. Belanda pada mulanya dalam perjalanan ke timur sesudah berangkat dari pelabuhan-pelabuhan Jawa, mereka meneruskan perjalanannya ke Maluku. Tentang pentingnya kerajaan Gowa baru diketahui setelah mereka merampas 8 M. D. Sagimun, Sultan Hasanuddin Ayam Jantan dari Ufuk Timur. Jakarta. Balai Pustaka, 1992. Hal. 87. 6 kapal Portugis di dekat perairan Maluku yang ternyata memiliki seorang awak Makasar. Dari orang Makasar mereka mengetahui bahwa pelabuhan Gowa merupakan transito dari kapal-kapal yang berlayar dari atau ke Maluku. Dari keterangan-keterangan ini Belanda dapat menarik kesimpulan bahwa pelabuhan Gowa sebenarnya sangat baik karena terletak antara Malaka dan Maluku. 9

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah