Letak Geografis POTRET WILAYAH DAN MASYARAKAT GOWA

15

BAB II POTRET WILAYAH DAN MASYARAKAT GOWA

A. Letak Geografis

Suatu hal yang jelas dalam konteks pembicaraan sebuah Negara ialah adanya paling tidak tiga unsur yang mendukung berdirinya negara tersebut: daerah tertentu, daerah itu punya rakyat, dan adanya kekuasaan yang berdaulat. Dari sisi lain, sebuah negara pada dasarnya adalah hasil perjanjian manusia, karena ingin mempertahankan kemerdekaan sebagai naluri manusiawinya. Oleh mereka diadakanlah perjanjian dan dibentuklah sebuah negara yang mana mereka semua menjadi warganya. 1 Kata ”Makassar” selalu digunakan untuk menerangkan kata yang mendahuluinya, seperti orang Makassar, Tanah Makassar, Kerajaan Makassar, dan Kota Pelabuhan Makassar. Orang Makassar adalah salah satu kelompok etnis yang bermukim di wilayah pesisir barat dan selatan Sulawesi bagian selatan. Pulau ini terletak antara Kalimantan di bagian barat dan Kepulauan Maluku di sebelah timur serta anatar kepulauan Sulu yang meupakan wilayah Filipina disebelah utara dan kepulauan Nusa Tenggara di sebelah selatan. Masing-masing secara berurutan, dipisahkan oleh Selat Makassar dan Laut Banda serta Laut Maluku, Laut Sulawesi, dan Laut Flores. Bila dilihat dari atas langit Kepulauan Sulawesi maka akan terlihat bahwa bentuk Pulau Sulawesi menyerupai huruf ”K” sehingga memiliki empat jazirah dan 1 Abd. Kadir Ahmad, Islam Di Tanah Gowa. Makassar-Sulawesi Selatan: Penerbit INDOBIS Graphic Design, 2004. hal. 9. 16 tiga teluk. Antara jazirah selatan dan jazirah tenggara terdapat Teluk Bone; antara jazirah tenggara dan jazirah baratlaut terdapat Teluk Tomini; dan antara jazirah baratlaut dan jazirah utara terdapat Teluk Tomini atauTelukGorontalo. Wilayah permukiman kelompok etnis Makassar, yang disebut Tanah Makassar, meliputi daerah yang kini dikenal sebagai: Pangkajene Kepulauan Pangkep, Maros, Kotamadya Makassar, Gowa, Bantaeng, dan Bulukumba. 2 Pentingnya penentuan lokasi ini bukan saja untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang wilayah Kerajaan itu sendiri, tetapi juga untuk dapat dimengerti betapa aspek geografis memberikan dampak yang besar terhadap corak kebudayaan masyarakat. Secara geografis Kerajaan Gowa terletak pada koordinat antara 5° 33’ 6” sampai 5° 34’ 7” Lintang Selatan dan 12° 38’ 6” sampai 12° 33’ 6” Bujur Timur. Memang Selat Makassar sejak dahulu sudah menjadi jalur lintas perdagangan yang terkenal. Kemungkinan itu dapat dilihat dengan ditemukannya Kerajaan tertua di Indonesia, Kutai 400 M dengan salaha seorang rajanya yang termasyhur yang bernama Mulawarman. Dengan demikian di selat Makassar sejak abad ke V M, tidak mustahil terdapat kerajaan-kerajaan lokal, misalnya kerajaan Gowa. Letak Geografis yang demikian strategis itulah yang memberikan watak tersendiri kepada Gowa sebagai Kerajaan maritim, dan mampu mengembangkan sayapnya kesegala penjuru baik dalam arti ekonomi, maupun politik. Pada pase tertentu dari perkembangannya Gowa merupakan persimpangan jalur lintas perniagaan antara Timur dan Barat Nusantara. Bahkan pada masa 2 Edward L. Poelinggomang, “Makassar Abad XIX: Studi Tentang Kebijakan Perdagangan Maritim” Jakarta: KPG, 2002. Hal. 14-15. 17 kejayaannya abad XVII M kekuasaan dan atau pengaruh Kerajaan Gowa sudah mencapai batas-batas yang sedemikian jauh, meliputi : a. Laut Tiongkok Utara dan Philipina di Utara. b. Daerah Kerajaan Ternate dan bahkan pantai Utara Benua Australia di Timur. c. Selat Karimata, Lautan Nusantara sekarang Laut Jawa dan Selat Lombok di Barat. Dengan pengaruh di sini dimaksudkan bahwa daerah-daerah tersebut sudah pernah dijelajahi oleh pelaut-pelaut Gowa. Selain pantai Utara Benua Australia tempat-tempat yang sudah terjangkau oleh para pelaut Gowa Makassar di luar Nusantara ialah ”Sulu, Mindanao, Siam, Hongkong, Makao, Malaka, Kalikut di India dan juga bahkan bukan tidak mungkin sampai ke pulau Madag askar dan pantai Timur Benua Afrika”. 3 Apabila dilihat dari persamaan bahasa yang digunakan maka dapat diketahui pada suatu fase dalam perkembangannya semua daerah yang berbahasa Makassar pernah menjadi daerah inti Kerajaan Gowa sejak dari Pangkaje’ne kepulauan, Maros, Makassar, Takalar, Je’neponto, Bantaeng dan sebagian Bulukumba. Letak geografis yang sangat strategis ini memungkinkan Gowa dapat memperoleh gengsi internasional dalam kehidupan maritim dan politik sekaligus memberikan dampak yang besar terhadap pembentukan kehidupan orang Gowa yang dinamis kreatif. Hal ini sesuai dengan apa yang disebutkan oleh A.A. Cense bahwa 3 Ibid., hal. 11. 18 ”suatu masyarakat seperti Gowa yang sepanjang masa telah merasakan pengaruh asing berganti sama sekali bukan masyarakat yang statis”. 4 Dengan lokalisasi seperti disebutkan bahwa Kerajaan Gowa terletak pada daerah dataran tinggi dan dataran rendah yang terletak di sepanjang pesisir pantai dan yang dialiri oleh sungai Je’neberang. Hal ini memungkinkan adanya penghidupan ganda di sektor maritim nelayan dan di sektor pertanian yang ternyata telah mampu menunjang munculnya Gowa sebagai kerajaan yang besar di zamannya. Orang-orang Gowa digolongkan ke dalam suku bangsa Makassar Tu Mangkasara’. Seperti halnya suku-suku bangsa lain di Nusantara, suku Makassar berasal dari India yang datang ribuan tahun yang lalu secara bergelombang. Menurut penelitian para Etnolog, orang Makassar termasuk turunan orang Melayu Muda Dentro Melayu yang datang pada gelombang kedua. Sebelum mereka datang di Sulawesi Selatan sebelumnya sudah ada orang Melayu Tua tetapi kemudian terdesak dari pesisir pantai oleh Melayu Muda. Dengan demikian dapat diduga keturunan Melayu Muda didukung oleh suku bangsa Makassar, Bgis dan Mandar. Jati dirinya adalah kelompok masyarakat beretnis Makassar. Dalam sejarah perjalanan panjang telah tercipta suatu momentum dalam hidup dan kehidupan yang dapat mencerminkan kekhasan sebagai masyarakat Gowa. Bentuk kekhasan inilah yang diprediksikan sebagai unsur budaya yang telah dihasilkan masyrakat Gowa dalam menapak perjalanan panjang. 5 4 A.A. Cense, Beberapa Catatan Mengenai Penulisan Sejarah Makassar, Bugis. Bhratara, 1972. hal. 16. 5 Pananrangi Hamid, Sejarah Daerah Gowa. Ujung Pandang: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional,1990.hal. 60. 19

B. Demografis Masyarakat Gowa