dialirkan air pendingin melalui kondensor dan dimasukkan pelarut n-heksana 200 ml. Ekstraksi dilakukan lebih kurang 4 jam, sampai pelarut yang turun kembali
kedalam labu alas bulat berwarna jernih. N-heksana yang telah mengandung ekstrak lemak dipindahkan kedalam cawan porselin yang sudah diketahui berat
konstan, kemudian diuapkan diatas penangas air hingga kering. Pengeringan diteruskan dalam oven pada suhu 100
O
Csampai diperoleh berat konstan Sudarmadji, dkk.,1976. Skema prosedur penetapan kadar lemak dalam tepung
wortel dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 46. Kadar lemak dalam tepung wortel dapat dihitung dengan rumus:
Kadar Lemak = Berat lemak + cawan kosong – Berat cawan kosong Berat sampel
x 100
3.4.8.3 Penetapan kadar karbohidrat
Karbohidrat = 100 - Protein + Lemak + Abu + Air
Winarno, 2004 3.4.9 Analisis statistik data penetapan kadar
Data penetapan kadar dianalisis secara statistik menggunakan uji t. Menurut Gandjar dan Rohman 2009, untuk menghitung Standar Deviasi SD
digunakan rumus : SD =
1 -
n X
- X
2
∑
Dasar penolakan data adalah apabila t
hitung
≤ t
tabel
pada taraf kepercayaan 95 dengan nilai α = 0,05, dimana t
hitung
dihitung dengan rumus:
t
hitung
=
n SD
X X
−
dimana : SD = Standar deviasi X = kadar sampel
X = kadar rata-rata sampel n = jumlah perlakuan
Kadar sebenarnya dapat dihitung dengan rumus : µ = X ± t
tabel .
√n SD
Dimana : µ = kadar sebenarnya X = kadar rata-rata
SD = standar deviasi n = jumlah perlakuan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pembuatan Tepung Wortel
Proses pembuatan tepung dari30 kg wortel segar yang digunakan dalam penelitian ini menjadi tepung wortel kurang lebih 2,2 kg. Secara organoleptis
tepung wortel yang dihasilkan berbentuk serbuk halus, bau normal bau khas wortel, warna jingga dan rasa normal. Dari uji organoleptis tepung wortel
diperoleh hasil yang memenuhi standard mutu sebagai tepung yang dikeluarkan oleh SNI Standar Nasional Indonesia.
4.2 Kehalusan Tepung Wortel
Tingkat kehalusan tepung wortel dengan menggunakan ayakan 100 mesh adalah 94,9826 ±0,0102.Jika dibandingkan dengan kehalusan tepung sagu
yang juga menggunakan ayakan 100 mesh 150 µm nilai ini sudah memenuhi standar mutu kehalusan tepung sebesar 95 SNI 3729: 2008.
4.3 Kadar Air
Kadar air yang diperoleh dari tepung wortel sebesar 11,7879 . Kandungan kadar air dalam tepung wortel ini sudah memenuhi syarat mutu jika
dibandingkan dengankadar air tepung yang sudah diatur di SNI yaitu minimal 10 dan maksimal 14,5 SNI 1995, 2006, 2008, 2009 dan 2011.
4.4 Kadar Abu dan Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam
Kadar abu dan abu tak larut dalam asam pada tepung wortel sebesar 2,5309 dan 0,9930. Kandungan abu tidak larut dalam asam lebih kecil
dibandingkan kadar abu karena abu yang digunakan adalah kadar abu tepung
wortel. Kadar abu pada tepung wortel ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan kadar abu tepung yang telah dipersyaratkan di SNI Standar Nasional Indonesia
yaitu minimal 0,5 dan maksimal 1,5 SNI 1995, 2006, 2008, 2009 dan 2011.
4.5 Analisis Kualitatif Protein
Pemeriksaan kualitatif dilakukan sebagai pemeriksaan pendahuluan untuk mengetahui adanya protein dalam tepung wortel yang akan dianalisis secara
kuantitatif. Hasil pemeriksaan kualitatif protein dapat dilihat pada Tabel 4.1 :
Tabel 4.1 Hasil analisis kualitatif Protein pada tepung wortel.
Dari hasil uji kualitatif yang dilakukan menunjukkan bahwa protein positif
terdapat dalamtepung wortel.
4.6 Analisis Kuantitatif
4.6.1 Kadar protein
Dari tepung wortel diperoleh kadar protein 4,1045 ± 0,1379. Hal ini menunjukkan bahwa tepung wortel memiliki kadar protein yang rendah jika
dibandingkan dengan tepung yang biasa digunakan masyarakat seperti tepung terigu, beras, ketan dan jagung. Akan tetapi penggunaan tepung wortel ini banyak
digunakan sebagai subsitusi terhadap tepung lain yang memiliki nilai protein No
Nama zat yang Diuji
Reaksi Hasil Reaksi
Ket
1
Protein Biuret
Warna Violet +
2 Xanthoprotein
Warna Kuning setelah ditambah amonium
hidroksida menjadi warna jingga
+