dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
3. Aras Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar large-
system-strategy, karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi
sosial, lobbying, Pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi Sistem Besar memandang
klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi- situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang
tepat untuk bertindak.
26
C. Pemberdayaan Masyarakat
1.
Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan adalah mengembangkan diri dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi berdaya, guna mencapai kehidupan yang lebih baik.
Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dengan
keinginan mereka. Pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai suatu proses yang relatif terus berjalan untuk meningkatkan kepada perubahan.
27
Pemberdayaan bisa diartikan sebagai perubahan kepada arah yang lebih baik, dari tidak berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait dengan
upaya meningkatkan hidup ke tingkat yang lebih baik. Pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya
26
Edi Suharto Ph. D, Ibid., h. 67
27
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2000, cet. ke-1, h. 32-33
yang dimiliki, tentunya dalam menentukan tindakan kearah yang lebih baik lagi.
28
Secara teknis istilah pemberdayaan dapat disamakan dengan istilah pengembangan. Menurut Imang Mansur Burhan sebagaimana dikutip oleh
Nanih Machendrawaty dan Agus Achmad Syafei mendefinisikan pemberdayaan umat atau masyarakat sebagai upaya untuk membangkitkan
potensi umat islam ke arah yang lebih baik, baik dalam kehidupan sosial, politik, maupun ekonomi.
29
Amrullah Ahmad mengatakan bahwa ”Pengembangan Masyarakat Islam adalah sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model
pemecahan masalah umat dalam bidang sosial, ekonomi dan lingkungan dalam perspektif Islam”.
30
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya yang dimiliki dengan mendorong, memberikan motivasi dan meningkatkan kesadaran akan
potensi yang dimiliki serta berupaya mengembangkannya.
31
Istilah pemberdayaan yang dipakai oleh T. Hani Handoko adalah ”Pengembangan”, yaitu suatu usaha jangka panjang untuk memperbaiki
pemecahan masalah dan melakukan pembaharuan.
32
Dalam Ensiklopedia Indonesia, Daya adalah kemampuan melakukan sesuatu atau kemampuan untuk bertindak.
33
28
Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1997, h.15
29
Nanih Machendrawaty dan Agus Achmad Syafei, Pengembangan Masyarakat Islam, Bandung: Rosda Karya, 2001, cet. ke-1, hal 42
30
M. Amrullah Ahmad, Strategi Dakwah di Tengah Era Reformasi Menuju Indonesia Baru Dalam Memasuki Abad 21, Bandung: 1999, h. 9
31
Gunawan Sumodiningrat, Pengembangan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta: Bina Rena Pariwara, 1997, cet. ke-1, Edisi II h. 165
32
T. Hani Handoko, Manajemen, Yogyakarta, 1997, cet. ke-XI edisi II, h. 337
Adapun pemberdayaan menurut Mc. Ardle, mengatakan bahwa pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputsan oleh orang-orang yang
secara konsekuen melakanakan keputusan tersebut. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan
merupakan ”keharusan” untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan serta sumber daya lainnya
dalam rangka mencapai tujuan mereka tanpa bergantng pada pertolongan dari hubungan eksternal. Namun demikian, Mc. Ardle mengimplikasikan makna
tersebut bukan untuk mencapai tujuan, melainkan makna pentingnya proses dalam pengambilan keputusan.
34
Payne, mengemukakan bahwa suatu pemberdayaan empowerment pada intinya, ditujukan guna membantu kllien memperoleh daya untuk
mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan
sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki,
antara lain transfer daya dari lingkungannya.
35
Shardlow, melihat bahwa berbagai pengertian yang ada mengenai pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok
ataupun komunitas berusaha membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Prinsip ini pada intinya mendorong klien untuk menentukan sendiri
apa yang harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi
33
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997, cet. ke-1 h. 667
34
Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, Fakltas Ekonomi UI, 2002, h. 162
35
Isbandi Rukminto Adi, Ibid h. 163
permasalahan yang ia hadapi sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam membentuk hari depannya.
36
Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau
keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan
menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau
mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, mapun sosial seperti memiliki
kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
37
Dari pengertian diatas, maka disimpulkan bahwa yang dimaksud pemberdayaan adalah sebuah gerakan penguatan sosial agar masyarakat
tadinya lemah, baik dalam bidang sosial, ekonomi serta politik, diberdayakan sehingga membangkitkan kesadaran masyarakat tersebut dan meningkatkan
potensi yang mereka miliki dan guna membangun serta menentukan tindakan berdasarkan keinginan mereka secara mandiri melalui strategi dan pendekatan
tertentu yang dapat menjamin keberhasilan hakiki dalam bentuk kemandirian.
36
Isbandi Rukminto Adi, Ibid h. 164
37
Edi Suharto, PhD “Pendekatan Pekerjaan Sosial Dalam Pemberdayaan Masyarakat
Miskin : Konsep, Indikator dan Strategi”. Artikel diakses pada 24 Oktober 2008 dari
http:www.policy.husuhartomodul_amakindo_30.htm
2.
Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat
Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan diatas dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat
menjadi 5 P, yaitu: a.
Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus
mampu membebaskan masyarakat dari sekar-sekar kultural dan struktural yang menghambat.
b. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan- kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh kembangkan
segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandirian mereka.
c. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok
lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang apalagi tidak sehat antara yang kuat dan
lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala
jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil. d.
Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya.
Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.
e. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi
keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan
keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.
38
Dubois dan Miley memberi beberapa cara atau teknik yang lebih spesifik yang dapat dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat:
a. Membangun relasi pertolongan yang merefleksikan respon empati,
menghargai pilihan dan hak klien menentukan nasibnya sendiri self- determination, menghargai perbedaan dan keunikan individu,
menekankan kerja sama klien client partnerships. b.
Membangun komunikasi yang menghormati martabat dan harga diri klien, mempertimbangkan keragaman individu, berfokus pada klien, dan
menjaga kerahasiaan klien. c.
Terlibat dalam pemecahan masalah yang memperkuat partisipasi klien dalam semua aspek proses pemecahan masalah, menghargai hak-hak klien,
merangkai tantangan-tantangan sebagai kesempatan belajar dan melibatkan klien dalam pembuatan keputusan dan evaluasi.
d. Merefleksikan sikap dan nilai profesi pekerjaan sosial melalui ketaatan
terhadap kode etik profesi, keterlibatan dalam pengembangan profesional, riset, dan perumusan kebijakan, penerjemahan kesulitan-kesulitan pribadi
ke dalam isu-isu publik, penghapusan segala bentuk diskriminasi dan ketidaksetaraan kesempatan.
39
38
Edi Suharto, Ph.D, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung: PT.Refika Aditama, 2005, cet ke-1, h.67
39
Edi Suharto, Ph.D, Ibid., h.68
D. Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan PPMK