Gagasan Abidah El Khalieqy

41

BAB IV PEMBAHASAN

A. Struktur Novel Geni Jora

1. Tema

Tema yang terkandung dalam novel Geni Jora karya Abidah El Khalieqy yaitu tentang pergulatan batin seorang perempuan atas penindasan kaum wanita atas kaum lelaki. Ketidaksetaraan gender dalam di novel ini tergambar melalui tokoh Kejora Jora. Kata Geni dalam bahasa Jawa yang berarti api dan Jora yang berarti penggalan nama Kejora, sehingga jika digabung yaitu api Kejora. Api mewakili suatu hal yang membara-bara, dan Kejora adalah simbol keteguhan hati serta kemilau seperti bintang kejora. Tokoh Jora selalu diceritakan sebagai perempuan yang mengalami ketidakadilan dan merasa dijajahi pria. Terbukti dari perlakuan terhadapnya yang selalu di-nomordua-kan. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut: Siapakah perempuan? Barisan kedua yang menyimpan aroma melati kelas satu. Semesta alam terpesona ingin meraihnya, memiliki dan mencium wanginya. Tetapi kelas dua? Siapakah yang menentukan kelas-kelas, sehingga laki-laki adalah kelas pertama? Sementara Rabi’ah Adawiyah laksana roket melesat mengatasi rangking dan kelas. Sebenarnya, kelas berapakah Hitler dan George W. Bush? Mana lebih tinggi rangkingnya, Ariel Sharon atau Fatima Mernissi. Bukankah Abu Jahal, Fir’aun, Musailamah Al-Kadzhab, Adam Wizehobart, terdapat juga Maryam Al-Bathul, Balqis, Aisyah, dan Fatimah Az-Zahra. Nilaiku rangking pertama, tetapi-sekali lagi tetapi-jenis kelaminku adalah perempuan. Bagaimana bisa perempuan rangking pertama? 1 Kutipan di atas menjabarkan kelas wanita atas laki-laki. Di mana di dunia ini posisi perempuan selalu berada di kelas kedua, setelah pria. Kalimat pertanyaan di akhir kutipan merupakan pertanyaan retoris yang 1 Abidah El Khalieqy, Geni Jora, Bandung:Qanita, 2009, hlm. 80 Kejora ungkapkan budaya patriarki yang kerap kali menjajahinya. Kutipan lainnya yang menunjukan budaya patriarki terdapat pada kutipan berikut. “Ini kan, nilai rapor sekolahan, Cucu. Berapa pun nilai Prahara di sekolahan, sebagai laki-laki ia tetap rangking pertama di dunia kenyataan. Sebaliknya, kau. Berapa pun rangkingmu, kau adalah perempuan dan akan tetap sebagai perempuan. “Tidak Aku tidak mau mendengar kata-katamu, Nenek jahat” aku melengking histeris. 2 Kutipan di atas adalah dialog antara Nenek dan Kejora. Pandangan Nenek untuk seorang perempuan amatlah sempit. Perempuan harus menaati koridornya untuk menjadi yang kedua setelah pria. Nenek menekankan itu kepada Kejora, namun Kejora menolaknya. Di akhir cerita, Kejora mematahkan semua mitos nenek tentang patriarki perempuan yang selama ini Nenek tanamkan kepadanya. Kejora membuat pembuktian bahwa semua yang Nenek katakan tidak benar. Kejora tumbuh dan berkembang menjadi perempuan merdeka. Sebagaimana tertulis dalam kutipan berikut Dalam rangka menjatuhkan mitos nenekku, telah kunikmati rangkaian piala berjajar-jajar dalam setiap fase kehidupanku. Tak ada senoktah pun yang membekas dari mitos-mitos nyinyir yang usang dan lapuk. Tentang perempuan sebagai tong sampah dari kekalahan, ketertindasan, kelemahan, kebodohan, ketidakberdayaan. Ditentang kedua mata belokku yang garang, semuanya menguap kini. Dan inilah fase kedua dari hidup yang bergairah. Hidup di alam merdeka. Ketika pemberontakan telah sampai puncaknya. 3

2. Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan yang ada dalam novel ini yaitu: a. Kejora Jora 2 Ibid., hlm. 82-83 3 Ibid., hlm. 268