Pembahasan HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

5.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisa data diatas terlihat jelas bahwa hampir semua kasus pada korban tenggelam terdapat tanda intravital walaupun tidak semua kasus memiliki tanda intravital secara keseluruhan dikarenakan tidak dilakukannya pemeriksaan untuk melihat ada atau tidaknya tanda intravital tersebut. Faktor pembusukan yang sudah terjadi pada setiap kasus juga sangat mempengaruhi pemeriksaan untuk melihat adanya tanda intravital. Hal ini terlihat jelas pada pemeriksaan tanda intravital seperti cadaveric spasme, perdarahan pada liang telinga, bercak paltouf, tanda asfiksia, serta mushroom-like mass. Faktor pembusukan tersebut terjadi bukan dikarenakan lamanya dimulai pemeriksaan sejak korban ditemukan. Tetapi dikarenakan mayat korban tenggelam yang lama ditemukan sehingga proses pembusukan sudah terjadi sebelumnya. Hal ini tentu saja dapat mengganggu proses identifikasi korban tenggelam yang tidak diketahui tanda pengenalnya. Faktor sarana laboratorium juga mempengaruhi pemeriksaan untuk melihat adanya tanda intravital seperti berat jenis darah pada jantung dan diatome. Menurut peneliti, ketiadaan sarana laboratorium untuk melakukan kedua pemeriksaan tersebut juga menjadi masalah tersendiri untuk memastikan tanda intravital yang terdapat pada kasus tenggelam dan mengidentifikasi jenis kematian untuk kebutuhan penyidik. Selain itu, menurut peneliti beberapa faktor yang lain juga mempengaruhi dilakukan atau tidak dilakukannya pemeriksaan tanda intravital seperti faktor agama dan sosial juga sangat mempengaruhi dilakukannya pemeriksaan secara lengkap pada setiap korban tenggelam. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya dilakukan autopsi juga menjadi penghambat. Misalnya saja pada keluarga yang muslim, mereka menganggap bahwa pemeriksaan dalam autopsi dalam sangat dilarang pada agama Islam sehingga apabila pemeriksaan dalam tetap dilakukan dianggap sudah menyalahi hukum agama. Begitu juga misalnya pada keluarga yang berpendidikan rendah dimana mereka menganggap Universitas Sumatera Utara bahwa apabila dilakukan pemeriksaan dalam tersebut organ-organ tubuh korban akan ditukar oleh petugas yang melakukan pemeriksaan untuk disalahgunakan. Asumsi peneliti faktor jenis kelamin juga mempunyai pengaruh pada jumlah korban tenggelam. Sesuai dengan hasil data statistik dari halaman website e-medicine, kaum laki-laki lebih sering mati akibat tenggelam dibandingkan kaum perempuan. Hal ini mungkin akibat pengaruh psikologis yang berbeda antara kaum laki-laki dan kaum perempuan. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN