akan menjadi lebih kecil dan ringan. Untuk dapat terjadi mummifikasi dibutuhkan waktu yang cukup lama, beberapa minggu sampai beberapa
bulan; yang dipengaruhi oleh keadaan suhu lingkungan dan sifat aliran udara Idries, 1997.
2.2. Tenggelam
Tenggelam adalah penyebab signifikan kecacatan dan kematian. Tenggelam telah didefenisikan sebagai kematian sebelumnya sekunder untuk
sesak napas sementara terbenam dalam suatu cairan, biasanya air, atau dalam waktu 24 jam perendaman. Pada Kongres Dunia 2002 yang diadakan di
Amsterdam, sekelompok ahli menyarankan sebuah definisi konsensus baru untuk tenggelam dalam rangka mengurangi kebingungan atas jumlah istilah dan definisi
20 merujuk kepada proses ini yang telah muncul dalam literatur. Grup yang
percaya bahwa definisi yang seragam akan memungkinkan analisa lebih akurat dan perbandingan studi, memungkinkan peneliti untuk menarik kesimpulan lebih
bermakna dari mengumpulkan data, dan meningkatkan kemudahan kegiatan surveilans dan pencegahan Shepherd, 2009.
2.2.1. Definisi Tenggelam
Secara definisi tenggelam diartikan sebagai suatu keadaan tercekik dan mati yang disebabkan oleh terisinya paru dengan air atau bahan lain atau cairan
sehingga pertukaran gas menjadi tidak mungkin. Sederhananya, tenggelam adalah merupakan akibat dari terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cairan
Idries, 1997.
2.2.2. Jenis Tenggelam
Tenggelam dibagi menjadi beberapa jenis antara lain A wet drowning, B dry drowning, C secondary drowning, dan D the immersion syndrome
cold water drowning Modi, 1988. Wet drowning adalah kematian tenggelam akibat terlalu banyaknya air
yang terinhalasi. Pada kasus wet drowning ada tiga penyebab kematian yang
Universitas Sumatera Utara
terjadi, yaitu akibat asfiksia, fibrilasi ventrikel pada kasus tenggelam di air tawar, dan edema paru pada kasus tenggelam di air asin.
Dry drowning adalah suatu kematian tenggelam dimana air yang terinhalasi sedikit. Penyebab kematian pada kasus ini sendiri dikarenakan
terjadinya spasme laring yang menimbulkan asfiksia dan terjadinya refleks vagal, cardiac arrest, atau kolaps sirkulasi Modi, 1988.
Secondary drowning adalah suatu keadaan dimana terjadi gejala beberapa hari setelah korban tenggelam dan diangkat dari dalam air dan korban meninggal
akibat komplikasi. Immersion drowning adalah suatu keadaan dimana korban tiba-tiba
meninggal setelah tenggelam dalam air dingin akibat refleks vagal. Pada umumnya alkohol dan makan terlalu banyak merupakan faktor pencetus pada
kejadian ini Modi, 1988.
2.2.3. Pemeriksaan pada Kasus Tenggelam
1. Pemeriksaan luar Penurunan suhu mayat, berlangsung cepat, rata-rata 5
F per menit. Suhu tubuh akan sama dengan suhu lingkungan dalam waktu 5 atau 6 jam.
Lebam mayat, akan tampak jelas pada dada bagian depan, leher dan kepala. Lebam mayat berwarna merah terang yang perlu dibedakan
dengan lebam mayat yang terjadi pada keracunan CO. Pembusukan sering tampak, kulit berwarna kehijauan atau merah
gelap. Pada pembusukan lanjut tampak gelembung-gelembung pembusukan, terutama bagian atas tubuh, dan skrotum serta penis pada
pria dan labia mayora pada wanita, kulit telapak tangan dan kaki mengelupas.
Gambaran kulit angsa goose-flesh, cutis anserina, sering dijumpai; keadaan ini terjadi selama interval antara kematian somatik dan
seluler, atau merupakan perubahan post mortal karena terjadinya rigor mortis. Cutis anserina tidak mempunyai nilai sebagai kriteria diagnostik.
Universitas Sumatera Utara
Busa halus putih yang berbentuk jamur mushroom-like mass tampak pada mulut atau hidung atau keduanya. Terbentuknya busa halus
tersebut adalah masuknya cairan ke dalam saluran pernapasan merangsang terbentuknya mukus, substansi ini ketika bercampur dengan air dan
surfaktan dari paru-paru dan terkocok oleh karena adanya upaya pernapasan yang hebat. Pembusukan akan merusak busa tersebut dan
terbentuknya pseudofoam yang berwarna kemerahan yang berasal dari darah dan gas pembusukan.
Perdarahan berbintik petechial haemmorrhages, dapat ditemukan pada kedua kelopak mata, terutama kelopak mata bagian bawah.
Pada pria genitalianya dapat membesar, ereksi atau semi-ereksi. Namun yang paling sering dijumpai adalah semi-ereksi.
Pada lidah dapat ditemukan memar atau bekas gigitan, yang merupakan tanda bahwa korban berusaha untuk hidup, atau tanda sedang
terjadi epilepsi, sebagai akibat dari masuknya korban ke dalam air. Cadaveric spasme, biasanya jarang dijumpai, dan dapat diartikan
bahwa berusaha untuk tidak tenggelam, sebagaimana sering didapatkannya dahan, batu atau rumput yang tergenggam, adanya cadaveric spasme
menunjukkan bahwa korban masih dalam keadaan hidup pada saat terbenam.
Luka-luka pada daerah wajah, tangan dan tungkai bagian depan dapat terjadi akibat persentuhan korban dengan dasar sungai, atau terkena
benda-benda di sekitarnya; luka-luka tersebut seringkali mengeluarkan “darah”, sehingga tidak jarang memberi kesan korban dianiaya sebelum
ditenggelamkan. Pada kasus bunuh diri dimana korban dari tempat yang tinggi
terjun ke sungai, kematian dapat terjadi akibat benturan yang keras sehingga menyebabkan kerusakan pada kepala atau patahnya tulang leher.
Bila korban yang tenggelam adalah bayi, maka dapat dipastikan bahwa kasusnya merupakan kasus pembunuhan. Bila seorang dewasa
ditemukan mati dalam empang yang dangkal, maka harus dipikirkan
Universitas Sumatera Utara
kemungkinan adanya unsur tindak pidana, misalnya setelah diberi racun korban dilempar ke tempat tersebut dengan maksud mengacaukan
penyidikan Idries, 1997. 2. Pemeriksaan dalam
Untuk sebagian kasus asfiksia merupakan penyebab umum terjadinya kematian ini. Hal tersebut dikarenakan air yang masuk ke paru-
paru akan bercampur dengan udara dan lendir sehingga menghasilkan buih-buih halus yang memblok udara di vesikula. Dalam beberapa kasus,
kematian dapat terjadi dari asfiksia obstruktif yang juga dikenal sebagai tenggelam kering yang disebabkan oleh kejang laring yang dibentuk oleh
sejumlah kecil air yang memasuki laring. Pada beberapa kasus lainnya air tidak masuk ke paru-paru sehingga tanda-tanda klasik tenggelam tidak
dapat kita temukan Modi, 1988 Sebelum kita melakukan pemeriksaan dalam pada korban
tenggelam, kita harus memperhatikan apakah mayat korban tersebut sudah dalam keadaan pembusukan lanjut atau belum. Apabila keadaan mayat
telah mengalami pembusukan lanjut, maka pemeriksaan dan pengambilan kesimpulan akan menjadi lebih sulit.
Pemeriksaan terutama ditujukan pada sistem pernapasan, busa halus putih dapat mengisi trakhea dan cabang-cabangnya, air juga dapat
ditemukan, demikian pula halnya dengan benda-benda asing yang ikut terinhalasi bersama air.
Benda asing dalam trakhea dapat tampak secara makroskopik misalnya pasir, lumpur, binatang air, tumbuhan air dan sebagainya.
Sedangkan yang tampak secara mikroskopik diantaranya telur cacing dan diatome Idries, 1997.
Diatome adalah sejenis ganggang yang mempunyai dinding dari silikat. Silikat ini tahan terhadap pemanasan dan asam keras. Diatome
dijumpai di air tawar, air laut, sungai, sumur, dan lain-lain. Pada korban mati tenggelam diatome akan masuk ke dalam saluran
pernafasan dan saluran pencernaan, karena ukurannya yang sangat kecil, ia
Universitas Sumatera Utara
di absorpsi dan mengikuti aliran darah. Diatome ini dapat sampai ke hati, paru, otak, ginjal, dan sumsum tulang. Bila diatome positif berarti korban
masih hidup sewaktu tenggelam. Oleh karena banyak terdapat di alam dan tergantung musim, maka
tidak ditemukannya diatome tidak dapat menyingkirkan bahwa korban bukan mati tenggelam. Relevansi diatome terbatas pada tenggelam dengan
mekanisme asfiksia. Cara pemeriksaan diatome adalah :
1. Ambil jaringan paru sebanyak 150-200 gram, bersihkan lalu masukkan
ke dalam tabung Erlenmeyer, masukkan H
2
SO
4
pekat sampai menutup seluruh jaringan paru dan biarkan selama 24 jam sehingga seluruh
jaringan paru hancur dan seperti bubur hitam. 2.
Panaskan dengan api yang kecil sampai mendidih sehingga semuanya benar-benar hancur.
3. Tuangkan ke dalamnya beberapa tetes HNO
3
pekat, sampai warnanya kuning jernih.
4. Cairan disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
5. Sedimennya dicuci dengan akuades kemudian disentrifuge lagi.
Sedimennya dilihat dibawah mikroskop. Periksalah kerangka diatome yang berupa sel-sel yang cerah dengan dinding bergaris-garis bentuk
bulat, panjang, dan lain-lain Modi, 1988. Pleura juga dapat kita temukan pada pemeriksaan kasus ini. Pleura
yang ditemukan dapat berwarna kemerahan dan terdapat bintik-bintik perdarahan, perdarahan ini dapat terjadi karena adanya kompresi terhadap
septum inter alveoli atau oleh karena terjadinya fase konvulsi akibat kekurangan oksigen.
Bercak perdarahan yang besar diameter 3-5 cm, terjadi karena robeknya partisi interalveolar dan sering terlihat di bawah pleura. Bercak
ini disebut bercak “Paltouf” yang ditemukan pada tahun 1882 dan diberi nama sesuai dengan nama yang pertama mencatat kelainan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Bercak paltouf berwarna biru kemerahan dan banyak terlihat pada bagian bawah paru-paru, yaitu pada permukaan anterior dan permukaan
antar bagian paru-paru. Spitz, 1997. Kongesti pada laring merupakan kelainan yang berarti, paru-paru
biasanya sangat mengembang, seringkali menutupi perikardium dan pada permukaan tampak adanya jejas dari tulang iga, pada perabaan kenyal.
Edema dan kongesti paru-paru dapat sangat hebat sehingga beratnya dapat mencapai 700-1000 gram, dimana berat paru-paru normal
adalah sekitar 250-300 gram Williams, 1998. Paru-paru pucat dengan diselingi bercak-bercak merah di antara
daerah yang berwarna kelabu. Pada pengirisan tampak banyak cairan merah kehitaman bercampur buih keluar dari penampang tersebut, yang
pada keadaan paru-paru normal, keluarnya cairan bercampur busa tersebut baru tampak setelah dipijat dengan dua jari. Gambaran paru-paru seperti
tersebut diatas dikenal dengan nama “emphysema aquosum” atau “emphysema hydroaerique”.
Obstruksi pada sirkulasi paru-paru akan menyebabkan distensi jantung kanan dan pembuluh vena besar dan keduanya penuh berisi darah
yang berwarna merah gelap dan cair, tidak ada bekuan Idries, 1997.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI
OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Tanda intravital 1. Cadaveric spasme
2. Perdarahan pada liang telinga 3. Benda air pada saluran pernapasan
dan pencernaan 4. Bercak paltouf
5. Berat jenis darah pada jantung kanan dan kiri.
6. Diatome 7. Tanda asfiksia
8. Mushroom-like mass
3.2. Definisi Operasional a. Definisi
1. Tanda intravital adalah suatu tanda yang menandakan suatu peristiwa dimana ketika proses peristiwa tersebut terjadi selama masih hidup.
Kasus tenggelam
Universitas Sumatera Utara