3.2.4 pH
Nilai pH yang telah diukur berkisar antara 7,43 – 7,7, dengan nilai yang tertinggi terdapat pada stasiun II dan terendah pada stasiun III, seperti pada Grafik 3.5 berikut.
6.6 6.8
7 7.2
7.4 7.6
7.8 8
St I St II
St III 0 m
3 m 6 m
rata-rata
Grafik 3.2.4.1 Nilai pH Pada Setiap Stasiun
Dari nilai rata-rata pH yang diperoleh dapat digambarkan bahwa Danau Lut Tawar masih dalam keadaan netral kondisinya. Artinya masih baik dan mendukung
kehidupan biota air khususnya fitoplankton. Menurut Sinambela 1994, hal: 33, menyatakan bahwa kehidupan dalam air dapat bertahan bila perairan mempunyai kisaran
pH 5-9. Dari data yang diperoleh dapat digambarkan bahwa pH di Danau Lut Tawar dalam kondisi netral, dimana pH tersebut masih mendukung kehidupan biota air
khususnya fitoplankton.
Nilai rata-rata pH yang diperoleh berdasarkan kedalaman diperoleh nilai rata-rata tertinggi terdapat pada kedalman 6 meter sebesar 7,6 dan terendah pada kedalaman 0
meter sebesar 7,4. Adapun perbedaan pH pada setiap kedalaman dapat disebabkan oleh adanya peningkatan pH di suatu ekosistem. Menurut Ghufran dan Tancung 2007, hal:
34 pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Kisaran pH di areal Danau Lut Tawar selama penelitian tidak mengalami
Universitas Sumatera Utara
perubahan yang signifikan, sehingga tidak berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi organisme hidup di dalamnya.
3.2.5 Temperatur
Dari nilai rata-rata dapat diketahui bahwa rata-rata temperatur tertinggi adalah pada stasiun III sebesar 23,6
C dan terendah terdapat pada stasiun I sebesar 22,6 C, seperti
pada Grafik 3.6 berikut.
21 21.5
22 22.5
23 23.5
24 24.5
St I St II
St III 0 m
3 m 6 m
rata-rata
Grafik 3.2.5.1 Nilai Temperatur Pada Setiap Stasiun
Perbedaan temperatur pada masing-masing lokasi karena perbedaan waktu pengukuran. Perbedaan temperatur ini dapat juga karena cuaca yang tidak stabil dengan
adanya angin dan gelombang. Menurut Barus 2004, hal: 44-45, menyatakan bahwa pola temperatur ekosistem akuatik dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya,
pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya dan juga dipengaruhi oleh faktor kanopi penutupan vegetasi dari pepohonan yang tumbuh di tepi.
Nilai rata-rata temperatur yang diperoleh pada kedalaman 0 meter dan 3 meter adalah 23,3
C sedangkan pada kedalaman 6 meter nilai rata-rata temperatur sebesar 22,6
Universitas Sumatera Utara
C. Fluktuasi temperatur tersebut tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton di perairan ini, sehingga produktivitas primer perairan di areal ini juga akan tetap tinggi.
Menurut Brower et al., 1990, hal: 549, bahwa kisaran temperatur yang optimal untuk pertumbuhan fitoplankton adalah antara 20
C-25 C. Jadi kisaran temperatur yang
diperoleh dari perairan tersebut masih dalam kisaran yang mendukung pertumbuhan fitoplankton.
3.2.6 Kejenuhan O
2
Nilai rata-rata kejenuhan O
2
tertinggi terdapat pada stasiun II sebesar 78,758 dan terendah pada stasiun III sebesar 75,57 , seperti pada Grafik 3.7 berikut.
71 72
73 74
75 76
77 78
79 80
81
St I St II
St III 0 m
3 m 6 m
rata-rata
Grafik 3.2.6.1 Nilai Kejenuhan O
2
Pada Setiap Stasiun
Kondisi kejenuhan oksigen terlarut yang tinggi di atas 100 mengindikasikan bahwa terjadinya proses fotosintesis yang berjalan cukup lancar dan menghasilkan
oksigen yang banyak sehingga tingkat kesuburan air bertambah sedangkan derajat kejenuhan yang rendah di bawah 100 menunjukkan kandungan oksigen lebih banyak
dikonsumsi oleh biota air untuk proses metabolisme organisme Wyrtki, 1961, hal: 2.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan kedalaman didapatkan nilai rata-rata pada kedalaman 0 meter adalah 76,760 , kedalaman 3 meter adalah 77,969 dan pada kedalaman 6 meter adalah 77,
487 . Adanya perbedaan kejenuhan oksigen disebabkan oleh kehadiran senyawa organik yang berbeda antar kedalamn sehingga penggunaan oksigen oleh mikroorganisme
juga berbeda. Selain itu, adanya arus air juga menyebabkan terjadinya perubahan letak senyawa organik sehingga nilai kejenuhan yang paling tinggi terdapat pada kedalaman 3
meter dan terendah pada kedalaman 0 meter, dimana seharusnya kejenuhan oksigen yang paling tinggi haruslah pada lapisan permukaan perairan. Namun dari nilai kejenuhan
oksigen yang diperoleh menunjukkan tingkat pencemaran di Danau Lut Tawar masih tergolong rendah. Menurut Birowo et al., 1975, hal: 79 bahwa beberapa faktor yang
mempengaruhi penyebaran kandungan oksigen terlarut antara lain temperatur, aktivitas biologis, arus, serta proses pencampuran yang dapat mengubah pengaruh-pengaruh dari
kegiatan biologis melalui gerakan massa air dan proses difusi.
3.2.7 Penetrasi dan Intensitas Cahaya
Dari hasil pengukuran yang dilakukan, didapatkan nilai penetrasi cahaya sebesar 6 meter. ini menunjukkan bahwa kejernihan badan air antara ketiga stasiun ini masih relatif sama.
Nilai penetrasi cahaya pada suatu badan air dipengaruhi oleh zat-zat tersuspensi pada perairan tersebut.
Menurut Nybakken 1992, hal: 62 bahwa adanya zat-zat tersuspensi dalam perairan akan menimbulkan kekeruhan pada perairan tersebut dan perairan ini akan
mempengaruhi ekologi dalam penurunan penetrasi cahaya yang mencolok. Menurut Odum 1998, hal: 370, bahwa penetrasi cahaya seringkali dipengaruhi oleh zat terlarut di
dalam air sehingga membatasi zona fotosintesis.
Nilai intensitas cahaya berkisar antara 120 -175 C, dimana yang tertinggi terdapat pada stasiun I dan terendah pada stasiun II. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh karena
adanya perbedaan waktu dalam pengukuran. Nybakken 1992, hal: 61 mengemukakan
Universitas Sumatera Utara
bahwa perubahan cahaya di permukaan bervariasi secara teratur berdasarkan harian yang berhubungan dengan musim. Penurunan intensitas cahaya dan absorbsi akan berkurang
karena dipengaruhi oleh kedalaman. Banyaknya sinar matahari yang masuk ke dalam perairan berubah-ubah tergantung pada intensitas cahaya, banyaknya pemantulan di
permukaan, sudut datang, dan transparansi air.
3.3 Uji f Berikut adalah tabel analisis varians produktivitas primer pada seluruh stasiun dan