Produktivitas Primer dan Kelimpahan Fitoplankton

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Produktivitas Primer dan Kelimpahan Fitoplankton

Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh nilai produktivitas primer perairan dan kelimpahan fitoplankton pada setiap stasiun dan kedalaman, dapat dilihat pada Tabel 3.1.1dan Tabel 3.1.2 Tabel 3.1.1 Nilai Produktivitas Primer Perairan, Klorofil dan Kelimpahan pada Setiap Stasiun Penelitian di Danau Lut Tawar. Stasiun Penelitian Kedalaman Produktivitas Primer Klorofil a Kelimpahan Fitoplankton mgCm 3 hari mgm 3 indl 0 m 320,932 5,441 609,105 I 3 m 449,305 4,225 429,645 6 m 192,559 1,277 480,192 Rata-rata 320,932 3,648 1518,943 0 m 256,746 3,011 442,177 II 3 m 320,933 3,657 253,061 6 m 256,746 2,450 190,476 Rata-rata 278,141 3,039 885,714 0 m 128,373 2,384 458,399 III 3 m 256,746 1,856 448,979 6 m 128,373 0,941 319,728 Rata-rata 171,164 1,727 1227,106 Universitas Sumatera Utara Tabel 3.1.2 Nilai Produktivitas Primer Perairan, Klorofil dan Kelimpahan pada Masing-masing Kedalaman di Danau Lut Tawar. Kedalaman Stasiun Penelitian Produktivitas Primer Klorofil a Kelimpahan Fitoplankton mgCm 3 hari mgm 3 indl I 320,932 5,441 609,105 0 m II 256,746 3,011 442,177 III 128,373 2,384 458,399 Rata-rata 235,350 3,612 503,227 I 449,305 4,225 429,645 3 m II 320,933 3,657 253,061 III 256,746 1,856 448,979 Rata-rata 342,328 3,246 377,228 I 192,559 1,277 480,192 6 m II 256,746 2,450 190,476 III 128,373 0,941 319,728 Rata-rata 192,559 1,556 330,132 Keterangan: Stasiun I : Kontrol Stasiun II : Keramba, pertanian Stasiun III : Outlet, daerah pemukiman

3.1.1 Produktivitas Primer Perairan

Produktivitas primer rata-rata antar stasiun yang didapatkan dari penelitian ini berkisar antara 171,164 - 320,932 mgCm 3 hari. Produktivitas primer yang tertinggi pada stasiun I dan terendah pada stasiun III. Adanya perbedaan nilai produktivitas primer pada setiap lokasi penelitian diakibatkan oleh pergerakan air yang membuat fitoplankton tersebar di setiap stasiun. Nilai produktivitas primer pada stasiun I paling tinggi karena di stasiun ini faktor fisik kimia seperti temperatur, intensitas cahaya, pH, DO, kejenuhan oksigen sangat mendukung bagi keberadaan dan aktivitas fitoplankton, demikian juga dengan nutrisi berupa fosfat yang mendukung keberadaan dan aktivitas fitoplankton. Menurut Hutabarat 2000, hal: 34, faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis adalah cahaya matahari, temperatur dan nutrien. Universitas Sumatera Utara Nilai rata-rata produktivitas primer pada masing-masing kedalaman yang paling tinggi adalah kedalaman 3 meter yaitu 342,327 mgCm 3 hari dan terendah adalah kedalaman 6 meter yaitu 192,559 mgCm 3 hari Tabel 3.1.2. Hal di atas menunjukan bahwa pada umumnya pada setiap kedalaman yang berbeda nilai produktivitas juga berbeda. Hal ini karena adanya pengaruh intensitas sinar matahari yang diterima perairan. Besar intensitas sinar matahari akan menurun dengan bertambahnya kedalaman yang akan menurunkan pula aktivitas fotosintesis tanaman berklorofil, sehingga nilai produktivitas primer perairan juga akan menurun. Menurut Boyd 1979, hal: 5, semakin dalam kedalaman perairan, maka intensitas cahaya akan semakin berkurang dan menjadi faktor pembatas sampai pada suatu kedalaman dimana fotosintesis sama dengan respirasi. Sebaliknya, fotosintesis bertambah sejalan dengan bertambahnya intensitas cahaya sampai pada suatu nilai optimum tertentu cahaya saturasi, diatas nilai tersebut cahaya merupakan penghambat bagi fotosintesis cahaya inhibisi. Akan tetapi, menurut Odum 1994, hal: 34, intensitas sinar matahari yang besar dapat terjadi pada permukaan perairan, sehingga dapat menghambat pertumbuhan dan laju fotosintesis fitoplankton. Apabila ini terjadi, maka nilai produktivitas pada lapisan permukaan di perairan Danau Lut Tawar lebih kecil daripada lapisan di bawahnya. Menurut Effendi 2003, hal: 231 bahwa nilai rata-rata produktivitas primer relatif baik pada perairan danau apabila berkisar antara 50-300 mgCm 3 hari. Penelitian yang dilakukan di Perairan Waduk Cengklik Boyolali diperoleh nilai produktifitas primer sebesar 545,600 mgCm 3 hari dan tergolong tidak mendukung kualitas perairan. Tingginya angka produktivitas primer ini mencerminkan adanya penumpukan nutrien pada lokasi tersebut. Tingginya angka produktivitas primer suatu perairan akan berakibat pada percepatan pendangkalan waduk, karena proses evaporasi berjalan cepat dan terjadi penumpukan sisa-sisa organisme mati di dasar perairan. Penelitian yang dilakukan di Danau Lut Tawar diperoleh nilai produktifitas primer berkisar antara 171,164 - 320,932 mgCm 3 hari sehingga tergolong baik. Universitas Sumatera Utara

3.1.2 Klorofil a

Nilai rata-rata klorofil a pada setiap stasiun di perairan Danau Lut Tawar menunjukkan nilai tertinggi terdapat di stasiun I yaitu 3,6480 mgm 3 dan paling rendah terdapat pada stasiun III yakni 1,7272 mgm 3 . Tingginya nilai rata-rata klorofil a pada stasiun I bersesuaian dengan produktivitas primer yang juga tinggi. Konsentrasi klorofil-a suatu perairan sangat ditentukan oleh intensitas cahaya serta keberadaan nutrien dan faktor- faktor pendukung ini terdapat pada stasiun I. Dari hasil pengukuran terhadap intensitas cahaya didapatkan bahwa pada stasiun I nilai intensitas cahaya paling tinggi dibandingkan dengan stasiun II dan III. Selain itu, fosfat juga mendukung pertumbuhan fitoplankton yang akan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah klorofil a di stasiun I Effendi, 2003, hal 34. Nilai rata-rata klorofil a pada masing-masing kedalaman yang tertinggi terdapat pada kedalaman 0 meter sebesar 3,6126 mgm 3 dan terendah pada kedalaman 6 meter sebesar 1,5561 mgm 3 Tabel 3.1.2. Faktor fisik kimia yang mengontrol dan mempengaruhi sebaran klorofil a adalah nutrien dan intensitas cahaya. Variasi nilai dari setiap kedalaman disebabkan oleh adanya pengkayaan nutrisi pada permukaan perairan yang disebabkan oleh karena adanya pergerakan air dari bawah ke atas sehingga menyebabkan perbedaan persebaran fitoplankton Lesmana, 2005, hal: 23. Perbedaan nilai klorofil a pada setiap kedalaman juga disebabkan cahaya yang masuk ke badan perairan berbeda intensitasnya, dimana semakin menurun dengan semakin bertambahnya kedalaman. Intensitas cahaya yang semakin kecil menyebabkan pertumbuhan fitoplankton semakin lambat dan akhirnya menyebabkan kandungan klorofil a semakin menurun pula. Klorofil a mempunyai korelasi kuat positip terhadap efisiensi fotosintesis, biomassa fitoplankton dan produksi fitoplankton Krismono dan Kartamihardja, 1995, hal: 26. Kandungan klorofil a di perairan sampai pada kedalaman 100 meter dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu: rendah 0,07 mgm 3 , sedang 0,07-0,14 Universitas Sumatera Utara mgm 3 , dan tinggi 0,14 mgm 3 Hatta, 2002, hal: 4. Dari penelitian yang dilakukan di Keramba Jaring Apung Tanjung Bunga didapatkan bahwa nilai rata-rata kandungan klorofil a adalah sekitar 0,0168- 0,06479 mgm 3 sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi perairan di areal Keramba Jaring Apung Tanjung Bunga tergolong perairan yang kandungan klorofil a nya rendah. Sedangkan kandungan klorofil a di perairan Danau Lut Tawar menunjukkan nilai rata-rata klorofil a adalah 1,7272 mgm 3 -3,6480 mgm 3 sehingga perairan ini tergolong ke dalam perairan yang kandungan klorofil a nya tinggi.

3.1.3 Kelimpahan Fitoplankton

Dalam penelitian ini kelimpahan fitoplankton tidak terdistribusi secara merata pada setiap stasiun dan kedalaman. Kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton terbesar dijumpai pada stasiun I yaitu 1518,943 indl dan terendah pada stasiun II yaitu 885,714 indl. ini secara langsung akan mempengaruhi besarnya produktivitas primer pada lokasi tersebut. Tingginya produktivitas primer pada stasiun I karena faktor fisik kimia yang diukur pada stasiun mendukung untuk pertumbuhan fitoplankton terutama intensitas cahaya matahari dan nutrien. Menurut Basmi 1995, hal: 23, bahwa besarnya energi cahaya pada berbagai kedalaman adalah yang menyebabkan perubahan komposisi fitoplankton. Intensitas cahaya yang masuk ke perairan akan mengalami reduksi dengan bertambahnya kedalaman. Namun tinggi rendahnya nilai kelimpahan fitopankton pada setiap stasiun tidak menunjukkan hubungan yang jelas dengan klorofil a. Hal ini dapat dilihat pada stasiun II dengan fitoplankton 885,714 indl, tetapi jumlah klorofil a yang diukur adalah 3,0396 mgm 3 dan pada stasiun III dimana kelimpahan fitoplankton nya adalah 1227,106 indl tetapi jumlah klorofil a yang didapat adalah 1,7272. Perbedaan nilai kelimpahan fitoplankton ini diperoleh karena adanya aktivitas berbeda antara ketiga stasiun. Aktivitas ini akan mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton. Menurut Krismono dan Kartamihardja 1995, hal: 27 bahwa setiap jenis plankton mempunyai respon yang berbeda-beda terhadap kondisi perairan khususnya unsur hara. Dan menurut Effendi Universitas Sumatera Utara 2003, hal: 34, bahwa kelimpahan plankton secara terus-menerus berubah pada berbagai tingkatan skala sebagai respon terhadap perubahan kondisi lingkungan, baik yang ada di suatu perairan mempunyai penyebaran dan aktivitas yang berbeda. Hal ini dipengaruhi berbagai faktor fisik dan kimiawi perairan. Selain disebabkan oleh aktivitas yang berbeda, perbedaan ini juga karena setiap jenis fitoplankton mempunyai kandungan klorofil yang berbeda. Menurut Ferguson 1956, hal: 22, bahwa kandungan klorofil berbeda pada setiap fitoplankton, dan bahkan berbeda pada setiap individu dari spesies yang sama karena kandungan klorofil bergantung pada kondisi individu. Nilai rata-rata fitoplankton pada masing-masing kedalaman yaitu pada kedalaman 0 meter sebesar 503,227 indl, pada kedalaman 3 meter sebesar 377,228 indl, dan pada kedalaman 6 meter sebesar 330,132 indl. Penyebaran fitoplankton di badan air tidaklah sama pada kedalaman yang berbeda. Tidak samanya penyebaran fitoplankton dalam badan air disebabkan karena adanya perbedaan temperatur, kadar oksigen, intensitas cahaya, dan faktor-faktor abiotik lainnya di kedalaman air yang berbeda. Selain itu kepadatan plankton pada suatu badan air sering bervariasi antar lokasi Suin, 2002, hal: 118. Universitas Sumatera Utara

3.2 Faktor Fisik Kimia Perairan