Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007
USU Repository © 2009
1.2. Permasalahan
Dengan melihat latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Gambaran pemaparan gas amoniak terhadap gangguan
sistem pernafasan pada tenaga kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT.
Pupuk Iskandar Muda Tahun 2007. 1.3
. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pemaparan gas amoniak terhadap gangguan sistem pernafasan pada tenaga kerja di Bulk storage Unit Pengantongan Pupuk PT.
Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe tahun 2007.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran pemaparan gas amoniak terhadap gangguan sistem pernafasan berdasarkan umur pekerja.
2. Untuk mengetahui gambaran pemaparan gas amoniak terhadap gangguan sistem pernafasan berdasarkan pendidikan pekerja.
3. Untuk mengetahui gambaran pemaparan gas amoniak terhadap gangguan sisitem pernafasan berdasarkan masa kerja pekerja.
1.4. Mamfaat Penelitian
1. Memberikan informasi bagi pihak perusahaan tentang gambaran pemaparan gas
Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007
USU Repository © 2009
amoniak terhadap sistem pernafasan pada tenaga kerja di Bulk Storage PT.PIM Lhokseumawe.
2. Menambah pengetahuan bagi penulis serta para pembaca.
Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007
USU Repository © 2009
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Sistem Pernafasan 2.1.2. Fungsi Pernafasan
Adapun fungsi dari pernafasan yaitu : 1.
Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran.
2. Mengeluarkan karbondioksida yang terjadi sebagai sisa dari
pembakaran kemudian dibawa oleh darah keparu-paru untuk dibuang karena tidak berguna lagi oleh tubuh.
3. Menghangatkan dan melembabkan udara.
Setelah udara dari luar di proses di dalam hidung masih memerlu kan perjalanan panjang menuju paru-paru sampai alveoli. Pada laring terdapat
epiglotis yang berguna untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan
tidak tidak masuk ke trakea, sedangkan waktu bernafas epiglotis terbuka seterusnya. Jika makanan masuk ke dalam faring maka kita mendapat serangan
batuk untuk mencoba mengeluarkan makanan tersebut dari laring dan dibantu oleh adanya bulu-bulu getar silia yang berfungsi untuk menyaring debu-debu,
kotoran-kotoran dan benda – benda asing. Adanya benda asing tersebut memberikan ransangan kepada selaput lendir dan bulu-bulu getar sehingga terjadi
bersin, kadang-kadang terjadi batuk, akibatnya benda asing tersebut bisa dikeluarkan melalui hidung dan mulut. Dengan kejadian tersebut diatas udara
6
Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007
USU Repository © 2009
yang masuk ke dalam alat-alat pernafasan harus benar-benar bersih. Tapi kalau kita bernafas melalui mulut, udara yang masuk kedalam paru-paru
tidak dapat disaring, dilembabkandihilangkan, ini bisa mengakibatkan gangguan terhadap tubuh. Dan sel-sel bersilia bulu-bulu getar dapat rusak apabila adanya
gas beracun dan dalam keadaan dehidrasi. Namun dalam keadaan tertentu diharapkan kita bernafas melalui mulut,
misalnya pada operasi hidung pengangkatan polip, karena setelah operasi pada kedua hidung di isi tampon sehingga bernafas melalui mulut tidak merugikan.
Syaifuddin, 1996 2.1.3. Proses Terjadinya Pernafasan
Proses terjadinya pernafasan terbagi dalam 2 dua bagian yaitu : 1. Inspirasi menarik nafas .
2. Ekspirasi menghembuskan nafas. Bernafas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara bergantian,
teratur, berirama dan terus menerus. Bernafas merupakan gerak reflek yang terjadi pada otot-otot pernafasan. Reflek bernafas ini diatur oleh pusat pernafasan yang
terletak di dalam sumsum penyambung Medulla Oblongata. Oleh karena seseorang dapat menahan, memperlambat atau mempercepat
nafasnya, ini berarti bahwa reflek nafas ini juga di bawah pengaruh korteks serebri. Pusat pernafasan sangat peka terhadap kelebihan kadar karbondioksida
dalam darah dan kekurangan oksigen dalam daarah. Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah dapat ransangan dari nervus
prenikus lalu mengkerut datar. Muskulus interkostalis yang letaknya miring,
Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007
USU Repository © 2009
setelah mendapat ransangan kemudian mengkerut datar. Dengan demikian jarak antara stenum tulang dada dan vertebra semakin luas dan melebar.
Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik, dengan demikian menarik paru-paru maka tekanan udara di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari
luar. Ekspirasi pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi diafragma akan
menjadi cekung, muskulus interkostalis miring lagi dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi
atau pernafasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru. Syaifuddin, 1996
2.1.4 Mekanisme Patofisiologi
Sebab penyakit pernafasan : 1. Mikro organisme patogen yang mampu bertahan terhadap fagotosis.
2. Partikel-partikel mineral yang menyebabkan kerusakankematian makrofag yang menelannya sehingga menghambat pembersihan dan
meransang reaksi jaringan. 3. Partikel-partikel organik yang merangsang respons imun .
4. Kelebihan beban akibat paparan terus-menerus terhadap debu respirasi kadar meningkat yang menumpuk di sekitar saluran nafas terminal.
Paparan jangka panjang terhadap berbagai bahan kimia iritan dapat menyebabkan gejala bronkhitis seperti batuk dengan atau tanpa sputum atau
mengi. Gejala dapat atau tidak disertai peningkatan reaktivitas bronkhus. Paparan kadar tinggi tidak disengaja dapat menyebabkan bronkhitis akut
Zarwaini : Gambaran Pemaparan Gas Amoniak Terhadap Gangguan Sistem Pernafasan pada Tenaga Kerja di Bulk Storage Unit Pengantongan Pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Tahun 2007, 2007
USU Repository © 2009
berat sering hemoragik dengan obstruksi saluran nafas dan atau edema paru. Gangguan fungsi paru tipe restriktif dapat timbul akibat kerusakan akut bila
ada edema alveolar misalnya akibat paparan uap seng. Gangguan ini biasanya sementara dan mereda dalam beberapa bulan. Paparan lain misalnya
terhadap oksida nitrogen, dapat mengakibatkan kerusakan permanen saluran nafas kecil.Syaifuddin, 1996.
2.2. Tinjauan Amoniak