Santoni Lumbanraja : Eksistensi Hak Ulayat Dalam Pemahaman Dan Sikap Masyarakat Di Kecamatam Pangururan Buhit Kabupaten Samosir, Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 UUPA, 2008.
USU Repository © 2009
Sebagai mana yang dituturkan oleh salah satu masyarakat Kecamatan Pangururan sewaktu penulis melakukan wawancara langsung tentang pemahaman dan pandangannya
terhadap hokum atauperaturan yang dibuat oleh pemerintah yang menyangkut dengan hak adat;
“Hukum memang mengakui keberadaan tanah adat atau dalam undang- undang pertanahan Hak Ulayat, namun lahir juga peraturan yang menyatakan bahwa kapanpun
pemerintah berhak mencabutnya untuk kepentingan Negara atau nasional. Jadi untuk apa ada pengakuan kalua sewaktu- waktu akan toh dicabut juga. Kalaulah dicabut benar-
benar untuk kepentingan nasinal tidak masalah lah, tapi yang sering terjadi sekarang ini justru hanya topeng aja kepentingan umum yang akhirnya jatuh ketangan para pemodal
juga kok. Sementara Undang- Undang Pokok Agraria sudah memerintahkan tanah adalah untuk rakyat petani”.
35
C. Wewenang dari Masyarakat Adat Kecamatan Pangurururan Buhit Dalam
Mengelola Masalah Pertanahan.
Hal tersebut diatas bisa terjadi oleh karena adanya ketidak puasan atas kehadiran peraturan- peraturan tersebut. Ketidak puasan tersebut adalah
dikarenakan adanya penyelewengan- penyelewengan terhadap peraturan- peraturan itu sendiri yaitu yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan golongan atau orang tertentu.
Dengan adanya penyelewengan- penyelewengan ini sehingga menyebabkan masyarakat adat itu sendiri jadi pesimis terhadap peraturan itu sendiri.
Menurut konsepsi hukum adat yang umum bahwa setiap transaksi- transaksi yang bernaksud mengalihkan hak- hak atas tanah harus dilakukan dihadapan kepala adat yang
bersangkutan. Adapun halnya di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir bahwa ketentuan tersebut di atas masih berlaku. Namun hal ini tidaklah sedemikian kongkrit
35
Wawancara dengan Pak Vera Simbolon.
Santoni Lumbanraja : Eksistensi Hak Ulayat Dalam Pemahaman Dan Sikap Masyarakat Di Kecamatam Pangururan Buhit Kabupaten Samosir, Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 UUPA, 2008.
USU Repository © 2009
yang karena adanya pergeseran- pergeseran oleh karena perkembangan zaman pembangunan sehingga mengakibatkan terkikisnya dari pada etimologi system adat
tersebut. Berdasarkan penelitian penulis, baik dengan melakukan wawancara terhadap para
tokoh adat serta masyarakat setempat bahwa mereka masih mengakui eksistensi dari pada tanah adat itu sendiri yaitu tanah peninggalan nenek moyang mereka sebagaimana dalam
setiap proses pengeloloaan tanah tersebut mestialah dengan proses adat. Seperti yang sudah dijelaskan dalam bab- bab sebelumnya bahwa di Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir Tanah Adat adalah tanah hak yang berdasarkan klan marga- marga. Yang artinya, satu kawasan yang klaim tanah adat itu adalah merupakan
tanah adat dari pada satu marga. Dalam pengelolaannya bahwa setiap masyarakat adat dalam marga tanah tersebut
berhak atau berwenang untuk mengelolanya dengan catatan tidak boleh dijadikannya jadi hak milik dan tidak boleh diperjual belikan.
Adapun kebebasan tersebut tidak mutlak, sebab haruslah tetap melalui prosedur yaitu dengan ketentuan- ketentuan adat yang telah mereka sepakati serta sudah mereka lakukan
dahulu kala, yaitu harus dengan sepengetahuan pengetuan adat serta masyarakat adat setempat. Adapun ketentuan- ketentuan ini adalah sudah turun temurundari dahulu kala
yang slalu dipraktekkan dalam kehidupan sehari- hari dalam hal pertanahan. Adapun kebebasan yang dimaksud dalam hal ini adalah bahwa setiap anggota
daripada masyarakat adat tersebut berhak atau mempunyai hak untuk mengelola tanah adat tersebut sebagai tanah hak bersama yang diwarisi oleh nenek moyang mereka. Jadi
kebebasan yang dimaksud bukanlah kebebasan dalam proses pengelolaan itu tetapi dilihat dari segi kewenangannya dalam mengelolola tanah adat tersebut. Jadi kongkritnya bahwa
kebebasan yang dimaksud disini adalah masalah “haknya daripada setiap anggota marga tanah”.
Santoni Lumbanraja : Eksistensi Hak Ulayat Dalam Pemahaman Dan Sikap Masyarakat Di Kecamatam Pangururan Buhit Kabupaten Samosir, Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 UUPA, 2008.
USU Repository © 2009
Dengan adanya kebebasan dari pada masyarakat tersebut dalam pengelolaannya, sehingga sebahagian besar dari pada tanah adat di Kecamatan Pangururan Kabupaten
Samosir sudah dikelola, tidak lagi dalam kondisi yang dimaksud dalam undang- undang yaitu bahwa obyek itu harus berupa hutan belukar atau alang-alang. Namun demikian
masyarakat adat tesebut tetap mengakui dan menyatakan bahwa tanah tersebut adalah tanah adat bukan tanah milik pribadi. Mereka tetap mengakui bahwa yang berhak atau
berkuasa atas tanah tersebut adalah marga tanah itu sendiri. Berdasarkan analisa penulis bahwa adanya adanya kemungkinan- kemungkinan
akan terkikisnya atau akan lenyapnya tanah adat tersebut. Hal ini disebabkan dari pada kebebasan pengelolaan tanah tersebut. Sebagaimana berdasarkan penelitian penulis baik
secara observasi maupun dengan wawancara bahwa tanah adat di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Sebahagian dari pada keseluruhan tanah adat tersebut sudah dikelola
secara turun temurun dalam satu garis keturunan yang satu satu darah yang hingga sampai beberapa garis ketururnan.
Artinya bahwa bidang tanah di atas tanah adat yang sama letak geografisnya sudah dikelola oleh satu dari masyarakat adat tersebut dan secara temurun hingga
samapai beberapa keturunan. Karena dalam pengelolaannya tanah adat itu sendiri tidak bisa lagi mengelola apa bila sudah ada yang mengelola dikelola. Maka apabila ada salah
satu dari marga tanah tersebut ingin mengelola tanah adat tersebut maka harus mengelola yang masih kondisi hutan belukar atau alang- alang kosong.
Maka dengan demikian dapat kita bayangkan, ketika suatu saat setiap masyarakat adat tersebut yang mengelola tanah adat itu melakukan hal yang sama seperti hal tersebut
di atas, maka tidak dapat lagi kita pungkiri besarnya kemungkinan akan hilangnya status daripada tanah adat tersebut berganti menjadi status hal milik.
Sehingga dengan demikian, berdasarkan dasar- dasar analisa tersebut di atas dapat dikatakan bahwa dengan waktu yang tidak ditentukan bahwa status tanah adat Hak
Santoni Lumbanraja : Eksistensi Hak Ulayat Dalam Pemahaman Dan Sikap Masyarakat Di Kecamatam Pangururan Buhit Kabupaten Samosir, Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 UUPA, 2008.
USU Repository © 2009
Ulayat akan hapus dan berubah menjadi hak milik. Dan hal ini akan terjadi bukan hanya di daerah obyek penelitian penulis melainkan juga di seluruh daerah- daerah lainnya.
Santoni Lumbanraja : Eksistensi Hak Ulayat Dalam Pemahaman Dan Sikap Masyarakat Di Kecamatam Pangururan Buhit Kabupaten Samosir, Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 UUPA, 2008.
USU Repository © 2009
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN