Terhadap Perundang-undangan Pemerintah Hindia Beland
Santoni Lumbanraja : Eksistensi Hak Ulayat Dalam Pemahaman Dan Sikap Masyarakat Di Kecamatam Pangururan Buhit Kabupaten Samosir, Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 UUPA, 2008.
USU Repository © 2009
dasar pokok daripada hukum agraria nasional yang memuat ketentuan- ketentuan yang baru. Isi dari UUPA tersebut mestinya sudah terealisasi terhadap seluruh jajaran rakayat
Indonesia, bukan saja sarjana hukum, pejabat- pejabat hukum, pejabat pemerintah, tetapi harus meliputi seluruh lapisan masyarakat khususnya para petani karena dalam kehidupan
sehari- hari mereka akan berhadapan dngan peraturan hukum positif di bidang agraria. UUPA ini secara tegas memberikan sikap terhadap kedua sistem hukum yang
pernah berlaku sebelumnya di negara Indonesia sebagai berikut:
a. Terhadap Perundang-undangan Pemerintah Hindia Belanda.
Dalam masa penjajahan, oleh pemerintahHindia Belanda berdasarkan tujuan dari sendi- sendi pemerintah jajahan disusun hukum barat yang bertentangan dengan
kepentingan rakyat. Terjadilah dualisme dalam hukum agraria di Indonesia, denganberlakunya hukum adat disamping hukum agraris yang berdasarkan hukum barat.
Perlu kita ketahui bahwa hukum agraria kolonial adalah hukum yang timpang dan sepihak sebagaimanahalnya kita ketahui bahwa hukum agraria kolonial itu hanya
mengabdi kepada kepentingan pemerintah bangasa penjajah pada saat itu dan pengusaha swasta lainnya, tetapi bagi rakyat Indonesia asli tidak menjamin kepastian hukum atau
merugikan bagi rakayat Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Sokerno dan Moh. Hatta atas nama bangsa
Indonesia memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, dimana dngan adanya proklamasi kemerdekaan ini mempunyai 2 arti yang penting bagi penyusunan hukum agraria
nasional, yaitu pertama:, Bangsa Indonesia memutuskan hubungannya dengan Hukum Agraria Kolonial, dan kedua: Bangsa Indonesia sekaligus menyusun Hukum Agraria
Nasional. Walaupun bangsa Indonesia telah merdeka, namun untuk membentuk Hukum
Agraria nasional tidaklah mudah dan membutuhkan waktu yang lama. Sehingga untuk menunggu terbentuknya hukum agraria nasioanal dan agar tidak terjadi kekosongan
Santoni Lumbanraja : Eksistensi Hak Ulayat Dalam Pemahaman Dan Sikap Masyarakat Di Kecamatam Pangururan Buhit Kabupaten Samosir, Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 UUPA, 2008.
USU Repository © 2009
hukum, maka diberlakukanlah Pasal II aturan peralihan UUD 1945 yaitu: “Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belun diadakan yang baru
berdasarkan Undang- Undang Dasar ini”. Dengan diundamgkannya UUPA pada tanggal 14 September 1960 yaitu sebagai
upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menyesuaikan Hukum Agraria Kolonilal dengan keadaan dan kebutuhab setelah merdeka, maka beberapa undang-
undang agraria kolonial yang di cabut yaitu antara lain: 1.
“Agrarische Wet” S. 1870 – 55 sebagai yang temuat dalam Pasal 51 “Wet op de Staatsinrichhting van Nederlands Indie” S. 1925 – 447 dan ketentuan dalam ayat-
ayat lainnya dari pasal itu, 2.
a. “Domeinverklaring” tersebut dalam pasal 1 “Agrarisch Besluit” S. 1870 – 118,
b. “Algemene Domoinverklaring” tersebut dalam S. 1875 – 119 1a,
c. “Domeinverklaring untuk Sumatera” tersebut dalam pasal 1 dari S. 1874 – 94f,
d. “Domeinverklaring untuk untuk karesidenan Manado” tersebut dalam pasal 1
dari S. 1877 – 55, e.
“Domeinverklaring untuk residentie Zuider en Oosterafdeling van Borneo” tersebut dalam pasal 1 dari S. 1888 – 58.
3. Koninklijk Besluit tanggal 16 April 1872 No. 29 S. 1872 – 117 dan peraturan
pelaksanaannya. 4.
Buku ke- II Kitab Undang- Undang Hukum Perdata Indonesia sepanjang yang memgenai bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya, kecuali ketentuan- ketentuan mengenai hypotheek yang masih berlaku pada mulai mulai berlakunya undang- undang ini.
Agrarische Wet yang dciptakan pemerintah kolonial Beland, sangat jauh berbeda dengan UUPA, baik ditinjau dari segi tujuannya maupun materi undang- undangnya.
Santoni Lumbanraja : Eksistensi Hak Ulayat Dalam Pemahaman Dan Sikap Masyarakat Di Kecamatam Pangururan Buhit Kabupaten Samosir, Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 UUPA, 2008.
USU Repository © 2009
Dilihat dari segi tujuannya, Agrerische wet bertujuan untuk kepentingan kolonial Belanda dengan melakukan exploitasion del’homme parl’homme bangsa dan rakyat Indonesia,
sedangkan UUPA bertujuan sebagaimana digariskan dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945 jo. Pasal 2 UUPA, yaitu sebesar- besarnya kemakmuran rakyat Indonesia seluruhnya.
Dilihat dari beberapa materi undang- undang Agrerische wet tidak mengakui tanah adat sebagai milik rakyat Indonesia tetapi adalah domein negara tidak bebas.
Sedangkan menurut UUPA, tanah adat hak ulayat adalah kepunyaan pengosongan-
pengosongan sebagaimana ditentukan oleh pasal 3 dan 5 UUPA. b. Terhadap hukum adat.
Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat. Tegasnya, hukum adat dijaikan dasar hukum agraria yang baru. Hal ini secara tegas
dirumuskan dalam pasal 5 UUPA, yang berbunyi sebagai berikut “Hukum agraria yang berlaku atas bumu, air dan ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak
bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara, dengan sosialisme Indonesia serta dengan peraturan- peratiran yang tercantum dalam undang- undang ini
dengan peraturan perundangan lainnya, segala sesuatu degan mengindahkan unsur- unsur yang besandar pada hukum agama”.
13
13
A.P. Parlindungan, Laporan Landreform Indonesia, Suatu Study Pembanding, Fakultas Hukum USU, Medan, 1984, h.66.
Didalam penjelasan umum angaka III 1, dikatakan bahwa hukum adat itu adalah hukum rakyat Indonesia asli.
Sebahagian rakyat Indonesia tunduk pada hukum adat, oleh karena itu hukum agraria yang didasarkan atas ketentuan- ketentuan hukum adat akan sesuai dengan kesadaran
rakyat banyak. Walaupun secara berlibahan disebutkan di dalam pasal 5 tersebut bahwa hukum
adat tersebut merupakan dasar daripada UUPA, akan tetapi tidak begitu saja keentuan- ketentuan hukumadat itu diambil, melainkan masih harus sisempurnakan dengan
kepentingan masyarakat negara modern dan dalam hubungannya dengan dunia Internasional serta dengan sosialisme Indonesia.
Hukum adat yang dmaksud dalam pasal 5 tersebut jelas berbeda dengan hukum adat yang lama dahulu yang oleh Van Volenhoven dibagi kedalam 19 daerah lingkungan hukum
adat itu.
Santoni Lumbanraja : Eksistensi Hak Ulayat Dalam Pemahaman Dan Sikap Masyarakat Di Kecamatam Pangururan Buhit Kabupaten Samosir, Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 UUPA, 2008.
USU Repository © 2009
Ketentuan- ketentuan konkrit dari aturan- aturan adat itu di dalam masyarakat suku- suku bangsa Indonesia adalah berbhineka atau berbeda- beda. Dibalik perbedaan itu
terdapat banyakpersamaan yang merupakan azas- azas umum dari hukum adat secara nasional di Indonesia. Berdasarkan hemat penulis azas- azas yang umum inilah yang
dijadikan sebagai bahan dalam pembentukan UUPA dimaksud. Demikian pula bilamana kita membalik- balik memori penjelasan UUPA, dalam
penjelasan umum sub III 1, ternyata bahwa hukum adat itu dalam sejarahnya pada masa penjajahan telahdipengaruhi oleh politik kolonial yang kapitalistis, sehingga menciptakan
masyarakat yang kolonial yang kapitalistis, kemudian terdapat pula pengaruh swapraja yang feodal. Pengaruh ini semuanya harus dibersihkan hingga sesuai dengan tujuan
daripada UUPA dalam menciptakan masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang dicita- citakan.
Oleh karena itulah bahwa didalam hal implemantasi UUPA, maka sepanjang yang telah diatur oleh UUPA serta peraturan- peraturan pelaksanaannya seperti dalam
bentuk Peraturan Pemerintah PP, Keputusan Presiden Keppres, Intruksi Presiden Inpres, Kepurtusan Menteri Kepmen, Intruksi Menteri, dan lain sebagainya, maka
peraturan inilah yang berlaku, jadi bukan hukum adat kedaerahan yang dimaksud. Hukum adat itu dapat berlaku apabila belum ada ketentuan- ketentuan atau peraturan tertulis yang
mengaturnya, dan harus tunduk kepada persyaratan- persyaratan yang disebutkan dalam pasal 5 dan 58 UUPA tersebut.
Azas- azas atau prisip hukum agraria nasional kita Indonesia adalah tercantum dalam Undang- Undang Pokok Agraria: Bab I, Pasal 1 sd 15. Dalam
Santoni Lumbanraja : Eksistensi Hak Ulayat Dalam Pemahaman Dan Sikap Masyarakat Di Kecamatam Pangururan Buhit Kabupaten Samosir, Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 UUPA, 2008.
USU Repository © 2009
skripsi ini penulis tidak menguraikan semua azas- azas tersebut secara mendeteil, namun penulis merasa cukup hanya dengan menyinggung beberapa azas saja yang
sangat erat hubungannya degan masalah hak ulayat. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah: