Santoni Lumbanraja : Eksistensi Hak Ulayat Dalam Pemahaman Dan Sikap Masyarakat Di Kecamatam Pangururan Buhit Kabupaten Samosir, Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 UUPA, 2008.
USU Repository © 2009
Sedangkan untuk penggunaan lahan terhadap holtikultural, perkebunan, kehutanan, peternakan dan padi tidak dirinci berdasarkan luas penggunaan lahannya,
namun berdasarkan jumlah rumahtangga pengguna lahan atau tanah tersebut, yakni a.
Holtikultural : 1.387 Rumah Tangga
b. Perkebunan
: 1.295 Rumah Tangga c.
Kehutanan : 161 Ruamah Tangga
d. Peternakan
: 1.284 Rumah Tangga e.
Padi : 2.387 Ruamah Tinggi
Klasifikasi penggunaan tanah tersebut di atas adalah berdasarkan Data Badan Pusat Statistik BPS Kabupaten Toba Samosir yaitu dalam angka 2006. Artinya bahwa
telah banyak terjadi perubahan- perubahan terhadap penggunaan tanah dalam kurun waktu yang agak singkat yaitu antara tahun 2006 hingga penulisan skripsi ini yaitu tahun
2008. Sebagai mana halnya berhubung dengan perkembangan pendudukdan juga
perkembangan pembangunan yang juga akan mempengaruhi penggunaan tanah. Hal ini dapoat kita lihat dengan penggunaan tanah dengan pembangunan perhotelan, perkantoran
dan juga rumah- rumah, pertanian serta sarana- sarana lainnya.
B. Pengertian Hak Ulayat Menurut Masyarakat Kecamatan Pangururan.
Seperti halnya bahwa setiap daerah di Indonesia mempunayi istilah yang berbeda- beda mengenai hak ulayat. Demikian halnya di Kecamatan Pangururan bahwa
istilah hak ulayat di daerah ini lebih dikenal dengan istilah tanah adat atau tanah marga, dan di lain pihak ada juga yang memakai istilah tanah golat.
Berdasarkan judul skripsi ini, bahwa yang menjadi objek wilayah penelitian penulisan skripsi ini adalah desa Siogung- Ogung yaitu sebuah desa yang berada dalam
teritorial kecamatan pangururan kabupaten samosir. Oleh karena itu, dalam melakukan
Santoni Lumbanraja : Eksistensi Hak Ulayat Dalam Pemahaman Dan Sikap Masyarakat Di Kecamatam Pangururan Buhit Kabupaten Samosir, Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 UUPA, 2008.
USU Repository © 2009
penelitian dalam rangka penulisan skripsi ini, lebih memfokuskan pada daerah obyek tersebut
Namun walaupun demikian untuk mendapatkan informasi dan data yang lebih sempurna dalam rangka penulisan skripsi ini juga dilakukan riset terhadap diluar dari
pada obyek tersebut yaitu di luar dari pada daerah Siogung- Ogung tetapi masih dalam teritorial Kecamatan Pangururan.
Dalam bab sebelunya telah diuraikan tentang istilah hak ulayat. Sebagai mana telah kita ketahui bahwa setiap daerah di Indonesia mempunyai istilah yang berbeda-
beda mengenai hak ulayat. Melihat sejarah, bahwa pada umunya dahulu Samosir adalah merupakan tanah
adat, sebagaimana bahwa pada zaman dulu orang batak tidaj boleh memperjual belikan tanah, dan sifatnya turun temurun. Dimana bahwa tanah adat tidak hanya untuk yang
mengelola yang mempunyai melainkan generasi ke generasi. Artinya bahwa tanah adat di samosir tidak hanya dimiliki oleh yang mengelola, melainkan untuk kegenerasi
berikutnya. Karena tanah boleh dijadikan hak milik asal jangan diperjual belikan, sehingga
sekarang ini tanah adat sudah semakin langkah atau jarang karena di atasnya sudah berdri hak milik.
23
Adapun pemberian kepada orang yang berasal dari kesatuan adat tersebut adalah dengan pemberian dimana harus memberi debban tiar sebagai ganti rugi. Debban tiar
artinya pemberian ganti rugi dalam konteks adat. Diamana ganti rugi ini hanya berupa Samosir adalah tanah Batak. Dimana di tanah Batak atau samosir tidak
dikenal apa itu ulayat, tetapi yang dikenal adalah tanah adat, yaitu hak bersama masyarakat yang ada dalam daerah tersebut. Dimana tanah adat tidak boleh
diperjualbelikan. Tanah adat ini boleh dikelola oleh siapapun termasuk orang diluar dari kesatuan adat tersebut tetapi dengan persetujuan raja-raja adat.
23
Wawancara dengan Bapak A. Juni Naibaho, Tokoh Adat Pangururan.
Santoni Lumbanraja : Eksistensi Hak Ulayat Dalam Pemahaman Dan Sikap Masyarakat Di Kecamatam Pangururan Buhit Kabupaten Samosir, Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 UUPA, 2008.
USU Repository © 2009
simbolik belaka. Ganti rugi ini biasanya berupa uang yang diletakkan di atas beras dalam cawan atau piring.
24
2. Adanya obyek, yaitu:
Bahwa Istilah hak ulayat digunakan atau berasal dari Sumatera Barat Minang Kabau. Sedangkan orang batak tidak dikenal dengan yang namanya hak ulayat.
Adapun yang di identikkan dengan hakulayat dalam istilah di samosir adalah tanah adat, di lain pihak tanah golat. Pada zaman dulu di Samosir masih banyak terdapat tanah- tanah
adat atau tanah golat, karena pada masa penjajahan, yang berkuasa dalam daerah tertentu adalah nagari, raja bius, araja pandua, tetapoi perkembangan sekarang ini raja- raja
tersebut tidak aksis lagi karena sudah diganti dengan kepala desa, kepala lingkungan dan lain- lain.
Dengan adanya perbedaan istilah ini bukan berartu bahwa kita mengesampingkan hak tersebut. Apakah itu dikatakan hak ulayat, hak adat, atau tanah golat. Yang jelas kita
harus memperhatikan pasal 2 ayat 2 Permen Agraria Kepala BPN No. 5 Tahun 1999 yang menentukan ada tidaknya hak tersebut adalah antara lain:
1. Adanya subyek, yaitu: Terdapat sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga
bersama suatu persekutuan hukum tertentu yang mengakui dan menerapkan ketentuan- ketentuan perekutuan tersebut dalam kehidupan sehari- hari.
Terdapat tanah ulyat tertentu yang menjadi lingkungan hidup para warga persekutuan hukum tersebut dan tempatnya mengambil keperluan hidupnya sehari-
hari 3.
Terdapatnya tatanan hukum adat mnegenai pengurusan, penguasaan dan penggunaan tanah ulayat yang berlaku dan dutaati oleh para warga persekutuan hukum tersebut.
25
24
Wawancara dengan Bapak Op. Putri Naibaho, Ketua Adat, Desa Siogung-ogung, Pangururan.
25
Wawancara dengan Kepala Badan Pertanahan Kab. Samosir.
Santoni Lumbanraja : Eksistensi Hak Ulayat Dalam Pemahaman Dan Sikap Masyarakat Di Kecamatam Pangururan Buhit Kabupaten Samosir, Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 UUPA, 2008.
USU Repository © 2009
BAB III SIKAP MASYARAKAT TENTANG EKSISTENSI HAK ULAYAT
A. Struktur Pemilikan, Perolehan dan PelepasanPeralihan Hak Atas Tanah AdatUlayat di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir
Struktur pemilikan, perolehan dan pelepasanperalihan hak atas tanah adat di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir dilihat dari segi sejarah lahirnya tanah adat
ini terjadi dengan: 1.
Berdasarkan penemuan oleh nenek moyang orang yang pertama kali tinggalmendiami daerah tersebut.
2. Karena kemenangan perang.
1. Berdasarkan Penemuan Oleh Nenek Moyang Orang yang Pertama kali TinggalMendiami Daerah tersebut.
Pada umumnya Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir dihuni oleh suku batak yang terdiri dari marga- marga. Sehingga adapun tanah adat adalah didasarkan atau
sifatnya kemargaan. Apa bila ditelusuri dari sejarah dari pada struktur penguasaan tanah adat tersebut adalah dikarenakan ketika dahulu kala marga tersebut adalah orang yang