Penentuan Ukuran Sampel Sejarah Berdirinya Harian Waspada

Renny Triana : Peramalan Nilai Penjualan Surat Kabar Harian Waspada Di Kota Medan Untuk Tahun 2008 – 2009, 2008. USU Repository © 2009 t X = data aktual pada periode ke t t PE =     − t t t X F X 100 kesalahan persentase pada periode ke t t F = nilai ramalan periode ke t n = banyaknya periode waktu

2.8 Penentuan Ukuran Sampel

Menjadi suatu faktor yang esential apabila ingin menganalisis suatu objek, kecukupan sampel tersebut sangat dibutuhkan. Pengujuian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dapat diterima sebagai sampel atau tidak. Pengujian terhadap kecukupan sampel dilakukan dengan persamaan sebagai berikut : 2 2 2 20           − = ∑ ∑ ∑ t t t X X X N N Dimana : N = Ukuran sampel yang dibutuhkan N = Ukuran sampel pengambilan t X = Data aktual pada periode t ; t = 1, 2, … , N Dengan kriteria pengujiannya adalah jika N N maka sampel percobaan dapat diterima sebagai sampel, dan berlaku kebalikannya. Renny Triana : Peramalan Nilai Penjualan Surat Kabar Harian Waspada Di Kota Medan Untuk Tahun 2008 – 2009, 2008. USU Repository © 2009 BAB 3 SEJARAH SINGKAT HARIAN WASPADA

3.1 Sejarah Berdirinya Harian Waspada

Harian Waspada terbit pertama kali pada tanggal 11 Januari 1947 di Medan, di bawah pimpinan Haji Mohammad Said. Sebelum masa 1947, di Medan telah ada harian Jepang berbahasa Indonesia, yaitu “Kita Sumatera Shimboen” pimpinan Adi Negoroyang selanjutnya ditangani oleh Jahja Jakoeb, dan harian itu digantikan menjadi “Soematera Baroe”. Sebelum diterbitkan, Soematera Baroe terlebih dahulu harus disensor oleh penguasa Jepang karena koran yang diterima rakyat senantiasa hasil sensor, berarti berita-berita yang disebarkan itu cenderung memihak kepada pemerintah Jepang, sehingga informasi penting tentang situasi Indonesia pada masa itu tidak dapat diketahui rakyat Sumatera Utara secara realistis. Melihat situasi ini, Haji Mohammad Said merasa perlu untuk diterbitkannya suatu harian yang bebas dan bertanggung jawab serta mensensorkan diri pada militer Jepang yang pada waktu itu masih saja melanjutkan pekerjaan dengan aktif di semua kantor pemerintahan. Setelah H. Mohammad Said berunding dengan N.V. Sjarikat Tapanuli pencetakpemilik Harian Pewarta Deli yang pernah hidup lama di zaman Hindia Belanda, maka disetujuilah untuk menerbitkan kembali Harian “Pewarta Deli” ini. Harian pertama kali mengeluarkan nomor perdananya pada hari Sabtu, 29 September 1945, dimana H. Mohammad Said sebagai pimpinan redaksi. Harian Pewarta Renny Triana : Peramalan Nilai Penjualan Surat Kabar Harian Waspada Di Kota Medan Untuk Tahun 2008 – 2009, 2008. USU Repository © 2009 Deli yang berperan sehingga pada tanggal 30 September 1945, saat dilangsungkannya rapat pemuda di jalan Amplas Medan, para pemuda mendesak Mr. Teukoe M. Hasan Hasan dan Dr. Amir merupakan utusan dari Sumatera sebagai anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, untuk tampil ke forum terbuka dan mengeluarkan berita Proklamasi dari kantongnya, berarti baru sejak 30 September 1945, di Medan secara resmi terdengar berita tentang Proklamasi. Pada bulan februari 1946, Jahja Jakoeb dan M. Said, oleh wakil Gubernur ditugaskan untuk meninjau perkembangan kemerdekaan di Pulau Jawa. Setelah peninjauan selama 3 bulam, mereka kembali ke Medan dan mendapatkan berita bahwa pihak sekutu telah menghentikan penerbitan”Pewarta Deli”. Selanjutnya pada bulan Juli 1946, M. Said membuka perwakilan “Antara” di pusat pasar Medan. Pada tahun 1947, tepatnya 11 Januari ketika kota Medan dikuasai oleh NICA, merupakan awal terbitnya Harian “Waspada” dengan H. Mohammad Said sebagai pemimpinnya. Adapun tujuan pendirian ini adalah untuk mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945 dan mendukung secara terang-terangan konsekuensi Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Dijadikannya “Waspada” sebagai nama surat kabar ini karena M. Said merasa perlu ditekankan pada diri setiap individu rakyat yang selalu bersikap waspada. Menurut M. Said kekurangan “Kewaspadaan” akan membuat rakyat semakin menderita di bawah kaum penjajah. Dalam melancarkan perjuangannya, Harian Waspada beberapa kali mengalami pengalaman pahit akibat teror Belanda, diantaranya 5 kali mengalami perusakan hebat. Namun pengalaman pahit itu dihadapi dengan semangat juang yang tinggi. Renny Triana : Peramalan Nilai Penjualan Surat Kabar Harian Waspada Di Kota Medan Untuk Tahun 2008 – 2009, 2008. USU Repository © 2009 Perkembangan selanjutnya pada tahun 1961, perusahaan Harian Waspada memindahkan lokasinya dari Jalan Pusat Pasar no. 126, ke Jalan Brigjen Katamso No.1 Medan. Hal ini karena lokasi yang lama dirasa sudah tidak memungkinkan lagi untuk berkembang. Kemudian usaha-usaha ditingkatkan lagi dengan cara menambah peralatan seperti : radio, photo, setting, pencetak koran, armada angkutan yang secara tidak langsung menambah tenaga kerjanya.

3.2 Struktur Organisasi