Kesenjangan Ekonomi Faktor-faktor pemicu Suriah Spring 2011

78 sebelumnya mampu menyerap banyak tenaga kerja muda dibongkar dibawah pemerintahan Bashar al-Asad, sehingga memperbanyak pengangguran pada usia kerja. Perekonomian diubah menjadi perekonomian rente yang dikontrol dan dikuasai oleh orang-orang yang memiliki hubungan dengan rezim yang berkuasa. Perubahan iklim yang ekstrem sepuluh tahun belakangan ini membuat Suriah dan negara Timur Tengah semakin kering. 92 Hal tersebut berpengaruh kepada sektor pertanian yang menghasilkan 20 persen GDP Suriah. Karena semakin buruknya kondisi perekonomian, muncul sikap ketidakpuasan terhadap rezim yang berkuasa mulai dari kelompok ekonomi terpinggirkan.

c. Damaskus Spring 2001

Di awal pemerintahan Bashar al-Asad, para intelektual Suriah maupun pengamat luar negeri berasumsi bahwa pemerintahan yang dipimpinnya akan berubah menjadi lebih demokratis ketimbang masa pemerintahan ayahnya, Hafiz al-Asad. Asumsi tersebut didukung dengan pertimbangan bahwa Bashar al-Asad tidak memiliki latar belakang militer dan tumbuh di negara yang demokratis. Ia juga tidak dipersiapkan untuk menjadi presiden dan sedang menempuh pendidikan spesialis dokter mata. 92 Banyak wilayah di Suriah yang mengalami kekeringan akibat penurunan curah hujan. Banyak desa, kampong-kampung, dan ladang-ladang ditinggalkan, mengungsi ke wilayah-wilayah kumuh di kota-kota besar. Tahun 2009, International Institute for Sustainable Development mencatat akibat penurunan curah hujan dan langkanya cadangan air menyebabkan sekitar 160 desa di Suriah bagian utara pada periode 2007 – 2008, ditinggalkan penduduknya. Kekeringan juga mengakibatkan banyak ternak yang mati. Sumber Trias Kuncahyono hal 91-92. 79 Kampanye-kampanye anti korupsi pada awal Bashar masuk ke pemerintahan di saat ayahnya masih menjabat sebagai presiden juga mengindikasikan bahwa ia berbeda dengan ayahnya, sehingga saat ia berjanji menawarkan perubahan kepada rakyat Suriah, para pemuda dan kaum intelektual pun setuju untuk mendukungnya. Janji yang Bashar al-Asad berikan tentang kebebasan ditagih saat ia menjabat sebagai presiden. Bashar pun membuktikan dengan tidak mentolerir segala bentuk korupsi yang ada di pemerintahannya. Keterbukaan politik yang dijanjikan oleh Bashar al-Asad ditagih para intelektual Suriah. Intelektual Suriah yang tergabung dalam “Kelompok 99” dan “Friends of Civil Society” melayangkan surat terbuka untuk meminta kepada presiden segera menghentikan keadaan darurat dan darurat militer yang berlaku sejak tahun 1963, membebaskan para tahanan politik dan mengizinkan orang- orang Suriah yang diasingkan untuk dapat kembali, serta mengabulkan kebebasan politik termasuk kebebasan berekspresi dan kebebasan pers. 93 Perkembangan selanjutnya terjadi forum-forum diskusi yang luas di berbagai tempat yang membahas tentang masyarakat sipil, pluralisme, dan hak-hak asasi manusia. Permintaan selanjutnya datang dari kelompok Ikhwanul Muslimin. Kelempok tersebut menyatakan keinginan serupa dengan kelompok sebelumnya dan menambahkan bahwa kepemimpinan Bashar tidaklah sah dan meminta untuk agar kepemimpinan dapat dipilih secara terbuka. Kemudian, ada penambahan 93 “99 group petition,” artikel diakses pada 5 Juli 2015 dari http:www.meforum.orgmeibarticles0010_sdoc0927.html 80 bahwa pergerakan tersebut harus mendapatkan status resmi di dalam negeri, karena sebelumnya menjadi anggota dari Ikhwanul Muslimin adalah terlarang dan dapat dijatuhi hukuman mati. Dari petisi-petisi tersebut, Suriah mengalami perubahan yang signifikan. Namun, setelah rezim Bashar al-Asad mengabulkan berbagai tuntutan tersebut, kalangan intelektual dan oposisi menginginkan lebih hingga penghapusan menyeluruh atas darurat militer. 94 Setelah enam bulan semenjak pidato pengukuhannya sebagai presiden, dan segala perubahan yang ia setujui, Bashar al-Asad berubah pikiran dan Suriah kembali ke masa sebelum Bashar menjabat sebagai presiden. Forum-forum diskusi dibatasi dan harus mengikutsertakan petugas keamanan. Siapapun yang ingin menyelenggarakan pertemuan-pertemuan harus mengurus izin seminggu sebelumnya, dan menyertakan informasi tentan topic pembicaraan, pembicara, tamu undangan, dan materi pembicara. Kebebasan yang diberikan kepada rakyat Suriah pada saat itu dinilai sebagai kebebasan yang berlebihan sehingga dapat mengganggu stabilitas rezim dan negara. Pembungkam kelompok intelektual diperlukan agar keinginan mereka akan adanya perubahan dalam segi politik dan reformasi rezim terhenti. Berubahnya Damasus Spring menjadi Damaskus Winter tidak serta meredupkan pikiran-pikiran para pemuda dan kelompok intelektual yang pernah merasakan kebebasan sesaat yang diberikan rezim Bashar al-Asad. Kelompok oposisi lahir dan berkembang dari masa itu di luar Suriah dan menunggu 94 Ghadbian, “The New Asad Dynamics of Continuity and Change in Syria” hal. 637 81 momentum untuk kembali merasakan kebebasan tersebut. Mereka kembali menjadi aktivis pro demokrasi saat Arab Spring melanda sejumlah negara Timur Tengah dan Afrika Utara dan berusaha mengubah tatanan politik yang ada di negara tersebut.

d. Konflik Sunni – Alawie di Suriah

Setelah perang dunia pertama, aliansi kelompok yang menang dalam perang tersebut, Inggris dan Perancis, membagi provinsi Arab yang pada saat itu dikuasai oleh Kerajaan Ottoman menjadi beberapa bagian. Di bagian selatan tepatnya di Palestina, menjadi milik Inggris. Sedangkan di utara tepatnya di Suriah dan Lebanon menjadi miliki Perancis. Suriah dibagi lagi menjadi enam bagian yaitu; Aleppo, Hama, Horns, Damaskus, Jabal al-Druze, dan Latakia. Begitupun dengan Lebanon yang juga dibagi menjadi 4 bagian yaitu; Tripoli, Beirut, Sidon, dan Tyre. 95 Selama kependudukan Perancis di Suriah dari tahun 1920 hingga 1946, sekte- sekte keagamaan bebas berkembang sehingga menimbulkan tekanan bagi Nasionalisme Arab dan menahan gerakan kemerdekaan di negara tersebut. Separatisme, partikularisme keagaamaan, dan primordialisme mendukung pengabulan otonomi daerah dimana kelompok minoritas menjadi mayoritas di wilayah tersebut. Kelompok muslim Sunni yang mengembangkan paham Nasionalisme Arab 95 Ayse Tekdal Fildis, “Roots of Alawie-Sunni Rivalry in Syria,” Proquest Journal diakses pada 3 Mei 2015, hal. 1.