Kebijakan Politik Pemerintahan Bashar al-Asad

59 Kelompok tersebut menyatakan bahwa kepemimpinan Bashar tidaklah sah dan meminta untuk agar kepemimpinan dapat dipilih secara terbuka. Permintaan selanjutnya dari kelompok Ikhwanul Muslimin sama dengan permintaan “Friends of Civil Society”, namun ada penambahan bahwa pergerakan tersebut harus mendapatkan status resmi di dalam negeri, karena sebelumnya menjadi anggota dari Ikhwanul Muslimin adalah terlarang dan dapat dijatuhi hukuman mati. Dari petisi-petisi tersebut, Suriah mengalami perubahan yang signifikan. Pada 16 November 2000, pemerintah Suriah membebaskan 600 tahanan politik, anggota partai Ba‟ath Irak, dan anggota komunis. Selanjutnya, pemerintah Suriah juga mensahkan pendirian surat kabar swasta, al-Dumari. Minat baca rakyat Suriah meningkat hingga dicetak 75.000 eksemplar pada edisi pertama surat kabar tersebut. Pemerintah juga melakukan hal yang sama dengan sayap dari partai komunis Suriah yang telah setia kepada rezim Ba‟ath untuk menerbitkan surat kabar “Suara Rakyat”. Hal tersebut merupakan kabar gembira bagi sebagian besar rakyat Suriah. Namun, kalangan intelektual dan oposisi menginginkan lebih hingga penghapusan menyeluruh atas darurat militer. Setelah enam bulan semenjak pelantikannya sebagai presiden, dan segala perubahan yang ia setujui, Bashar al-Asad berubah pikiran. Masa sebelum Bashar menjabat kembali berlangsung. Forum-forum diskusi dibatasi dan harus mengikutsertakan petugas keamanan. Siapapun yang 60 ingin menyelenggarakan pertemuan-pertemuan harus mengurus izin seminggu sebelumnya, dan menyertakan informasi tentan topic pembicaraan, pembicara, tamu undangan, dan materi pembicara. Ada dua alasan untuk mengungkung aktifitas kelompok intelektual. Pertama, keputusan para petinggi rezim dan penjaga keamanan yang merasa bahwa kritik yang begitu tajam dan lantang terhadap pemerintah jika tidak ditekan dapat meningkat dan dapat mengancam stabilitas negara. Kedua, untuk membungkam kelompok intelektual tersebut sehingga keinginan mereka akan adanya perubahan dalam segi politik dan reformasi rezim terhenti. Pasca pencabutan segala permohonan yang dilayangkan dalam petisi maupun surat terbuka oleh rakyat, kepemimpinan Bashar al-Asad berubah dari image pembawa perubahan menjadi sama dengan kepemimpinan mendiang Hafiz al-Asad, diktatoris. Gerakan tersebut belakangan dikenal dengan “Damaskus Spring” kurang mendapat antusiasme dari mayoritas rakyat Suriah. Misi gerakan tersebut tidak menyentuh kebutuhan pokok masyarakat Suriah yang sedang menghadapi masalah ekonomi. Gerakan tersebut juga hadir bersamaan dengan pecahnya Intifada kedua di Palestina. Para intelektual penggagas petisi dan surat terbuka mengusung gagasan-gagasan Barat, suatu hal yang bertentangan dengan semangat anti-Israel dan Barat terebut. 61 Damaskus spring dengan umur yang pendek, namun mampu menginspirasi lahirnya partai-partai oposisi di pengasingan di luar Suriah. Salah satunya adalah Partai Pembaharuan Suriah atau Hizb al-Islah al- Suri, yang didirikan oleh seorang pengusaha Amerika-Suriah, Farid Nahid al-Ghadiri.

4. Suriah Spring

Akhir tahun 2010 hingga awal tahun 2011, disaat negara-negara Arab lain dipenuhi dengan pemberontakan, aksi-aksi demo, dan upaya penggulingan rezim berkuasa di negara-negara tersebut, Suriah merupakan negeri yang lebih stabil dibandingkan yang lainnya. Banyak kalangan yang berpendapat bahwa rezim Asad dan Suriah tidak akan tersapu angin gelombang revolusi Arab Spring. Rezim Asad membangun pemerintahan dengan menempatkan tentara baik sebagai simbol kekuasaan maupun sebagai suatu alat untuk mengontrol negara. 73 Dalam beberapa kesempatan, tentara digunakan untuk menekan atau menghadapi rakyat dengan kekerasan demi mempertahankan stabilitas politik. Rezim ini pun dibangun diatas empat pilar: pertama, kekuasaan di tangan klan al-Asad. Kedua, rezim ini mempersatukan kaum minoritas Alawi. Ketiga, mengontrol seluruh aparatur militer intelijen. Keempat, monopoli partai Ba‟ath atas sistem politik. Faktor lain yang dianggap sebagai sistem kekebalan bagi Suriah dari gelombang Arab Spring adalah sikap pemimpinnya yang anti Barat dan 73 Kuncahyono, Musim Semi di Suriah : Anak-anak Sekolah Penyulut Revolusi, hal. 44. 62 dukungannya terhadap Palestina. Posisi tersebut dianggap menguntungkan rezim yang berkuasa dan mengukuhkan keyakinan rakyatnya. Posisi strategis kaum Alawie di Suriah turut menjaga keberlangsungan pemerintahan rezim Asad. Dari 200.000 tentara militer di Suriah, 70 persen merupakan Alawie. Sekitar 80 persen perwira militer Suriah pun Alawie. Dan divisi paling elit di militer Suriah, Garda Republik, dipimpin oleh adik laki- laki Bashar, Maher al-Asad. 74 Penempatan orang-orang kepercayaan rezim al- Asad juga diperhitungkan dalam menjaga stabilitas rezim. Untuk menghindari pembelotan oleh angkatan udara yang sebagia pilotnya adalah Sunni, orang- orang Alawie ditempatkan di bagian logistik, komunikasi, perawatan pesawat, serta intelijen angkatan udara. Peristiwa Arab Spring serta kejatuhan para pemimpin negara Timur Tengah berhembus kencang hingga sampai ke rakyat Suriah. Semangat yang ditularkan para aktivis dan demonstran di Tunisia dan Mesir melalui video yang diunggah ke Youtube dan berbagai seruan perlawanan terhadap rezim di media sosial belum mampu menembus kekebalan yang dimiliki rezim al-Asad karena pihak keamanan menekan para aktivis tersebut agar tidak melakukan demonstrasi jika tidak ingin kejadian di Hama pada tahun 1982 terulang. 75 Namun, peristiwa penyiksaan terhadap anak-anak sekolah oleh aparat keamanan di kota Deraa, kota kecil di Suriah yang berbatasan dengan Yordania dan 100 kilometer sebelah selatan Damaskus, mengubah stabilitas 74 Kuncahyono, Musim Semi di Suriah : Anak-anak Sekolah Penyulut Revolusi, hal. 85. 75 Kuncahyono, Musim Semi di Suriah : Anak-anak Sekolah Penyulut Revolusi, hal. 95. 63 kondisi negara tersebut. Pada 6 Maret 2011 muncul sebuah perlawanan di kota Deraa yang dilakukan oleh para orang tua yang anak-anaknya ditahan oleh polisi setempat karena membuat grafiti di dinding sebuah bangunan dengan tulisan As-Shaab Yoreed Eskaat el Nizam Rakyat ingin menumbangkan razim. 76 Lima belas orang anak sekolah yang dianggap melakukan pembuatan grafiti tersebut ditahan oleh kepolisian setempat. Anak-anak yang ditahan tersebut disiksa saat berada di dalam penjara. Hal tersebut membuat keluarga dan warga marah sehingga menyulut semangat demonstrasi anti rezim yang awalnya hanya ditujukan kepada Gubernur setempat. Perilaku membuat grafiti di dinding tersebut oleh anak-anak sekolah usia sekitar 10-15 tahun merupakan perbuatan yang mereka tiru dari televisi yang menyiarkan tentang perilaku serupa yang dilakukan oleh para demonstran di Tahrir Square, Mesir. Namun, aparat keamanan mukhabarat setempat menganggap hal ini merupakan pembangkangan terhadap rezim, sehingga mereka merasa perlu menindak tegas aksi tersebut. 77 Mereka menganggap, bahwa anak-anak tersebut adalah perpanjangan tangan para demostran dan termasuk ke dalam tindakan subversif 78 . Tindakan kekerasan yang dilakukan aparat keamanan tersebut, mengakibatkan warga masyarakat beserta keluarga melakukan aksi protes 76 Kuncahyono, Musim Semi di Suriah : Anak-anak Sekolah Penyulut Revolusi, hal. 114 77 Kuncahyono, Musim Semi di Suriah : Anak-anak Penyulut Revolusi, 2012, hal. 115. 78 Subversif merujuk kepada salah satu upaya pemberontakan dalam merobohkan struktur kekuasaan termasuk negara. Dalam bahasa Latin berarti, asal, awalnya tersebut berlaku untuk beragam aktivitas sebagai kemenangan secara militer dalam perebutan kekuasaan negara. Diakses melalui http:id.wikipedia.orgwikiSubversif 64 yang ditujukan kepada Gubernur kota Deraa, Faisal Khaltoum. Tanggal 15 Maret 2011 selain di kota Deraa, demonstrasi juga terjadi di kota pantai Banias. Pemicu protesnya adalah pelarangan kepada para guru perempuan untuk menggunakan jilbab model Suriah atau niqab oleh rezim yang berkuasa daerah tersebut. Protes yang dilancarkan oleh para demostran malah disambut dengan pemukulan dan pembubaran paksa. Aparat keamanan kemudian melanjutkan aksinya dengan menyemprotkan gas air mata, air, dan tembakan ke arah para demonstran hingga menelan korban. Aksi di atas membuat para demonstran semakin marah dan akhirnya merambah ke kota-kota lainnya seperti Dayar al-Zor, al-Hasaka, dan Hama. Tuntutan yang diajukan para demonstran pun akhirnya beragam, yang pada awalnya hanya sebatas pembebasan kepada anak-anak yang ditahan hingga menjadi penurunan rezim yang berkuasa. a. Day of Rage Kemudian, pada hari Jumat, 18 Maret 2011, terjadi demonstrasi di seluruh Suriah dan aksi tersebut diunggah ke media sosial hingga menyebar di seluruh dunia. Melihat begitu banyaknya demonstrasi di wilayah Suriah, pemerintah pusat tidak bisa tinggal diam. Menyebarnya video perlawanan terhadap pemerintah ke seluruh dunia dengan bantuan internet membuat pemerintah pusat mengambil sikap pemadaman aliran listrik dan layanan telepon. Pemerintah, melancarkan serangan kepada para demonstran secara masif. Gerakan para demonstran kemudian dijadikan kesempatan bagi para