Sistematika Penulisan Konflik Suriah pada saat Arab spring 2010
13 sebab kolektif, seperti faktor-faktor rasial, perbedaan dalam kelas-kelas sosial
dan faktor sosiokultural. 1.
Tingkat Individual Ada dua jenis sebab individual di dalam pergolakan politik. Pertama
adalah, perbedaan bakat alami di kalangan manusia. Ada manusia yang lebih berbakat daripada yang lain dalam konteks untuk menjamin kekuasaannya. Di
pihak lain, tergantung pada kecenderungan psikologis, individu-individu tertentu lebih cenderung daripada yang lain kepada dominasi atau kepatuhan:
yang pertama berusaha untuk memerintah yang terakhir, dan yang terakhir lebih atau kurang menerima keadaan taklukannya.
13
1.1 Bakat-bakat Individual
Teori-teori yang menjelaskan tentang pergolakan-pergolakan politik dalam hubungannya dengan perbedaan di dalam bakat-bakat
pribadi berasal dari konsep-konsep biologis Charles Darwin tentang Struggle of life. Menurutnya, setiap individu harus bertempur melawan
yang lain untuk kelangsungan hidup, dan hanya yang paling mampu yang berhasil. Proses seperti ini seleksi alam menjamin
terpeliharanya spesies maupun perbaikannya. Kemudian proses seperti ini menjelma menjadi perjuangan untuk memuaskan kebutuhan
manusia. Di dalam arena politik, hal ini menjadi perjuangan untuk posisi utama dan hal ini berlaku sebagai landasan teori elite dari
13
Duverger ,
Sosiologi Politik, hal.158.
14 persaingan merebut kekuasaan, munculah yang terbaik, yang paling
mampu, dan mereka yang mampu memerintah. Di dalam doktrin-doktrin liberal tentang elite, persaingan seleksi
alam didasarkan pada motif-motif ekonomi dan keinginan-keinginan diri sendiri. Sejak permulaan munculnya manusia hingga saat ini,
kecenderungan untuk saling menguasai antara satu manusia dengan yang lain adalah alasan dari faktor kelangkaan ekonomi.
14
Dengan setiap orang mencoba untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan
pribadinya, maka persaingan permanen muncul sebagai akibat dari konsumen yang terlalu banyak dan barang-barang konsumsi yang
jumlahnya terbatas. Dalam kompetisi ini, mereka yang memegang kekuasaan memperoleh keuntungan yang penting. Dalam sejarahnya,
baik individu, kelompok, maupun kelas sosial yang melaksanakan kekuasaan politik, semakin banyak kekuasaan politik dimiliki
seseorang semakin besar bagian seseorang dalam kekayaan ekonomi; dan juga sebaliknya, semakin besar bagian seseorang dalam kekayaan
ekonomi, maka semakin besar bagiannya dalam kekuasaan politik. Dalam perjuangan politik sebagaimana terdapat persaingan
ekonomi, peserta yang terbaik yang menang, yaitu mereka yang paling bermutu
dalam intelegensinya,
keberaniannya, kekuatannya,
kelicikannya, dan kemampuannya bekerja. Sebagaimana dalam motif politik, kepentingan pribadi juga merupakan motif utama dalam
14
Duverger ,
Sosiologi Politik, hal.161.
15 persaingan ekonomi. Kekuasaan dicari bagi keuntungan dirinya dan
bukan karena dedikasinya bagi pelayanan umum. Persaingan ekonomi menempatkan wiraswasta yang terbaik menjadi kepala produksi
sedang mereka yang kurang berbakat disingkirkan. Maka, dalam pandangan liberal, integrasi politik dihasilkan oleh perjuangan politik
itu sendiri. Selanjutnya, di dalam teori konservatif tentang elite menganggap
perbedaan dalam bakat sebagai faktor utama di dalam pergolakan politik. Kaum konservatif lebih percaya bahwa orang yang lebih
mampu lebih dimotivasi oleh pertimbangan altruistic
15
daripada pertimbangan ekonomi.
16
Orang yang lebih mampu bukanlah orang yang paling kuat, inteligen, licik, atau pun berani, tapi mereka yang
paling baik. Orang yang paling baik memiliki kualitas moral dan keputusan nilai yang lebih dari yang lain.
Teori ini didasarkan kepada pemahaman bahwa manusia secara alami jahat, dimotivasikan oleh naluri dan impuls yang rendah, dan
15
Altruisme atau altruistic adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri. Perilaku ini merupakan kebajikan yang ada dalam banyak
budaya dan
dianggap penting oleh beberapa agama
. Gagasan ini sering digambarkan sebagai aturan emas
etika. Beberapa aliran filsafat, seperti Objektivisme
berpendapat bahwa altruisme adalah suatu keburukan. Altruisme adalah lawan dari sifat egois yang mementingkan diri sendiri. Altruisme
dapat dibedakan dengan perasaan loyalitas dan kewajiban. Altruisme memusatkan perhatian pada motivasi untuk membantu orang lain dan keinginan untuk melakukan kebaikan tanpa
memperhatikan ganjaran, sementara kewajiban memusatkan perhatian pada tuntutan moral dari individu tertentu seperti
Tuhan ,
raja , organisasi khusus seperti
pemerintah , atau konsep abstrak
seperti patriotisme
, dsb. Beberapa orang dapat merasakan altruisme sekaligus kewajiban, sementara yang lainnya tidak. Altruisme murni memberi tanpa memperhatikan ganjaran atau
keuntungan. Sumber : http:id.wikipedia.orgwikiAltruisme
16
Duverger ,
Sosiologi Politik, hal.163.