Analisis dan Pembahasan ANALISIS DAN PEMBAHASAN

101 pelaku usaha melakukan penyesuaian produksi yang berdampak pula pada penurunan impor, walaupun keadaan ini tidak bertahan lama sehingga impor kembali meningkat pada periode berikutnya Bank Indonesia, 2012: 57.

B. Analisis dan Pembahasan

1. Analisis dan Interpretasi Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Vector Autoregressive VAR. Berikut akan disajikan hasil uji dan pembahasannya. a. Uji Stasioneritas Data Derajat Integrasi 1 Uji Stasioneritas Data Langkah pertama yang harus dilakukan dalam estimasi model ekonomi dengan data time series adalah dengan menguji stasioneritas pada data atau disebut juga stationary stochastic process . Uji stasioneritas data ini dapat dilakukan dengan menggunakan Augmented Dickey Fuller ADF pada derajat yang sama level atau different hingga diperoleh suatu data yang stasioner, yaitu data yang variansnya tidak terlalu besar dan mempunyai kecenderungan untuk mendekati nilai rata-ratanya. Shochrul R. Ajija, dkk, 2011: 165. 102 Tabel 4.1 Uji Stasioneritas Data Variabel Probabilitas ADF t-Statistic ADF Critical Value 5 level PDB 0.1188 -3.098546 -3.510740 Ekspor Neto 0.5213 -2.121370 -3.504330 Inflasi 0.1078 -3.146727 -3.508508 PMDN 0.0010 -4.963673 -3.502373 PMA 0.0000 -6.479385 -3.500495 Sumber: Lampiran 2 Berdasarkan Tabel. 4.1, terlihat bahwa variabel PMDN dan PMA telah stasioner pada tingkat level atau I0. Hal ini disebabkan karena nilai probabilitas variabel PMDN dan PMA lebih kecil dari = 5. Hal ini juga dapat dibuktikan dengan melihat pada Critical Value 5 level yang nilainya lebih kecil dibandingkan dengan t-Statistic ADF. Artinya, variabel PMDN dan PMA telah stasioner pada tingkat level atau I0. Sedangkan untuk variabel PDB, Ekspor neto dan inflasi, karena nilai probabilitasnya lebih besar daripada = 5 dan Critical Value 5 level yang nilainya lebih besar dibandingkan dengan t- Statistic ADF, maka variabel PDB, Ekspor Neto dan inflasi belum stasioner pada tingkat level atau I0. Dengan demikian, pengujian dilanjutkan dengan uji derajat integrasi. 2 Uji Derajat Integrasi Setelah dilakukan uji stasioneritas dan hasilnya adalah variabel PDB, Ekspor Neto dan inflasi belum stasioner pada 103 tingkat level atau I0, maka dilakukanlah uji derajat integrasi. Uji derajat integrasi dilakukan dengan melihat probabilitas pada ADF Unit Root Test dan dengan melihat pada tingkat differencekeberapa variabel tersebut stasioner. Tabel 4.2 Uji Derajat Integrasi First Difference Variabel Probabilitas ADF t-Statistic ADF Critical Value 5 level PDB 0.0023 -4.693650 -3.508508 Ekspor Neto 0.0000 -15.54215 -3.502373 Inflasi 0.0005 -5.200760 -3.508508 Sumber: Lampiran 3 Berdasarkan Tabel. 4.2 Uji Derajat Integrasi First Difference , terlihat bahwa variabel PDB, Ekspor Netodan inflasi telah stasioner di tingkat derajat pertama first difference atau I1. Hal ini disebabkan karena nilai probabilitas variabel PDB, Ekspor Neto dan inflasilebih kecil daripada = 5. Hal ini juga dapat dibuktikan lagi dengan melihat Critical Value 5 level yang nilainya lebih kecil dibandingkan dengan t-Statistic ADF. Artinya, variabel PDB, ekspor neto dan inflasi telah stasioner di tingkat derajat pertama first difference pada = 5. b. Penentuan Lag Length Dalam penentuan lag optimal, dipilih kriteria yang mempunyai final prediction error correction FPE atau jumlah dari AIC, SIC dan HQ yang paling kecil di antara berbagai lag yang diajukan Shochrul 104 R. Ajija, dkk, 2011: 166. Atau bisa juga dengan menggunakan lag optimal yang direkomendasikan EViews, yaitu dengan melihat di lag keberapa yang terdominasi oleh tanda bintang. Shochrul R. Ajija, dkk, 2011: 175 Tabel 4.3 Uji Penentuan Lag Length VAR Lag Order Selection Criteria Endogenous variables: LN_PDB LN_PMA LN_PMDN INF LN_NETEKS Exogenous variables: C Date: 060613 Time: 18:44 Sample: 1 52 Included observations: 48 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ -292.0636 NA 0.163375 12.37765 12.57257 12.45131 1 -161.7066 228.1248 0.002040 7.987775 9.157275 8.429731 2 -128.0633 51.86675 0.001473 7.627637 9.771722 8.437890 3 -96.90544 41.54381 0.001248 7.371060 10.48973 8.549609 4 -28.01999 77.49613 0.000241 5.542499 9.635752 7.089345 indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic each test at 5 level FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion Sumber: Lampiran 4 Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa lag optimal yang direkomendasikan adalah lag 4. Sesuai juga dengan rumus: ; dengan ―n‖ adalah jumlah observasi. Maka dengan jumlah observasi 52, didapat lag dengan angka 3.7325 dibulatkan menjadi 4. 105 c. Uji Kausalitas Granger Metode yang digunakan untuk menganalisa hubungan kausalitas antar variabel yang diamati adalah dengan Uji Kausalitas Granger. Dalam penelitian ini, uji kausalitas Granger digunakan untuk melihat arah hubungan di antara variabel-variabel. Shochrul R. Ajija, dkk, 2011: 167. Tabel. 4.4 Uji Kausalitas Granger Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor Neto Pairwise Granger Causality Tests Date: 040313 Time: 01:29 Sample: 1 52 Lags: 4 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. LN_NETEKS does not Granger Cause LN_PDB 48 3.64764 0.0128 LN_PDB does not Granger Cause LN_NETEKS 2.86387 0.0358 Tabel. 4.5 Uji Kausalitas Granger Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Pairwise Granger Causality Tests Date: 060613 Time: 19:40 Sample: 1 52 Lags: 4 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability INF does not Granger Cause LN_PDB 48 0.18859 0.94294 LN_PDB does not Granger Cause INF 1.40744 0.24953 106 Tabel. 4.6 Uji Kausalitas Granger Antara Pertumbuhan Ekonomi dan PMA Pairwise Granger Causality Tests Date: 042513 Time: 00:28 Sample: 1 52 Lags: 4 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability LN_PMA does not Granger Cause LN_PDB 48 0.53403 0.71148 LN_PDB does not Granger Cause LN_PMA 3.57972 0.01401 Tabel. 4.7 Uji Kausalitas Granger Antara Pertumbuhan Ekonomi dan PMDN Pairwise Granger Causality Tests Date: 042513 Time: 00:28 Sample: 1 52 Lags: 4 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability LN_PMDN does not Granger Cause LN_PDB 48 1.44859 0.23645 LN_PDB does not Granger Cause LN_PMDN 3.83322 0.01012 Sumber: Lampiran 5 Berdasarkan Tabel. 4.4 Uji Kausalitas Granger Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor Neto tersebut, terdapat hubungan kausalitas dua arah antara pertumbuhan ekonomi dengan variabel Ekspor Neto. Hal ini disebabkan karena nilai probabilitas dari variabel PDB terhadap Ekspor Neto lebih kecil dibandingkan dengan nilai = 5, begitu juga antara Ekspor Neto dengan PDB. Hal ini dapat terlihat 107 pada perekonomian bahwa dengan tingginya pertumbuhan ekonomi, Pemerintah akan mengalokasikan pendapatan Negara untuk peningkatan produksi, peningkatan produksi akan meningkatkan ekspor dan peningkatan ekspor akan meningkatkan ekspor neto. Berdasarkan Tabel. 4.5 Uji Kausalitas Granger Antara pertumbuhan ekonomi dan Inflasi tersebut, tidak terdapat hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dengan variabel Inflasi, begitu pula sebaliknya antara variabel Inflasi dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena nilai probabilitas dari variabel Inflasi terhadap PDB lebih besar dibandingkan dengan nilai = 5. Hal ini dapat terlihat pada perekonomian bahwa walaupun terjadi inflasi, asalkan inflasi itu tidak tinggi maka pertumbuhan ekonomi tidak akan atau minim kemungkinan akan menurun drastis. Karena tingkat inflasi tetap dibutuhkan dalam perekonomian selama nilainya tidak tinggi. Berdasarkan Tabel. 4.6 Uji Kausalitas Granger Antara pertumbuhan ekonomi dan PMA tersebut, terdapat hubungan kausalitas satu arah antara pertumbuhan ekonomi dengan variabel PMA. Hal ini disebabkan karena nilai probabilitas dari variabel PDB terhadap PMA lebih kecil dibandingkan dengan nilai = 5. Hal ini dapat terlihat pada perekonomian bahwa dengan tingginya pertumbuhan ekonomi, maka Pemerintah dapat mengalokasikan pendapatan Negara untuk peningkatan fasilitas yang dibutuhkan bagi 108 para investor asing sehingga mereka akan lebih nyaman dalam menanamkan modal mereka di Indonesia. Sedangkan tidak terdapat sebuah hubungan kausalitas antara variabel PMA dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena nilai probabilitas dari variabel PMA terhadap PDB lebih besar dibandingkan dengan nilai = 5. Berdasarkan Tabel. 4.7 Uji Kausalitas Granger Antara pertumbuhan ekonomi dan PMDN tersebut, terdapat hubungan kausalitas satu arah antara pertumbuhan ekonomi dengan variabel PMDN. Hal ini disebabkan karena nilai probabilitas dari variabel PDB terhadap PMDN lebih kecil dibandingkan dengan nilai = 5. Hal ini dapat terlihat pada perekonomian bahwa dengan tingginya pertumbuhan ekonomi, maka Pemerintah dapat mengalokasikan pendapatan Negara untuk peningkatan fasilitas yang dibutuhkan bagi para investor dalam negeri sehingga mereka akan lebih nyaman dalam menanamkan modal mereka dan dapat meningkatkan produksi dan jasa dengan lebih maksimal. Sedangkan tidak terdapat sebuah hubungan kausalitas antara variabel PMDN dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena nilai probabilitas dari variabel PMDN terhadap PDB lebih besar dibandingkan dengan nilai = 5. 109 d. Estimasi VAR Dalam estimasi VAR, untuk melihat apakah variabel Y mempengaruhi X dan demikian pula sebaliknya, kita dapat mengetahuinya dengan cara membandingkan nilai t-statistichasil estimasi dengan t-table. Jika nilai t-statisticlebih besar daripada nilai t- table nya, maka dapat dikatakan bahwa variabel Y memengaruhi X Shochrul R. Ajija, dkk, 2011: 168. Karena berdasarkan hasil uji kausalitas Granger tidak terdapat hubungan baik antara inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi maupun pertumbuhan ekonomi terhadap inflasi, maka variabel inflasi tidak digunakan lagi untuk uji berikutnya. Tabel. 4.8 Estimasi VAR DLN_PDB pada lag ke-n t-statistics Ekspor Neto PMA PMDN DLN_PDB -1 0.79742 0.40666 1.66917 DLN_PDB -2 1.86142 1.25281 0.32694 DLN_PDB -3 -2.02376 -3.68331 -1.71896 DLN_PDB -4 -0.64249 2.07240 0.30792 Sumber: Lampiran 6 Dengan persamaan estimasinya adalah sebagai berikut: DLN_PDB = 0.02824DLN_PDB-1 - 0.10196DLN_PDB-2 + 0.05597DLN_PDB-3 + 1.02798DLN_PDB-4 + 0.00211DLN_PMA-1 - 0.00296DLN_PMA-2 - 0.00773DLN_PMA-3 - 0.00169DLN_PMA-4 + 110 0.00635DLN_PMDN-1 + 0.00329DLN_PMDN-2 + 0.00599DLN_PMDN-3 + 0.00372DLN_PMDN-4 + 0.00096DLN_NETEKS-1 - 0.00729DLN_NETEKS-2 + 0.00236DLN_NETEKS-3 + 0.01327DLN_NETEKS-4 - 0.22679 Berdasarkan tabel 4.8 Estimasi VAR, terlihat bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi adalah variabel Ekspor Neto, PMA dan PMDN karena nilai t-Satistic untuk variabel Ekspor Neto, PMA dan PMDN lebih besar dibandingkan dengan nilai t-Tablenya, yaitu sebesar 1.671. e. IRF Impulse Response Function IRF menggambarkan ekspektasi k-periode ke depan dari kesalahan prediksi suatu variabel akibat inovasi dari variabel yang lain. Dengan demikian, lamanya pengaruh dari shock suatu variabel terhadap variabel lain sampai pengaruhnya hilang atau kembali ke titik keseimbangan dapat dilihat atau diketahui. Shochrul R. Ajija, dkk, 2011: 168. Jika gambar impulse response menunjukkan pergerakan yang semakin mendekati titik keseimbangan convergence atau kembali ke keseimbangan sebelumnya, ini berarti respon suatu variabel akibat suatu guncangan shock makin lama akan menghilang 111 sehingga kejutan tersebut tidak meninggalkan pengaruh permanen terhadap variabel tersebut. Gambar 4.6 Impulse Response Function Sumber: Lampiran 7 Gambar. 4.6menunjukkan Impulse Response dari variabel PMA, PMDN dan Ekspor Neto terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada Response of DLN_PDB to DLN_PMA terlihat bahwa shock pada PMA memberikan respon positif dan tidak permanen terhadap pertumbuhan ekonomi, walaupun pada periode ke-6 hingga ke-9 -.1 .0 .1 .2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Response of DLN_PDB to DLN_PDB -.1 .0 .1 .2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Response of DLN_PDB to DLN_PMA -.1 .0 .1 .2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Response of DLN_PDB to DLN_PMDN -.1 .0 .1 .2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Response of DLN_PDB to DLN_NETEKS Response to Cholesky One S.D. Innovations 112 respon yang diberikan cenderung berfluktuatif. Pada Response of DLN_PDB to DLN_PMDN, adanya shock pada PMDN memberikan respon negatif dan tidak permanen terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode ke-10, walaupun pada periode sebelumnya respon yang diberikan cenderung stabil dan positif. Pada Response of DLN_PDB to DLN_NETEKS menunjukkan adanya shock pada ekspor neto memberikan respon positif dan permanen terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode ke-10, walaupun pada periode ke-3 hingga ke-9 respon yang diberikan cenderung berfluktuatif.Secara ringkas penjelasan IRF dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.9 Impulse Response Function Terhadap DLN_PDB Periode DLN_PMA DLN_PMDN DLN_NETEKS Ke-3 Direspon negatif Direspon positif Direspon negatif Ke-5 Direspon negatif Stabil Direspon negatif Ke-8 Direspon positif Stabil Direspon positif Ke-9 Titik terendah Direspon positif Titik terendah Ke-10 Titik tertinggi Titik terendah Titik tertinggi f. Variance Decomposition Variance decomposition atau disebut juga forecast error variance decomposition merupakan perangkat pada model VAR yang akan memisahkan variasi dari sejumlah variabel yang diestimasi menjadi komponen-komponen shock atau menjadi variabel innovation, dengan asumsi bahwa variabel-variabel innovation tidak saling 113 berkorelasi. Kemudian, variance decomposition akan memberikan informasi mengenai proporsi dari pergerakan pengaruh shock pada sebuah variabel terhadap shock variabel lainnya pada periode saat ini dan periode yang akan datang. Shochrul R. Ajija, dkk, 2011: 168. Tabel. 4.10 Variance Decomposition Variance Decomposition of DLN_PDB: Period S.E. DLN_PDB DLN_PMA DLN_PMDN DLN_NETEKS 1 0.008981 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 2 0.009894 82.40337 3.160770 12.60918 1.826683 3 0.014615 38.51606 4.231042 14.65974 42.59316 4 0.017803 26.77478 4.212814 11.75396 57.25844 5 0.021309 30.77934 5.482829 9.052487 54.68534 6 0.040896 11.22431 3.764610 2.467009 82.54407 7 0.057181 6.371705 6.027518 2.153519 85.44726 8 0.094972 4.336091 4.107009 0.790519 90.76638 9 0.141942 2.231317 5.306756 0.682339 91.77959 10 0.234062 2.694222 4.520500 0.374810 92.41047 Sumber: Lampiran 8 Berdasarkan Tabel. 4.10Variance Decomposition, tabel ini menjelaskan tentang variance decomposition dari variabel DLN_PDB, serta variabel apa saja dan seberapa besar variabel tersebut mempengaruhi variabel DLN_PDB. Pada periode kedua, variabel DLN_PDB dipengaruhi oleh variabel DLN_PMA sebesar 3.16,DLN_PMDN12.6 dan DLN_NETEKS 1.83. Pada periode selanjutnya pengaruh varaiabel independen terhadap DLN_PDB mengalami fluktuasi. Pada periode ke-10, 114 variabelDLN_PDBdipengaruhi oleh variabelDLN_PMA sebesar 4.52, DLN_PMDN0.37 dan DLN_NETEKS 92.4. Variabel DLN_NETEKS atau ekspor neto adalah yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel DLN_PDB atau PDB, kemudian disusul variabel DLN_PMA dan DLN_PMDN. Hasil uji estimasi VAR menunjukkan bahwa ekspor neto, PMA dan PMDN berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama periode 2000-2012. Hasil ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi Ernita, Syamsul Amar dan Efrizal Syofyan 2013, yang menyatakan bahwa kenaikan investasi baik PMA maupun PMDN akan memicu kenaikan pertumbuhan ekonomi karena kenaikan investasi mengindikasikan telah terjadinya kenaikan penanaman modal atau pembentukan modal. Kenaikan penanaman modal atau pembentukan modal akan berakibat terhadap peningkatanproduksi barang dan jasa di dalam perekonomian. Peningkatan produksi barang danjasa ini akan menyebabkan peningkatan terhadap pertumbuhan ekonomi.Hal ini sesuai dengan teori Samuelson dan Nourdhous 2004, bahwa investasi merupakan suatu hal penting dalam membangun ekonomi karena dibutuhkan sebagaifaktor penunjang di dalam peningkatan proses produksi. Begitu juga dengan ekspor neto, jika ekspor mengalami peningkatan maka produksi barang dan jasa juga akan mengalami peningkatan karena ekspor neto 115 yang meningkat mengindikasikan permintaan terhadap barang dan jasa di luar negeri lebih besar dari pada permintaan barang luar negeri di dalam negeri. Oleh karena itu, perekonomian akan meningkatkan jumlah produksibarang jasa. Peningkatan produksi barang dan jasa ini akan menyebabkan peningkatan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini sejalan dengan pendapat Mankiw 2006 yang menyatakan bahwa ekspor neto sangat berpengaruh bagi perekonomian di Indonesia. Dimana ekspor neto dapat menjadi pendorong bagipertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hasil uji Variance Decomposition menunjukkan bahwa variabel Ekspor Neto, PMA dan PMDN masing-masing berkontribusi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia periode 2000-2012, dengan ekspor neto sebagai variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi, yaitu sebesar 92.4, kemudian disusul oleh variabel PMA sebesar 4.52 dan PMDN sebesar 0.37. Ekspor neto memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi, juga seperti yang ditunjukkan dari hasil uji IRF, ini sesuai dengan hasil penelitian Ervin Mardalena, 2009 yang menyatakan bahwa ekspor neto berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sesuai dengan teori dan hipotesis yang diajukan yaitu pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh perdagangan internasional yang meliputi kegiatan ekspor-impor atau ekspor neto. Hal ini juga dikarenakan kinerja ekspor di Indonesia yang bisa tetap bertahan di tengah gejolak krisis ekonomi. Kondisi ini didukung oleh struktur 116 ekspor yang semakin terdiversifikasi dengan semakin meningkatnya permintaan dari pasar negara-negara emerging markets terutama Cina dan India. Pertumbuhan permintaan ekspor dari Cina selalu berada di atas kisaran 20 walaupun sempat turun pada tahun 2008 dan 2009 yaitu menjadi 17.3 dan -15.9 tetapi dapat kembali meningkat pada tahun berikutnya menjadi 20.85 pada 2011. Pertumbuhan permintaan ekspor dari India juga berada di atas kisaran 20, menurun pada 2009 menjadi -15.2 dan meningkat pada tahun berikutnya hingga pada kisaran 30, yaitu 35 pada 2011. Pengaruh diversifikasi negara tujuan ekspor semakin kuat dengan masih tingginya pertumbuhan ekonomi di kedua negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi Cina dan India yang masih kuat dilandasi oleh reorientasi perekonomian yang mengarah pada penguatan perekonomian domestik. Sebelum krisis, pertumbuhan kinerja ekspor di Indonesia terutama disebabkan oleh tingginya permintaan dunia, masih kompetitifnya produk ekspor Indonesia dan dukungan kebijakan pemerintah dalam mendorong kegiatan ekspor. Variabel berikutnya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi adalah PMA sebesar 4.52 dan PMDN sebesar 0.37. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ervin Mardalena, 2009 yang menyatakan bahwa investasi, PMA, yang juga sesuai dengan hasil uji IRF PMA terhadap pertumbuhan ekonomi; dan PMDN memiliki pengaruh yang positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, hal ini disebabkan oleh pertumbuhan investasi swasta PMA dan PMDN yang berfluktuatif dan menandakan bahwa masih kurangnya kepercayaan investor, baik dari dalam dan luar negeri, untuk menanamkan 117 modalnya. Meskipun mengalami berbagai kemajuan, kinerja investasi di Indonesia masih relatif terbatas. Menurut laporan perekonomian Indonesia yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia, kondisi iklim investasi yang belum kondusif merupakan penyebab utama dari masih rendahnya rasio investasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Survei Bank Dunia menunjukkan bahwa iklim investasi di Indonesia masih berada di bawah negara-negara ASEAN lainnya dan Cina. Survei tersebut mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menghambat investasi antara lain ketidakpastian peraturan, lemahnya penegakan hukum, sarana dan prasarana untuk kegiatan produksi serta produktivitas tenaga kerja yang relatif belum optimal, ketersediaan infrastruktur yang belum memadai, dan pemanfaatan teknologi yang belum optimal dibandingkan negara pesaing. Hasil uji IRFmenunjukkan bahwa adanya shock pada PMDN memberikan respon negatif terhadap pertumbuhan ekonomi,hal ini sesuai dengan penelitian Tri Handayani, 2011 bahwa PMDN berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Karena walaupun terjadi peningkatan pada PMDN tetapi itu tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, ini dikarenakan oleh masih belum kondusifnya iklim investasi dan infrastruktur di dalam negeri. 118

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN