Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data

70 selanjutnya adalah pengumpulan data yang terkait dengan penelitian ini, yaitu data Ekspor Neto, Inflasi, Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri dan Pertumbuhan Ekonomi —yang dilihat dari data Produk Domestik Bruto — di Indonesia pada periode 2000-2012.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi penelitian ini berupa data dari pertumbuhan ekonomi, PMA, PMDN, Inflasi dan Ekspor Neto sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi, PMA, PMDN Inflasi dan Ekspor Neto di Indonesia selama periode 2000-2012. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah judgement sampling. Judgement sampling adalah salah satu jenis purposive sampling selain quota sampling, di mana peneliti memilih sampel berdasarkan penilaian terhadap beberapa karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan maksud penelitian. Mudrajad Kuncoro, 2009: 139.

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data sekunder, di mana metode pengumpulan data tersebut antara lain didapat melalui: 1. Internet Data yang diperoleh dari internet yang berhubungan dengan tema skripsi. 71 2. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan adalah data yang peneliti peroleh dari jurnal, buku-buku, dan bahan tertulis lainnya yang berhubungan dengan tema skripsi ini. 3. Sumber Data Semua data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia, Badan Koordinasi Penanaman Modaldan BPS. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Pertumbuhan Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi yang digunakan adalah data pertumbuhan Produk Domestik Bruto menurut harga konstan 2000di Indonesia, berdasarkan data yang diperoleh dari publikasi BPS, Statistik Indonesia berbagai edisi. Data ini berupa data sekunder dalam periode 2000 – 2012 time series. b. PMDN dan PMA Data yang digunakan adalah data PMDN dan PMA yang diperoleh dari publikasi BPS, Statistik Indonesia berbagai edisi, Bank Indonesia dan publikasi Badan Koordinasi Penanaman Modal berbagai edisi. Data ini berupa data sekunder dalam periode 2000 – 2012 time series . 72 c. Inflasi Data inflasi yang digunakan adalah data inflasi berdasarkan harga konstan menurut tabel laporan Inflasi pada situs resmi Bank Indonesia. Data ini berupa data sekunder dalam periode 2000 – 2012 time series. d. Ekspor Neto Data yang digunakan adalah olahan dari data Ekspor dan Impor di Indonesia, berdasarkan data yang diperoleh dari publikasi BPS, Statistik Indonesia berbagai edisi. Data ini berupa data sekunder dalam periode 2000 – 2012 time series.

D. Metode Analisis Data

VAR Vector Autoregressive merupakan regresi sederhana dari persamaan: X t = 1 X t-1 + t ...................................................................... 3.1 Di mana X t = vektor dari time series yang stasoner dan t = vektor pada time series yang white noise dengan matrik kovarian . Model ekonometrika yang sering digunakan dalam analisis kebijakan makroekonomi dinamik dan stokastik adalah model VAR. Siregar dan Irawan 2005 menjelaskan bahwa VAR merupakan suatu sistem persamaan yang memperlihatkan setiap variabel sebagai fungsi linear dari konstanta dan nilai 73 lag lampau dari variabel itu sendiri, serta nilai lag dari variabel lain yang ada dalam sistem. Variabel penjelas dalam VAR meliputi nilai lag seluruh variabel tak bebas dalam sistem VAR yang membutuhkan identifikasi retriksi untuk mencapai persamaan melalui interpretasi persamaanShochrul R. Ajija, dkk, 2011: 163. VAR dengan ordo p dan n buah variabel tak bebas pada periode t dapat dimodelkan sebagai berikut: Y t = A +A 1 Y t-1 + A 2 Y t-2 + … + A p Y t-p + t ..........................3.2 Di mana: Y t = Vektor variabel tak bebas Y 1,t , Y 2,t , Y 3,t A = Vektor intersep berukuran n 1 A 1 = Matriks parameter berukuran n 1 i = Vektor residual 1,t , 2,t , 3,t berukuran n 1 Asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis VAR adalah semua variabel dependen bersifat stasioner, semua sisaan bersifat white noise, yaitu memiliki rataan nol, ragam konstan, dan di antara variabel tak bebas tidak ada korelasi. Uji kestasioneran data dapat dilakukan melalui pengujian terhadap ada tidaknya unit root dalam variabel dengan uji Augmented Dickey Fuller ADF, adanya unit root akan menghasilkan persamaan atau model regresi yang lancung. Pendekatan yang dilakukan untuk mengatasi persamaan regresi lancung adalah dengan melakukan diferensiasi atas variabel endogen dan eksogennya, sehingga diperoleh variabel yang stasioner dengan derajat In. 74 Kestasioneran data melalui pendiferensialan belum cukup, kita perlu mempertimbangkan keberadaan hubungan jangka panjang dan jangka pendek dalam model. Pendeteksian keberadaan kointegrasi ini dapat dilakukan dengan metode Johansen atau Engel-Granger. Jika variabel-variabel tidak terkointegrasi, maka dapat diterapkan VAR standar yang hasilnya akan identik dengan OLS, setelah memastikan variabel tersebut sudah stasioner pada derajat ordo yang sama. Jika pengujian membuktikan terdapat vektor kointegrasi, maka dapat diterapkan ECM untuk single equation atau VECM untuk system equation. Ciri-ciri VAR: 1. Bersifat ateori, artinya tidak berlandas teori dalam menentukan model regresi. 2. Memperlakukan semua variabel secara endogen tidak dibedakan independen atau dependen. 3. Perangkat estimasi yang digunakan adalah uji kasualitas Granger, estimasi VAR, fungsi IRF Impulse Response Function dan variance decomposition . 4. Uji kausalitas Granger digunakan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara variabel dan estimasi VAR digunakan untuk melihat apakah variabel X mempengaruhi variabel Y, demikian pula sebaliknya. 5. IRF digunakan untuk melacak respons saat ini dan masa depan setiap variabel akibat shock suatu variabel tertentu. 75 6. Variance Decomposition, memberikan informasi mengenai kontribusi persentase varians setiap variabel terhadap perubahan suatu variabel tertentu. Kelemahan VAR: 1. Model VAR merupakan model yang ateori atau tidak berdasarkan teori, hal ini tidak seperti pada persamaan simultan yang variabel-variabelnya memiliki peranan penting dalam mengidentifikasi model. 2. Pada model VAR, penekanannya terletak pada peramalan sehingga model ini kurang cocok digunakan dalam menganalisis kebijakan. 3. Permasalahan yang besar dalam model VAR adalah pada pemilihan lag length panjang lag yang tepat. Oleh karena semakin panjang lag, jumlah parameter yang akan bermasalah pada derajat bebas degrees of freedom — df akan bertambah. 4. Variabel yang tergabung pada model VAR harus stasioner. Apabila tidak stasioner , perlu dilakukan transformasi bentuk data, misalnya melalui first difference. 5. Sering ditemui kesulitan dalam menginterpretasi setiap koefisien pada estimasi model VAR sehingga sebagian besar peneliti melakukan interpretasi pada estimasi fungsi IRF dan variance decompotition. 76 Langkah-langkah VAR: 1. Uji Stasioneritas Data Derajat Integrasi Langkah pertama yang harus dilakukan dalam estimasi model ekonomi dengan data time series adalah dengan menguji stasioneritas pada data atau disebut juga stationary stochastic process. Uji stasioneritas data ini dapat dilakukan dengan menggunakan Augmented Dickey Fuller ADF pada derajat yang sama level atau different hingga diperoleh suatu data yang stasioner, yaitu data yang variansnya tidak terlalu besar dan mempunyai kecenderungan untuk mendekati nilai rata-ratanya.Shochrul R. Ajija, dkk, 2011: 165. Jika dalam uji stasioneritas ini menunjukkan nilai ADF STATISTIK yang lebih besar daripada Mackinnon critical value, maka dapat diketahui bahwa data tersebut stasioner karena tidak memgandung unit root. Sebaliknya, jika nilai ADF STATISTIK yang lebih kecil daripada Mackinnon critical value , maka dapat disimpulkan data tersebut tidak stasioner pada derajat level. Dengan demikian, differencing data untuk memperoleh data yang stasioner pada derajat yang sama di first differentI1 harus dilakukan, yaitu dengan mengurangi data tersebut dengan data periode sebelumnya.Differencing data ini dalam pengertian ekonominya adalah untuk melihat pertumbuhan suatu variabel dari satu periode dengan periode sebelumnya. 77 2. Penentuan Lag Length Salah satu permasalahan yang terjadi dalam uji stasioneritas adalah penentuan lag optimal. Haris 1995: 65 menjelaskan bahwa jika lag yang digunakan dalam uji stasioneritas terlalu sedikit, maka residual dari regresi tidak akan menampilkan proses white noise sehingga model tidak dapat mengestimasi actual error secara tepat. Namun demikian, jika memasukkan terlalu banyak lag, maka dapat mengurangi kemampuan untuk menolak H karena tambahan parameter yang terlalu banyak akan mengurangi derajat bebasShochrul R. Ajija, dkk, 2011: 166. Selanjutnya untuk mengetahui jumlah lag optimal yang digunakan dalam uji stasioneritas, berikut adalah kriteria yang digunakan: Akaike Information Criterion AIC : .......3.3 Schwarz Information Criterion SIC : .........3.4 Hannan-Quinn Information Criterion HQ : ...3.5 Di mana: 1 = Nilai fungsi log likelihood yang jumlahnya dengan sum of squared residual T = Jumlah observasi k = Parameter yang diestimasi Dalam penentuan lag optimal dengan menggunakan kriteria informasi tersebut, dipilih kriteria yang mempunyai final prediction error 78 correction FPE atau jumlah dari AIC, SIC dan HQ yang paling kecil di antara berbagai lag yang diajukan. 3. Uji Kausalitas Granger Metode yang digunakan untuk menganalisa hubungan kausalitas antar variabel yang diamati adalah dengan Uji Kausalitas Granger. Dalam penelitian ini, uji kausalitas Granger digunakan untuk melihat arah hubungan di antara variabel-variabel. Secara umum, suatu persamaan Granger dapat diinterpretasikan sebagai berikut: a. Unindirectional causality dari variabel dependen ke variabel independen. Hal ini terjadi ketika koefisien lag variabel dependen secara statistik signifikan berbeda dengan nol, sedangkan koefisien lag seluruh variabel independen sama dengan nol. Dalam ilmu ekonomi ketergantungan suatu variabel Y variabel tak bebas atas variabel lain X variabel yang menjelaskan jarang bersifat seketika. Sangat sering, Y bereaksi terhadap X dengan suatu selang waktu. Selang waktu seperti itu disebut suatu lag. Gujarati, 1999: 234. b. Feedbackbilaterall causality jika koefisien lag seluruh variabel, baik variabel dependen maupun independen secara statistik signifikan berbeda dengan nol. 79 c. Independence jika koefisien lag seluruh variabel, baik variabel dependen maupun independen secara statistik tidak berbeda dengan nol. 4. Estimasi VAR Dalam estimasi VAR, model VAR yang digunakan adalah: Selanjutnya, dari hasil estimasi VAR, untuk melihat apakah variabel Y mempengaruhi X dan demikian pula sebaliknya, kita dapat mengetahuinya dengan cara membandingkan nilai t-statistichasil estimasi dengan t-table. Jika nilai t-statisticlebih besar daripada nilai t-tablenya, maka dapat dikatakan bahwa variabel Y memengaruhi X. 5. IRF Impulse Response Function IRF menggambarkan ekspektasi k-periode ke depan dari kesalahan prediksi suatu variabel akibat inovasi dari variabel yang lain. Dengan demikian, lamanya pengaruh dari shockatau guncangan suatu variabel terhadap variabel lain sampai pengaruhnya hilang atau kembali ke titik keseimbangan dapat dilihat atau diketahui. IRF menunjukkan pola dinamis dari suatu variabel yang terkenapengaruh guncangan ekonomi dan melihat 80 seberapa besar pengaruh yang dirasakan oleh variabel tersebut berdampak pada variabel lain. 6. Variance Decomposition Variance decomposition atau disebut juga forecast error variance decomposition merupakan perangkat pada model VAR yang akan memisahkan variasi dari sejumlah variabel yang diestimasi menjadi komponen-komponen shock atau menjadi variabel innovation, dengan asumsi bahwa variabel-variabel innovation tidak saling berkorelasi. Kemudian, variance decomposition akan memberikan informasi mengenai proporsi dari pergerakan pengaruh shock pada sebuah variabel terhadap shock variabel lainnya pada periode saat ini dan periode yang akan datang. Shochrul R. Ajija, dkk, 2011: 168.

E. Operasional Variabel Penelitian