Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dalam UU Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan pembangunan nasional guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, pelaksanaan pembangunan ekonomi diarahkan kepada terwujudnya perekonomian nasional yang berpihak pada ekonomi kerakyatan, merata, mandiri, andal, berkeadilan, dan mampu bersaing di kancah perekonomian internasional.Bank Indonesia, Undang-Undang terkait BI. Dengan demikian agar dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, pertumbuhan ekonomi harus dapat ditingkatkan ke arah yang lebih baik. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi jika jumlah produksi barang dan jasanya meningkat. Dalam dunia nyata, amat sulit untuk mencatat jumlah unit barang dan jasa yang dihasilkan selama periode tertentu, selain karena jenis barang dan jasa yang dihasilkan sangat beragam, juga karena satuan ukurannya berbeda. Karena itu angka yang digunakan untuk menaksir perubahan output adalah nilai moneternya yang tercermin dalam nilai Produk Domestik Bruto PDB. Untuk mengukur pertumbuhan 2 ekonomi, nilai PDB yang digunakan adalah PDB berdasarkan harga konstan. Prathama Rahardja, 2004: 117. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu negara, pertumbuhan ekonomi yang stabil atau cenderung meningkat menandakan keberhasilan pemerintah negara tersebut dalam meningkatkan perekonomian negaranya. MenurutHarrord- Domar, untuk memacu pertumbuhan ekonomi, dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan neto terhadap cadangan atau stok modal Todaro, 2006: 129. Investasi tersebut dapat berupa Penanaman Modal Dalam Negeri PMDNmaupunPenanaman ModalLuar Negeri PMA. Selain dari investasi, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga didukung dari sektor perdagangan luar negeri, yaitu ekspor dan impor. David Ricardo telah menerangkan perlunya perdagangan internasional dalam mengembangkan suatu perekonomian, serta mengenai keuntungan yang dapat diperoleh dari spesialisasi dan perdagangan antar negara Sadono Sukirno, 2008: 360. Bila nilai ekspor lebih besar dari nilai impor maka saldo ekspor neto positif atau posisi neraca perdagangan luar negeri surplus, sehingga Y income naik dan berarti pula PDB naik. Sebaliknya, bila nilai ekspor lebih kecil dari nilai impor maka saldo ekspor neto negatif atau posisi neraca perdagangan luar negeri defisit, sehingga Y income turun dan berarti pula PDB akan turun Hamdy Hady, 2001: 19.Pertumbuhan ekonomi selain dipengaruhi oleh investasi dan ekspor-impor juga dipengaruhi oleh inflasi.Inflasi yang bertambah seriuscenderung untuk 3 mengurangi investasi yang produktif, mengurangi ekspor dan menaikkan impor. Kecenderungan ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomiSadono Sukirno, 2008: 15.Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan Laporan Perekonomian Indonesia dari BPS, perekonomian Indonesia setelah krisis 1998 kembali diwarnai dengan gejolak ekonomi baik yang berasal dari eksternal maupun internal. Setelah mengalami kontraksi hebat pada tahun 1998 akibat krisis, ekonomi Indonesia mulai mengalami pertumbuhan positif pada tahun 2000, meskipun sebenarnya masih jauh dari harapan dalam arti perbaikan recovery ekonomi yang sesungguhnya.Dampak eksternal kembali dirasakan saat terjadi serangan teroris terhadap gedung WTC dan Pentagon di Amerika Serikat pada tahun 2001, hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi di dunia termasuk Indonesia.Pada tahun 2004, kondisi makro ekonomi Indonesia tergolong sangat baik kendati situasi politik sempat menghangat dengan berlangsungnya proses pemilihan umum dan pemilihan presiden, meskipun begitu ekonomi Indonesia mampu tumbuh sebesar 5.13. Terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi pada triwulan terakhir tahun 2005 sebagai dampak pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak BBM 2 kali lipat, tepatnya tanggal 1 Oktober 2005, dampak dari kenaikan harga BBM ini masih dirasakan hingga tahun 2006. 4 Pada tahun 2008, terjadi krisis global yang berpusat di Amerika Serikat. Krisis ini memberikan dampak yang cukup besar dalam perekonomian global khususnya bagi negara-negara yang mempunyai hubungan ekonomi yang sangat erat dengan Amerika Serikat. Dalam hal ini, Indonesia juga merasakan dampaknya meskipun tidak sebesar krisis moneter pada tahun 1998. Perlambatan ekonomi dunia yang semakin dalam dan anjloknya harga komoditasglobal mendorong merosotnya pertumbuhan ekspor di Indonesia. Seiring dengan itu, konsumsi rumahtangga, investasi dan impor juga tumbuh melambat. Gejolak ekonomi yang terjadi di Indonesia baik yang berasal dari eksternal maupun internal juga berpengaruh terhadap variabel-variabel ekonomi lainnya. Seperti pada periode triwulan I s.d. III 2000, jika diperhatikan dari PDB menurut jenis pengeluaran, ekspor dan impor barang- barang jasa merupakan salah satu sektor yang memiliki kontribusi terbesar dalam PDB Indonesia pasca krisis tahun 1998. Pada tahun 2001, terjadi peningkatan pada inflasi yang diakibatkan oleh adanya kebijaksanaan pemerintah dalam menaikkan harga Bahan Bakar Minyak BBM pada pertengahan Juni 2001 yang diikuti juga oleh kenaikan tarif dasar listrik dan kenaikan pulsa telepon. Laju inflasi di Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2003 yang disebabkan oleh normalnya kembali pasokan barang dan membaiknya jalur distribusi barang. Selain itu, keputusan pemerintah menunda kenaikan tarif listrik dan telepon pada kuartal terakhir tahun 2003 5 juga turut berperan terhadap rendahnya laju inflasi. Rendahnya laju inflasi diiringi dengan membaiknya bidang perbankan, hal ini diperlihatkan dengan terus menurunnya suku bunga bank selama tahun 2003. Pada tahun 2004 terjadi peningkatan pada inflasi dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dengan faktor-faktor yang cukup dominan dalam mempengaruhi inflasi antara lain faktor peningkatan harga bahan makanan dan faktor eksternal, khususnya nilai tukar rupiah. Kenaikan harga BBM pada Oktober 2005 serta merta membuat daya beli masyarakat turun dan peningkatan tingkat inflasi yang kemudian berakibat pada penurunan nilai produksi. Kenaikan harga BBM dan pengetatan moneter dunia memberikan dampak pada pelemahan nilai tukar yang pada gilirannya memperlambat pertumbuhan investasi. Perkembangan PDB, Investasi PMA dan PMDN, Inflasi dan Ekspor Neto di Indonesia Tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel 1.1. Dengan melihat pada tabel 1.1, dapat disimpulkan bahwa laju pertumbuhan produk domestik bruto terus meningkat walaupun sempat turun pada 2006 tetapi dapat meningkat lagi pada 2007, walaupun kembali menurun pada 2008 dan 2009. Laju Investasi mengalami naik-turun, terlihat pada PMDN yang menurun pada 2006 kemudian meningkat pada 2007 tetapi menurun lagi pada 2008, begitu pula dengan PMA yang sempat turun pada 2006 tetapi dapat meningkat lagi di 2007 walaupun menurun kembali pada 2009. Laju Inflasi cukup tinggi pada tahun 2005, tetapi dapat dikendalikan pada tahun berikutnya dan yang 6 kemudian meningkat lagi pada 2008 lalu menurun kembali pada 2009. Kemudian nilai Ekspor Neto mengalami peningkatan hingga tahun 2006 kemudian mengalami sedikit penurunan pada 2007 hingga menurun drastis pada 2008 dan dapat pulih kembali walaupun belum maksimal pada 2009. Tabel 1.1 Perkembangan Produk Domestik Bruto, Investasi, Inflasi dan Ekspor Neto di Indonesia Tahun 2005-2009 Tahun PDB Investasi Inflasi Ekspor Neto NE juta US Laju Nilai miliar rupiah PMDN miliar rupiah PMA juta US Ekspor Impor NE 2005 5.68 1.750.656,1 30.665 8.916,9 17.11 85.660 57.700,9 27.959,1 2006 5.5 1.847.126,7 20.788,4 5.977 13.3 100.798,6 61.065,5 39.733,1 2007 6.35 1.963.091,8 34.878,7 10.349,6 6.59 114.100,9 74.473,4 39.627,5 2008 6.01 2.082.456,1 20.363,4 14.871,4 11.06 137.020,4 129.197,3 7.823,1 2009 4.58 2.177.741,7 37.799,9 10.815,2 4.89 116.510 96.829,2 19.680,8 Sumber: 1. Data Produk Domestik Bruto didapat dari publikasi BPS, Statistik Indonesia berbagai edisi dan dari tabel Quarterly GDP - Constant Price based on Year 2000 pada situs resmi Bank Indonesia. 2. Data Investasi didapat dari publikasi BPS, Statistik Indonesia berbagai edisi, publikasi Badan Koordinasi Penanaman Modal berbagai edisi dan dari tabel Financial Account: Direct Investment pada situs resmi Bank Indonesia. 3. Data Inflasi didapat dari tabel laporan Inflasi pada situs resmi Bank Indonesia. 4. Data Ekspor Neto didapat hasil pengurangan nilai Ekspor dengan Impor dengan masing-masing data didapat dari publikasi BPS, Statistik Indonesia berbagai edisi dan dari tabel Nilai Ekspor dan Impor berdasarkan Sektor pada situs resmi Bank Indonesia. 7 Pada periode 20052006 terjadi penurunan pada laju pertumbuhan PDB sebesar 0.13 dari 5.68 menjadi 5.5. Penurunan ini diikuti dengan penurunan pada PMDN dari Rp 30.665 miliar menjadi Rp 20.788,4 miliar, penurunan pada PMA dari 8.916,9 juta US menjadi 5.977 juta US dan penurunan pada laju inflasi dari 17.11 menjadi 13.3. Sedangkan ekspor neto mengalami peningkatan dari 27.959,1 juta US menjadi 39.733,1 juta US. Pada periode tahun 20062007 terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan PDB yaitu dari yang semula 5.5 menjadi 6.35. Peningkatan ini diikuti dengan penurunan tekanan inflasi dari 13.3 menjadi 6.59. Ekspor neto mengalami sedikit penurunan dari 39.733,1juta US menjadi 39.627,5juta US. Investasi mengalami peningkatan dari PMDN sebesar Rp 20.788,4 miliar menjadi Rp 34.878,7 miliar, PMA meningkat dari 5.977 juta US menjadi 10.349,6 juta US. Dengan menurunnya tekanan inflasi maka perekonomian dapat berjalan dengan stabil, invetasi yang meningkat baik dari PMDN maupun PMA menunjukkan bahwa investor asing menaruh harapan besar dalam perekonomian Indonesia, kemudian terjadipeningkatan pada ekspor dan impor walaupun nilai ekspor neto mengalami sedikit penurunan dibanding tahun sebelumnya. Terjadi kenaikan inflasi yang cukup tinggi di tahun 2007 ke 2008, yaitu dari 6.59 menjadi 11.06, ini diakibatkan karena terjadi krisis global di Amerika Serikat. Kenaikan inflasi ini menyebabkan harga-harga di 8 Indonesia menjadi naik dan perekonomian menjadi menurun karena dengan pendapatan yang tetap sedangkan harga bahan pokok naik, masyarakat tidak dapat mencukupi semua kebutuhan pokok mereka dengan pendapatan yang terbatas sehingga perekonomian menjadi turun dan laju pertumbuhan PDBpun menurun dari 6.35 menjadi 6.01. Penurunan pada laju pertumbuhan PDB pada periode 20072008 diikuti dengan penurunan PMDN menjadi Rp 20.363,4 miliar, serta penurunan drastis pada ekspor neto dari 39.627,5 juta US menjadi 7.823,1 juta US. Tetapi tidak diikuti dengan penurunan pada PMAkarena nilai PMA tetap naik. Perekonomian Indonesia pada tahun 2008 dengan pertumbuhan sebesar 6.01 merupakan suatu angka yang baik di tengah terjadinya gejolak eksternal. Ini didukung oleh masih tingginya daya beli masyarakat dan tingkat keyakinan konsumen yang membaik. Faktor yang menopang daya beli masyarakat antara lain adalah kenaikan pendapatan akibat melonjaknya harga komoditas ekspor. BPS, 2008: 14. Mengenai penurunan realisasi penanaman modal dalam negeri, Menteri Keuangan yang juga Pelaksana Tugas Menko Perekonomian Sri Mulyani di Gedung Depkeu mengatakan, dilihat dari komposisi pertumbuhan ekonomi sebagian besar berasal dari konsumsi dan pengeluaran pemerintah. Sementara investasi mengalami pengurangan akibat pengaruh suplai modal di seluruh dunia, dan tingginya tingkat inflasi mengakibatkan memburuknya kondisi perbankan di Indonesia. vivanews, 21 Januari 2009. 9 Pada periode 20082009 tekanan inflasi menurun dari 11.06 menjadi 4.89 karena pengaruh pemerintah dan bank Indonesia dalam mengembalikan kepercayaan pasar. Terjadi penurunan pada laju pertumbuhan PDB dari 6.01 menjadi 4.58 dikarenakan pasar masih mendapat imbas dari kenaikan inflasi pada tahun sebelumnya sehingga perekonomian belum bisa bangkit sempurna. Penurunan pada PDB ini diikuti dengan penurunan pada ekspor dan impor tetapi nilai ekspor neto mengalami peningkatan dari7.823,1juta US menjadi19.680,8juta US.PMDN meningkat tetapi PMA menurun menjadi 10.815,2 juta US, ini diakibatkan karena hutang negara zona euro semakin meningkat sejak akibat dari krisis 2008 sehingga investasi asing pada Indonesia menurun. Dengan melihat pada tabel 1.1 dapat dikatakan bahwa tidak selalu kenaikan pada ekspor neto juga diikuti dengan kenaikan pada laju pertumbuhan PDB, penurunan inflasi tidak selalu diikuti dengankenaikan pada laju pertumbuhan PDB, dan kenaikan Investasibaik PMA maupun PMDN tidak selalu diikuti dengan kenaikan pada laju pertumbuhan PDB. Kebijakan pemerintah diarahkan pada upaya untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional melalui penerapan berbagai insentif dan stimulus fiskal. Di sisi anggaran, berbagai stimulus diarahkan baik di sisi penerimaan maupun pengeluaran dengan tetap menjaga kesinambungan fiskal. Stimulus fiskal diarahkan pada pembangunan infrastruktur, pertanian dan energi, serta proyek padat karya. Selain itu, kebijakan pemberian insentif 10 perpajakan dan bea masuk ditempuh untuk mendorong pemulihan dunia usaha. Untuk menjaga kesinambungan fiskal, pemerintah menerapkan strategi manajemen pembiayaan anggaran yang optimal baik yang bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri. Bank Indonesia, 2007: 6. Dengan meneliti hal-hal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, maka tulisan ini berusaha untuk menjawab analisis dari Ekspor Neto, Inflasi, Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri yang mempengaruhi dan mengidentifikasikan faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan menggunakan alat analisis Vector Autoregressive VAR. Dengan uraian latar belakang inilah, maka dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul ―Analisis Pengaruh Ekspor Neto, Inflasi, Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode 2000-2012 ‖.

B. Perumusan Masalah