17
1.5.4.2. Pemerintahan Nagari
Pemerintahan Nagari adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Nagari dan Badan Permusyawaratan Rakyat Nagari
berdasarkan asal usul Nagari di Wilayah Propinsi Sumatera Barat yang berada di dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan
Perda No 4 Tahun 2008 BAB 1 Pasal 1 Poin 8
1.5.5. Pembangunan Nagari
Pembangunan nagari adalah sebuah usaha yang dilakukan untuk mencapai perubahan ke arah yang lebih baik dengan memberdayakan masyarakat nagari
melalui program-program pembangunan yang ditujuan untuk kemajuan nagari. Pembangunan nagari bersifat multisektor menyangkut semua segi kehidupan
masyarakat, sehingga pembangunan nagari tidaklah pembangunan yang berdiri sendiri tetapi merupakan satu kesatuan dengan pembangunan nasional di Daerah.
Keberhasilan Pembangunan nagari merupakan wujud adanya efektifitas dan kemampuan serta etos kerja wali nagari dan aparatur pemerintah nagari. Dalam
rangka penyelenggaraan Pemerintahan Nagari disusun perencanaan pembangunan Nagari sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan Daerah.
Berdasarkan Perda No 4 Tahun 2008 Tentang Nagari BAB VI Pasal 106 Perencanaan pembangunan Nagari disusun secara partisipatif oleh Pemerintahan
Nagari sesuai dengan kewenangannya. Dalam menyusun perencanaan pembangunan Nagari wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan Nagari.
Perencanaan pembangunan Nagari disusun secara berjangka meliputi:
18
a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nagari RPJMN untuk
jangka waktu 5 lima tahun b.
Rencana Kerja Pembangunan Nagari RKP-Nagari merupakan penjabaran dari RPJMN untuk jangka waktu 1 satu tahun.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nagari RPJMN ditetapkan dengan Peraturan Nagari dan Rencana Kerja Pembangunan Nagari RKP-Nagari
ditetapkan dalam Keputusan Wali Nagari berpedoman pada Peraturan Daerah. Perencanaan pembangunan Nagari didasarkan pada data dan informasi yang
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Data dan informasi mencakup: a.
penyelenggaraan Pemerintahan Nagari b.
organisasi dan tata laksana Pemerintahan Nagari c.
keuangan Nagari d.
profil Nagari e.
informasi lain terkait dengan penyelenggaraan Pemerintahan Nagari dan pemberdayaan masyarakat.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan Nagari diatur
dengan Peraturan Bupati. Dalam perencanaan pembangunan nagari, pemerintah nagari dalam hal ini wali nagari tidak merencanakan sendiri perencanaan
pembangunan tersebut tanpa melibatkan lembaga lain.
19
Lembaga yang paling berpengaruh untuk menampung aspirasi masyarakat adalah Badan Perwakilan Rakyat Nagari, maka seharusnya Wali Nagari sebagai
kepala tertinggi Pemerintahan Nagari harus bekerja sama dengan, BPRN tersebut dalam menetapkan perencanaan pembangunan desa, serta harus mengikut sertakan
masyarakat dan lembaga lokal yang ada.
Proses pengelolaan pembangunan Nagari sebagai berikut : 1.
Perencanaan Fungsi perencanaan adalah sebagai alat untuk memilih, merencanakan
untuk masa yang akan datang, cara untuk mengalokasikan sumber daya serta alat untuk mencapai sasaran, dan apabila dikaitkan dengan pembangunan
yang hasilnya diharapkan dapat menjawab semua permasalahan, memenuhi kebutuhan masyarakat, berdaya guna dan berhasil guna, serta mencapai
tujuan yang diinginkan, maka perencanaan itu sangat diperlukan agar pembangunan yang dilaksanakan lebih terarah, efektif dan efisien dalam
penggunaan sumber daya dan dana. Sedangkan pembangunan dalam perencanaan itu sendiri merupakan suatu proses perubahan kearah yang lebih
baik melalui apa yang dilakukan secara terencana. Memberi kesempatan pada masyarakat untuk menentukan arah berarti memberikan kesempatan pada
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan. 2.
Penetapan dan Pelaksanaan Pada tahap penetapan dan pelaksanaan perlu diadakan penyorotan
terhadap kekuatan social dalam masyarakat, dan disamping itu juga perlu diadakan pengamatan terhadap perubahan social yang terjadi. Sebagaimana
20
dipaparkan dalam UU No. 6 tahun 2014 bahwa di dalam desadesa adat terdapat tiga kategori kelembagaan desadesa adat yang memiliki peranan
dalam tata kelola desadesa adat, yaitu: pemerintah desadesa adat, Badan Permusyawaratan Desadesa adat, Lembaga Kemasyarakatan dan lembaga
adat. Dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa penyelenggaraan
urusan pemerintahan di tingkat desa pemerintahan desadesa adat dilaksanakan oleh Pemerintah DesaDesa Adat dan Badan Permusyawaratan
DesaDesa Adat. Pemerintahan desadesa adat ini dijalankan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan di negeri ini.
3. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring adalah pemantauan secara terus menerus proses perencanaan dan pelakasanaan kegiatan. Monitoring dapat dilakukan dengan
mengikuti langsung kegiatan atau membaca hasil laporan dari pelaksanaan kegiatan. Monitoring sering dipandang sebagai pengukuran kuantitas yang
berkaitan dengan bagaimana pencapaian keselarasan antara sumber-sumber yang digunakan dan waktu yang ditetapkan. Monitoring merupakan aktivitas
yang berkelanjutan yang terutama dimaksudkan untuk memberikan informasi terhadap perencana dalam mengidentifikasi perubahan-perubahan yuang
terjadi dalam tahap implementasi. Monitoring merupakn mekanisme yang digunakan untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan deviations yang
21
mungkin timbul dalam suatu kegiatan dengan membandingkan antara apa yang diharapkan dan apa yang dilakukan.
Dalam tahap evaluasi diadakan analisis terhadap efek pembamgunan, sehingga dapat mengukur keberhasilan ataupun kegagalan dalam suatu
program pembangunan. Evaluasi bertujuan : a.
Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan. b.
Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran. c.
Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang mungkin terjadi di luar.
Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan sehari-hari dan pembangunan Nagari, BPRN mempunyai peran normative sebagai alat
kontrol pemerintah Nagari. Selain adanya peran BPRN sebagai pengontrol penyelenggaraan pemerintahan Nagari, partisipasi masyarakat dalam
pembangunan mutlak diperlukan, tanpa adanya partisipasi masyarakat pembangunan hanyalah menjadikan masyarakat sebagai objek semata. Salah
satu kritik adalah masyarakat merasa tidak memiliki dan acuh tak acuh terhadap program pembangunan yang ada. Penempatan masyarakat sebagai
subjek pembangunan mutlak diperlukan sehingga masyarakat akan dapat berperan serta secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga
monitoring dan evaluasi pembangunan. Terlebih apabila kita akan melakukan pendekatan pembangunan dengan semangat lokalitas. Masyarakat lokal
menjadi bagian yang paling memahami keadaan daerahnya tentu akan mampu memberikan masukan yang sangat berharga. Masyarakat lokal denga
22
pengetahuan serta pengalamannya menjadi modal yang sangat besar dalam melaksanakan pembangunan. Masyarakat lokal-lah yang mengetahui apa
permasalahan yang dihadapi serta juga potensi yang dimiliki oleh daerahnya. Bahkan pula mereka akan mempunyai pengetahuan lokal untuk mengatasi
masalah yang dihadapinya tersebut.
I.6. Defenisi Konsep
Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian , keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat
perhatian ilmu sosial Singarimbun, 2006:33. Oleh karena itu, untuk menemukan batasan yang lebih jelas maka penulis dapat menyederhanakan pemikiran atas
masalah yang sedang penulis teliti, maka peneliti mengemukakan konsep-konsep antara lain :
1. Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang
sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal.
2. Kerapatan Adat Nagari adalah lembaga kerapatan Niniak Mamak
pemangku adat yang telah ada dan diwarisi secara turun temurun sepanjang adat yang berlaku di masing-masing Nagari dan merupakan
lembaga tertinggi dalam penyelenggaraan adat di Nagari. 3.
Pembangunan adalah suatu upaya yang dilakukan dalam rangka menunjang kesejahteraan masyarakat baik dalam bidang ekonomi