Pengertian Tabungan Syariah TABUNGAN 1.

koordinasi Bank Indonesia. Tabungan yang semula diselenggarakan oleh masing-masing bank dikonversi Tabanas dan Taska tersebut. 24 Kebijakan tersebut merupakan gerakan menabung yang tujuannya ialah untuk menggairahkan menabung atau mobilisasi dana dan membiasakan masyarakat berbankan bank mindedness, agar masyarakat tertarik, maka setiap semester kepada masing-masing penabung Tabanas dan Taska tersebut diberikan hadiah yang diundi dengan membagikan kupon sesuai dengan banyaknya saldo tabungan masing-masing. Untuk pengadaan hadiah Tabanas atau Taska dikenakan secara proporsional. Jenis tabungan seperti ini kurang diminati oleh masyarakat karena bunganya rendah. Setelah masa deregulisasi perbankan yang dikenal dengan pakto 88 yang dikeluarkan pada tanggal 27 Oktober 1988, maka bank-bank dibebaskan kembali untuk mengeluarkan tabungan masing-masing di luar proyek Tabanas dan Taska yang dikeluarkan oleh Bank Indinesia, sejak itulah berbagai bentuk tabungan yang diperkenalkan melalui promosi dan hadiah lebih gencar dan menarik sehingga dapat menghimpun dana besar yang sebelumnya tidak tersentuh oleh perbankan karena bank tidak bebas membukan kantor cabangnya.

3. Pengertian Tabungan Syariah

24 Buku Panduan Bank BNI Syariah. Produk Tabungan. Jakarta : Bank BNI Syariah, 2006, h. 26 Yang dimaksud dengan tabungan syariah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini Dewan Syariah Nasional DSN telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa tabungan yang dibenarkan adalah tabungan yang berdasarkan prinsip Wadiah dan Mudharabah. a. Tabungan Wadiah Tabungan Wadiah merupakan tabungan yangdijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni simpanan atau titipan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan berdasarkan syarat-syarat tertentu yang telah disepakati antara bank dan nasabah. 25 Berkaitan dengan produk tabungan wadiah, bank syariah menggunakan Wadiah yad adh-dhomanah. Dalam hal ini nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hak kepada bank syariah untuk menggunakan atau memanfaatkan uang atau barang titipannya, sedangkan bank syariah sebagai pihak yang dititipi dana atau barang yang disertai hak untuk menggunakan atau memanfaatkan dana atau barang tersebut. b. Tabungan Mudharabah Yang dimaksud dengan tabungan mudharabah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan akad mudharabah. Mudharabah mempunyai dua 25 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah Jakarta: Zikrul Hakim, 2004,Cet.ke-2 h.101 bentuk yakni Mudharabah Mutlaqoh dan Mudharabah Muqayyadah, yang perbedaan utamanya terletak pada ada atau tidak adanya persyaratan yang diberikan pemilik dana kepada bank dalam mengelola hartanya. Dalam hal ini bank syariah bertindak sebagai Mudharib pengelola dana, sedangkan nasabah bertindak sebagai shohibul mall pemilik dana. Bank Syariah dalam kepastiannya sebagai mudharib, mempunyai kuasa untuk melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak lain. 26 26 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fikih dan Keuangan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004,h. 272

BAB III GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT INDONESIA

A. Sejarah Singkat Berdiri dan Perkembangan Bank Muamalat Indonesia Ide kongkrit Pendirian Bank Muamalat Indonesia berawal dari loka karya “Bunga Bank dan Perbankan” yang diselenggarakan Majelis Ulama Indonesia MUI pada tanggal 18- 20 Agustus 1990 di Cisarua. Ide ini kemudian lebih dipertegas lagi dalam Musyawarah Nasional MUNAS ke IV MUI di Hotel Sahid Jaya Jakarta tanggal 22-25 Agustus 1990 yang mengamanahkan kepada Bapak K.H. Hasan Bahri yang terpilih kembali sebagai Ketua Umum MUI, untuk merealisasikan pendirian Bank Islam tersebut. Setelah itu, MUI membentuk suatu Kelompok Kerja POKJA untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Tim POKJA ini membentuk Tim Kecil “Penyiapan