disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat adanya penyempitan atau malahan mungkin tidak ada
penyumbatan. Penyempitan atau penyumbatan ini dapat saja mengenai beberapa tempat pada satu pembuluh koroner. Bisa juga sekaligus mengenai beberapa
pembuluh koroner Arief I., 2007.
2.2.7. Pengobatan
Ada beberapa jenis obat yang biasanya diberikan kepada penderita penyakit jantung koroner ini. Pertama adalah golongan statin. Obat ini berfungsi menurunkan
kadar lemak darah dengan mencegah pembentukan kolesterol terutama kolesterol jahat atau low density lippoprotein LDL. Obat ini juga mempunyai efek pleotropik
yaitu mengurangi inflasi plak agar tidak mudah pecah. Apabila plak pecah, bisa terjadi serangan jantung,” terang dr Budhi. Statin ini hanya diminum sekali dalam
sehari. Biasanya pada malam hari untuk jangka waktu yang panjang. Efek samping obat ini adalah terjadinya gangguan hati. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pemeriksaan fungsi hati secara berkala. Setelah beberapa bulan pemakaian, biasanya otot terasa nyeri, sambungnya. Kedua, asetosal. Asetosal berfungsi menghambat
pengumpulan keping darah atau trombosit dan mencegah serangan jantung sampai 20 persen. Tapi asetosal ini tidak bisa dikonsumsi pasien yang menderita sakit
lambung. Sebagai gantinya, bisa diberikan clopidrogel yang dikonsumsi selama 1 bulan sampai setahun. Obat lain yang bisa diberikan adalah penyekat beta. Obat ini
berfungsi menurunkan denyut jantung dan melebarkan koroner atau vasodilatasi, imbuh dr Budhi. Tapi penderita asma, penderita penyakit paru obstruktif kronik
PPOK, atau dengan blok irama jantung tidak boleh mengonsumsi obat ini. Sebagai gantinya, bisa diberikan golongan antagonis kalsium seperti diltiazem. Obat lain
yang juga diberikan adalah penghambat enzim pengubah angiotensinogen. Obat ini mencegah perubahan struktur dan mengurangi beban jantung. Pemberian enzim
pengubah angiotensinogen itu sendiri dalam jangka panjang dan mempunyai efek samping yaitu si pasien mengalami gangguan batuk dan bisa diganti dengan
golongan penghambat reseptor angiotensin, jelasnya Patu I., 2009.
Universitas Sumatera Utara
Obat diuretik berkhasiat meningkatkan pengeluaran garam dan air lewat urine sehingga mengurangi jumlah cairan dalam sirkulasi sekaligus menurunkan tekanan
darah. Obat digitalis berfungsi menambah kekuatan kontraksi otot jantung, sehingga memperbaiki fungsi kerja jantung. Obat ini sering dipakai juga sebagai antiaritmia.
Obat antihipertensi, bekerja melebarkan pembuluh darah merelaksasikan otot halus arteri. Yang paling populer adalah obat-obatan antiplatelet aspirin, berfungsi
mengencerkan darah Gwaspada, 2006. Bila keluhan sakit menetap labih dari 48 jam, angiografi koroner diperlukan
untuk penanganan lebih lanjut. Bila sakit menghilang, penderita harus dipertimbangkan untuk angiografi koroner efektif. Pengobatan awal terdiri dari nitrat
atau antagonis kalsium. Ini dapat mengurangi preload, afterload dan spasme. Penggunaan penghambat beta agak controversial, karena dapat menyebabkan
vasokonstriksi. Penggunaaan antikoagulan harus dipertimbangkan kalau tidak ada
kontraindikasi. Tergantung dari hasil angiodrafi apakah perlu intervensi angioplasti atau operasi pintas koroner.
Penderita-penderita dengan penyakit jantung koroner lebih dari dua multi vessel coronary artery disease, pembuluh darah koroner kiri utama pembuluh darah
koroner dimana tidak dapat dilakukan angioplasti transluminal koroner perkutan PTCA merupakan indikasi operasi pintas koroner OPK. Hasil Coronary Artery
Surgical Study, VA Cooperative Study dan European Coronary Surgical Study bila diinterpretasi dengan tepat menunjukkan bahwa pasien iskemia miokard yang
disebabkan 3 pembuluh darah koroner, pembuluh darah koroner, pembuluh darah koroner kiri utama dan arteri koronaria desenden sinistra bagian proksimal sebagai
bagian dari 2 stenosis pembuluh darah koroner, harapan hidupnya lebih panjang dengan pembedahan daripada hanya dengan pengobatan saja Hanafiah A., 1996.
Kini juga dikenal off pump bypass surgery, yaitu tindakan bedah jantung tanpa menggunakan bantuan mesin jantung paru. Penanaman graft dilakukan pada
jantung yang masih berdenyut beating heart. Teknik ini dapat mengurangi biaya operasi, mempersingkat masa rawat inap dan mengurangi trauma, maupun
Universitas Sumatera Utara
komplikasi akibat bedah. Namun manfaatnya masih memerlukan evaluasi jangka panjang.
Pemilihan terapi PJK bergantung pada beberapa hal, seperti lokasi dan karakter penyempitan, jumlah pembuluh darah yang terlibat, fungsi jantung, adanya
penyakit penyerta, usia, dan juga biaya. Masing-masing tindakan terbukti meningkatkan harapan dan kualitas hidup penderita PJK. Kekhawatiran risiko
masing masing tindakan intervensi dapat dipahami, tetapi risiko itu telah jauh lebih kecil dibandingkan masa- masa sebelumnya Gwaspada, 2006.
2.2.8. Pencegahan