Latar Belakang Gambaran Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Tentang Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Kelurahan Tanjung Rejo

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di kebanyakan negara, termasuk Indonesia, penyakit jantung koroner PJK adalah pembunuh nomor satu. Penyakit yang terjadi karena penyempitan pembuluh darah koroner ini dipicu oleh banyak faktor. Gaya hidup tidak sehat adalah salah satu faktor yang memicu terjadinya penyakit ini. Menurut Prof Dr Dr Budhi Setianto SpJP, ahli penyakit jantung dari Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Slipi, Jakarta Barat, koroner adalah pembuluh darah atau arteri. Fungsinya adalah memberi makan otot jantung supaya jantung dapat berfungsi dengan baik Patu I.,2009. Penyakit jantung merupakan penyakit yang memiliki resiko kematian yang cukup tinggi, dan menyerang manusia dalam berbagai golongan umur. Saat ini penderita penyakit jantung cenderung meningkat. Penyakit jantung di Indonesia pada tahun 1999 menempati urutan ketiga sebagai penyakit penyebab kematian, dibawah penyakit diare dan stroke. Pada tahun tersebut, tercatat + 3.2 dari seluruh penyakit penyebab kematian adalah penyakit jantung. Dari jumlah tersebut, tercatat 86.942 pasien yang mengalami rawat inap, dengan angka kematian mencapai 14.437, atau sekitar 16,6 dari pasien yanng mengalami rawat inap tidak dapat tertolong. Di Jawa Tengah, penyakit jantung telah berkembang dan mengalami peningkatan. Jumlah penderita penyakit jantung didapati meningkat dari tahun ke tahun, yaitu secara berurutan tahun 2000 dan 2001, masing-masing berjumlah 20558, dan 29440 penderita, dengan peningkatan sebesar 0,43. Menurut dr. Sudki Rifki selaku manajer Unit Pelayanan Jantung, di Jawa Tengah diperkirakan 5 penduduk perkotaan dan 3 penduduk pedesaan mengidap penyakit jantung, sehingga dapat diketahui jumlah penderita dari jumlah penduduk Jawa Tengah, yang saat ini mencapai 31,06 jiwa. Jumlah tersebut memberikan gambaran bahwa penyakit jantung dapat bertambah dengan cepat, apabila tidak diberikan pencegahan, berupa layanan informasi kesehatan jantung, maupun fasilitas kesehatan yang lengkap dan Universitas Sumatera Utara memadai. Upaya-upaya yang dapat dilakukan misalnya dengan cara memberikan penyuluhan pada masyarakat tentang pola hidup sehat, yaitu dengan menghindari kebiasaan merokok, membiasakan beolahraga, makan makanan yang bergizi dan menghindari makanan-makanan yang mengandung kolesterol tinggi. Di Indonesia saat ini rumah sakit khusus yang menangani penyakit jantung hanya terdapat di Jakarta dengan kapasitasdaya tampung yang sangat terbatas, yaitu rumah sakit Jantung Harapan Kita, yang merupakan tempat rujukan tertinggi dalam hal pelayanan penyakit jantung. Menurut data yang ada, Rumah Sakit Jantung Harapan Kita memiliki kapasitas 210 tempat tidur Johari M.,2003. Kehadiran PJT Pelayanan Jantung Terpadu diharapkan dapat membantu upaya pemerintah dalam meningkatkan pelayanan jantung.Hingga saat ini kapasitas pelayanan jantung di Indonesia baru mencakup 2 dari total kebutuhan. Pelayanan Jantung Terpadu Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta PJT-RSCM. Terdapat penambahan fasilitas setiap tahun memungkinkan PJT-RSCM memberikan pelayanan lebih banyak dan lebih luas pada masyarakat. Dengan adanya peningkatan fasilitas tersebut, PJT-RSCM lebih representatif sehingga PJT-RSCM dapat lebih intensif dalam mensosialisasikan keberadaanya sebagai alternatif rujukan jantung Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, 2010. Penyakit jantung dan pembuluh darah dalam kata lain penyakit kardiovaskuler, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir menunjukkan kenaikan yang jelas. Survey Kesehatan Rumah Tangga SKRT yang dilakukan Departemen Kesehatan tahun 1986 menyatakan pada golongan umur 45 tahun ke atas penyakit kardiovaskuler menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian, sedangkan pada SKRT 1972 penyakit jantung masih menduduki urutan kesebelas. Begitu pula kekerapan penyakit jantung juga meningkat dari 5,2 sampai 6,3 Rilantono L. I.,1996. Survey Sosial Ekonomi Nasional Susenas 2004 kerjasama Promkes Depkes, Litbang dan BPS tahun 2004 hasilnya memprihatinkan. Tiga faktor resiko utama yang saling terkait sebagai penyebab penyakit tidak menular PTM seperti jantung, stroke yaitu kebiasaan merokok, kurang aktivitas fisik, makan tidak seimbang, kegemukan, diet rendah seratkurang buah dan sayur tinggi kalorilemak hewani Universitas Sumatera Utara dan lain-lain terus meningkat.Persentase penduduk umur 15 tahun keatas tidak merokok 66 dibanding Susenas 2001 2003 menurun 2 berarti perokok naik. Begitupun pada tahun 2004 anak umur 10 tahun mulai merokok, puncaknya pada umur 15-19 th. 59,1.Lebih dari 57 setiap rumah tangga mempunyai sedikitnya seorang perokok dalam rumahnya dan 91,8 mereka merokok dirumah. Saat ini terdapat +43 juta anak Ibu sebagai perokok pasif. Perokok wanita 1,4 tahun 2001 menjadi 1,7 di tahun 2003 dan menjadi 4,5 tahun 2004.Sebagian besar 85 penduduk umur 15 tahun keatas kurang beraktivitas fisik dan hanya 6 penduduk yang cukup beraktivitas fisik untuk sehat. Penduduk wanita kurang beraktivitas fisik 87 lebih tinggi daripada laki-laki 83 diperkotaan lebih tinggi daripada pedesaan. Kelompok kurang gerak terdapat pada strata masyarakat berpendidikan lebih tinggi dan ekonomi yang baik. Sebagaimana kita sering singgung bahwa 43 dari jenis penyakit yang ada sekarang ini ada kaitannya dengan unsur kurang gerak. Susenas tahun 2004 mencatat hampir seluruh penduduk 99 umur 15 tahun keatas kurang mengkonsumsi sayur dan buah dan hanya 1 saja yang cukup mengkonsumsi sayur dan buah. Yang memprihatinkan keadaan ini merata disemua propinsi, dimana kita tinggal dinegara agraris yang banyak sayur dan buah. Dan bagi mereka yang kurang mengkonsumsi sayur dan buah dari mereka yang berpengetahuan minimal Yayasan Jantung Indonesia,2008. Universitas Sumatera Utara

1.2. Rumusan Masalah