Kondisi Sosial Politik dan Keamanan Kondisi Sosial Ekonomi

D. Kondisi Sosial

1. Kondisi Sosial Politik dan Keamanan

Secara umum kondisi politik serta ketentraman dan ketertiban di wilayah Desa Cinangka baik, aman dan terkendali. Seiring bergulirnya reformasi ada beberapa partai politik yang berkembang di wilayah Cinangka yang terdiri dari Golkar, PDI, PPP, PKS dan PKB. Dalam hal ini juga, kehidupan kelompok keluarga miskin ini dapat tesalurkan sesuai dengan aspirasinya masing-masing. Berkaitan dengan masalah keamanan dan ketertiban wilayah Cinangka terbilang aman. Ini disebabkan ketatnya keamanan khususnya pada malam hari dengan adanya ronda keliling secara bergantian dengan jadwal yang telah ditetapkan. 60

2. Kondisi Sosial Keagamaan

Kondisi keagamaan pada sebagian keluarga miskin yang ada di desa Cinangka kaum dapat di golongkan sebagai kelompok yang mampu mengaktualisasikan nilai-nilai sosial keagamaan secara baik. Terbukti, suasana kehidupan mereka sehari-hari cukup rukun antar sesama. Sifat gotong royong sangat menonjol sekali, apabila di antara mereka melaksanakan hajatan keluarga seperti resepsi pernikahan atau musibah kematian selalu bahu-membahu untuk membantu sesamanya. 61 Untuk melaksanakan ritual keagamaan, seperti shalat lima waktu dan shalat Jum’at, sarana peribadatan yang ada di Desa Cinangka cukup tersedia dengan 9 masjid dan 15 mushola. Masjid dan mushola ini dibangun sudah lama dengan 60 Wawancara Pribadi dengan Bapak Cecep, Kepala Desa Cinangka Bogor, Pada Tanggal 27 Februari 2006. 61 Wawancara Pribadi dengan Bapak Ustadz Ishaq, Salah Satu Tokoh Agama di desa Cinangka , Bogor, Pada Tanggal 28 Februari 2006. dana dari hasil gotong royong, sumbangan warga masyarakat dan bantuan dari pemerintah desa. Sedangkan untuk sarana peribadatan agama lain tidak ada. Untuk sarana peribadatan berdasarkan tabel berikut ini: Tabel 6. Sarana Ibadah NO Tempat ibadah Jumlah 1 Masjid 9 Buah 2 Mushola 15 Buah 3 Gereja - 4 Wihara - 5 Pura - Total 24 Buah Sumber:Data Monografi dari Desa Cinangka Tahun 2005 Memperhatikan tabel 5 tersebut dapat diketahui bahwa sarana ibadah tersedia di Desa Cinangka hanyalah masjid dan mushola saja, hampir semua kegiatan keagamaan dilaksanakan di masjid. Kegiatan keagamaan itu ada yang rutin harian, mingguan, bulanan, dan ada yang hanya waktu-waktu tertentu saja. Sementara sarana ibadah yang non-Islam tidak ada sama sekali, karena di samping penganutnya yang minoritas dan tidak ada dukungan dari warga asli Cinangka untuk mendirikan gereja. Bagi mereka yang non muslim dalam melaksanakan kebaktian pada hari-hari tertentu atau ritual keagamaanya mereka pergi kekota. Dari segi kegiatan keagamaan yang cukup beragama di Desa Cinangka, berdasarkan penelitian di lapangan kegiatan keagamaan yang sering di ikuti seperti pengajian, baik bersifat rutin maupun insidentil, yaitu peringatan hari-hari besar PHBI. Di antara kegiatan keagamaan yang diikuti yaitu pengajian Al-Qur’an setiap hari, yang diikuti oleh anak-anak dan remaja, pengajian ibu-ibu, pengajian rutin bapak-bapak dan para pemuda Adapun kegiatan-kegiatan keagamaan warga muslim Desa Cinangka antara lain:

a. Pengajian Al-Qur’an

Kegiatan pengajian Al-Qur’an dilaksanakan setiap malam, yaitu setelah shalat Magrib sampai waktu Isya tiba. Adapun bentuknya berkelompok dengan tempat yang berbeda, ada yang di mesjid, di mushola, di pesanteran dan ada juga di rumah ustadz. Materi yang diberikan antara lain membaca Al-Qur’an beserta tajwidnya dan mahrajnya. Pesertanya adalah anak-anak dan para remaja, bagi yang sudah bagus bacaannya diberi tugas untuk membimbing yang belum bisa. Perlu diketahui juga bahwa kegiatan ini libur dua kali yaitu ada yang malam selasa, ada yang malam Jum’at dan malam Senin tergantung kampungnya masing-masing. Karena pada malam Selasa dan malam Jum’at digunakan Yasinan, Tahlilan dan pengajian bapak-bapak. Sedangkan malam seninnya biasa diadakan pengajian untuk para pemuda. Selain dari kegiatan pengajian Al-Qu’an, untuk kalangan anak-anak diadakan juga Madrasah Diniyyah setaip hari kecuali hari Jum’at dari pukul 15.30 WIB. sampai dengan 17.00 WIB. Termasuk sebagian keluarga miskin juga mengikutinya, bahkan mereka yang tidak mampu secara finansial diberikan keringanan. Bapak Ustadz Jajat sebagai pengelola Madrasah Diniyyah Al- Muttaqin-salah satu Madrasah Diniyyah yang ada di Desa Cinangka saat ditemui di kediamannya menuturkan: ”Bahwa anak-anak dari kalangan kelurga miskin yang masuk madrasah diniyyah di sini pembayarannya semampunya saja, tidak ada paksaan, sebab visi kami adalah berusaha menciptakan generasi yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia.” 62

b. Pengajian Ibu-ibu

Pengajian ini dilaksanakan tiga kali dalam semingu yaitu setiap hari Senin, hari Selasa, dan hari Jum’at dengan waktu yang sama yaitu pagi hari sampai siang jam 11.00 WIB, namun tempat yang berbeda . Khususnya hari Selasa pengajian ibu-ibu dilaksanakan di mushola desa dengan dihadiri ibu-ibu dari berbagai kampung yang ada di desa Cinangka. Kegiatan ini diisi oleh ustadz dan ustadzah yang memberikan ceramah keagamaan dengan materi yang berbeda- beda. Dengan materi seputar akidah tauhid, akhlak tasawuf dan fiqh ibadah maupun fiqh muamalah.

c. Kuliah Shubuh

Kuliah shubuh ini biasa diadakan setiap bulan Ramadhan yang dilaksanakan selesai jamaah shalat Shubuh sebagai pengganti dari pengajian bapak-bapak, para pemuda, dan remaja yang biasa dilaksanakan malam hari. Sedangkan pengajian ibu-ibu di bulan Ramadhan sama seperti hari biasanya.

d. Pengajian Umum pada Waktu-waktu Tertentu

Pengajian ini adalah pengajian dalam rangka memperingati hari-hari besar Islam PHBI, seperti Isra dan Mi’raj, Maulid Nabi, Nuzul Qur’an, 10 Muharram dalam rangka santunan yatim-piatu dan sebagainya. Pengajian PHBI ini biasanya diisi penceramah-penceramah kondang dari luar kota yang sengaja diundang 62 Wawancara Pribadi dengan Bapak Ustadz Jajat Sudarajat, Pegelola Madrasah Diniyyah Al- Muttaqin , Bogor, Pada Tanggal 28 Februari 2006. panitia. Adapun isi ceramah pengajian tersebut menyesuaikan dengan peringatan- peringatan hari besar.

e. Shalat Tarawih Berjamaah

Pada bulan Ramadhan masyarakat Desa Cinangka sudah terbiasa berjamaah shalat tarawih di masing-masing masjid kampung, namun perkembangan shalat tarawih hampir sama dengan daerah-daerah yang lain seperti, pada hari pertama pada semangat untuk melaksanakannya akan tetapi pada hari selanjutnya, mereka mulai malas untuk melaksanakan, karena mungkin mereka merasa kelelahan untuk melaksanakannya setelah seharian bekerja. 63

3. Kondisi Sosial Ekonomi

Ekonomi merupakan tiang dalam menyangga kehidupan. Dalam hal ini tingkat perekonomian juga berarti tingkat kesejahteraan. Lebih jauh lagi, ekonomi juga dapat mengkategorikan suatu wilayah pada status makmur atau miskin. Begitu pula halnya dengan keadaan sosial ekonomi yang ada di desa Cinangka ini, dengan fasilitas yang serba terbatas dan pendapatan yang rendah sangat memungkinkan sekali masuk dalam kategori miskin. Di samping itu, di masyarakat Cinangka terdapat kurang lebih 2.460 kepala keluarga KK, tingkat yang paling besar berprofesi sebagai pedagang kecil dan kurang lebih berjumlah 300 jiwa, dengan penghasilan sebesar kurang lebih dari Rp. 20.000,-hari, maka setiap kepala rumah tangga berpendapatan Rp.600.000,-bulan. Dalam satu keluarga terdiri dari empat orang anggota keluarga, yaitu seorang suami, istri dan dua anak. Dengan demikian dilihat 63 Wawancara Pribadi dengan Bapak Ustadz Jajat Sudarajat, Pegelola Madrasah Diniyyah Al- Muttaqin , Bogor, Pada Tanggal 28 Februari 2006. dari rumusan mengenai batasan teoritik tingkat penghasilan keluarga miskin, maka konteks pendapatan pada sebagian kepala keluarga miskin desa Cinangka akan didapatkan rumusan sebagai berikut: Rp. 600.000,-bulantingkat kebutuhan x 4 orang. Apabila dilakukan taksiran bahwa untuk kebutuhan pangan keluarga membutuhkan biaya sebesar Rp. 20.000 x 30 hari = Rp. 600.000, maka sisa pendapatan berjumlah 0nol. Dalam batas ini maka secara ekonomi, sebagian besar penduduk di desa Cinangka hanya mampu memenuhi pangan secara minimal, dan masih terbatas pada kepala keluarga yang berpenghasilan Rp.600.000.-bulan, karena pada kenyataannya ada kepala keluarga yang berpenghasilan kurang dari Rp 20.000,-harinya. Dalam kehidupan sehari-hari, sebagian dari keluarga miskin di desa Cinangka yang berprofesi sebagai pedagang baik di kampung halamannya sendiri maupun di kota yang tidak terlepas dari pasang surut dalam penjualannya. Dan sebagian lain berprofesi sebagai petani, pegawai negeri, buruh tani, buruh pabrik, dan lain-lain. Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi keluarga miskin di desa Cinangka dapat dilihat dari jumlah penduduk menurut mata pencaharian mereka pada tabel berikut: Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Mata pencaharian NO Pekerjaan Jumlah 1 Petani 350 Orang 2 Buruh tani 450 Orang 3 Pegawai swasta 302 Orang 4 Pegawai Negri 150 Orang 5 Pengrajin 435 Orang 6 Pedagang 500 Orang 7 Peternak 4 Orang 8 Montir 3 Orang Total 2.194 Orang Sumber: Data Monografi dari Desa Cinangka Bogor Jabar 2005 Tabel 8. Pendapatan Keluarga Miskin No. Nama Pendidikan Pekerjaan Pendapatan 1. Ujang SD Buruh Tani Rp.20-30.000per hari 2. Nuria MA Penjahit Rp300-400.000per bulan 3. Arnah SD Penjual Gorengan Rp. 20-30.000per hari 4. Minta SD Tukang Las Rp. 600.000per bulan 5. Ateng SMK Pedagang Buah Rp. 400-500.000per bulan 6. Iri SD Pedagang Perabotan Rp. 500.000per bulan 7. Encih SD PRT Rp. 30.000per hari 8. Udin SD Buruh Bangunan Rp. 25.000per hari 9. Dodih SMPN I Pedagang Mainan Rp. 500.000per bulan 10. Sama SD Pemeriksa Darah Rp. 20.000per hari 11. Maman SD Tukang Baslok Rp. 30.000 per hari Sumber: Informan 11 Warga Miskin Desa Cinangka Dari tabel 7 di atas dapat diketahui dan diteliti bahwa mayoritas keluarga miskin di Desa Cinangka berprofesi sebagai pedagang dan buruh tani. Pada sebagian keluarga miskin di Desa Cinangka yang lebih banyak memilih berprofesi sebagai pedagang, mereka mengatakan dengan alasan karena tidak punya lahan untuk bertani atau berkebun, dan dari segi penghasilan dengan berdagang keuntungan dapat diperoleh tiap hari walaupun sedikit. Barang dagangan mereka yang dijajakan di antaranya barang kelontongan yang dijualnya di depan rumahnya, ada yang berdagang gorengan keliling, ada juga yang cuma dagang mainan anak-anak, dan juga ada yang berdagang roti keliling yang ditanggung dan masih banyak yang lainnya. Walaupun mereka berdagang dengan penghasilan yang diperoleh belum mencukupi segala keperluan, namun bagi mereka yang penting cukup untuk makan dan biaya sekolah anak-anak Sedangkan dari tabel 8 di atas, Secara umum dapat dikatakan, bahwa tingkat pendapatan pada keluarga miskin di desa Cinangka ini berdasarkan data di atas, terbilang sangat rendah sekali, dan kehidupan mereka penuh dengan serba kekurangan. Untuk profil masing-masing informan dan prilaku keagamaannya akan dijelaskan pada bab berikutnya.

BAB IV KEMISKINAN DAN PERILAKU KEAGAMAAN DI DESA

CINANGKA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT A. Profil Keluarga Miskin Secara etimologis, kata kemiskinan diambil dari akar kata miskin yang berarti tidak berharta, kekurangan dalam hidup karena penghasilan rendah. 64 Istilah kemiskinan biasanya digunakan untuk menunjukkan keadaan di mana kebutuhan pokok tidak terpenuhi dan atau penghasilan rendah. Ajaran Islam mendekati masalah hidup ini di dunia ini secara wajar dan realistik sesuai fitrah manusia sendiri. Manusia memerlukan makanan, pakaian dan tempat tinggal yang wajar dan baik, karena semua ini merupakan keperluan hidup yang paling asas. Rasul telah menegaskan bahwa adalah hak manusia memiliki tiga hal, yakni rumah kediaman dan tempat tinggal yang layak bagi diri dan keluarganya, makanan yang memenuhi persyaratan pokok dalam kualitas dan kuantitas serta air bersih yang dapat mencegah dahaga, menjaga kesehatan tubuh dan lingkungannya. 65 Kemiskinan mempunyai banyak segi dan dimensi, mulai dari yang bersifat material sampai pada segi rohaniah. Dengan luasnya rentang dimensi kemiskinan, 64 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, h. 587. 65 Nabil Subhi At-Thawil, Kemiskinan dan Keterbelakangan di Negara-negara Muslim, Bandung: Mizan, 1993, h. 36-37. maka tiap-tiap disiplin ilmu pengetahuan memiliki pandangan yang berbeda tentang kemiskinan. Ditinjau dari sudut pandang ekonomi, kemiskinan sebagai masalah dengan beberapa alasan, di antaranya: 1. Kemiskinan merupakan cermin rendahnya permintaan, sehingga berakibat pada berkurangnya insenif untuk mengemnagkan sistem produksi. 2. Kemiskinan berkait dengan rasio kapitaltenaga kerja yang rendah yang selanjutnya mengakibatkan produktivitas tenaga kerja rendah. 3. Kemiskinan seringkali menyebabkan mis-lokasi sumberdaya terutama tenaga kerja. 66 Sedangkan ditinjau dari sudut sosial, kemiskinan merupakan ciri lemahnya potensi suatu masyarakat untuk berkembang. Di samping itu, Kemiskinan berhubungan dengan aspirasi yang sempit dan pendeknya horizon dengan wawasan ke depan sautu masyarkat. Adapun disiplin politik mengkaji masalah kemiskinan, ketergantungan dan eksploitasi suatu kelompok masyarakat adalah tidak adil dan bahaya jika nasib dan masa depan suatu golongan masyarakat ditentukan oleh kelompok masyarkat yang lain. Kemiskinan yang demikian akan menimbulkan kesenjangan dan pada akhirnya kesenjangan lebih berbahaya dari kemiskinan. 67 Menurut Amin Rais, bahwa dimensi-dimensi yang terkait dengan kemiskinan ada tiga, yaitu: 1. Kemiskinan berdimensi ekonomi atau material. Dimensi ini menjelma dalam berbagai kebutuhan dasar manusia yang sifatnya materia. Seperti : pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan sebagainya. 66 Felik Sitorus, Memahami dan Menanggulangi Kemiskinan, Jakarta: Grasindo, 1996, h. 46-47. 67 Felik Sitorus, Memahami dan Menanggulangi Kemiskinan, h. 46-47. 2. Kemiskinan berdimensi sosial budaya Lapisan yang secara ekonomis miskin akan membentuk kantong-kantong kebudayaan yang disebut ”budaya kemiskian” demi kelangsungan hidup mereka. 3. Kemiskinan berdimensi struktural atau politik Artinya orang yang mengalami kemiskinan struktural atau poltik. Kemiskinan ini terjadi karena orang miskin tersebut tidak memilki sarana untuk terlibat proses politik, tidak memiliki kekuatan politik sehingga menduduki struktural sosial yang paling bawah. 68 Sementara setidaknya ada dua teori yang sering digunakan untuk menjelaskannya fenomena kemiskinan. 1. Kemiskinan kultural menjelaskan bahwa kemiskinan muncul akibat masalah mental manusia yang tidak mau maju sehingga mereka tetap hidup di bawah garis kemiskinan. Penjelasan kultural ini melihat manusia sebagai subjek yang memiliki kemampuan untuk menempatkan dirinya untuk menuju pada sebuah kondisi ketidakmiskinan. 2. Kemiskian struktural menjelaskan kemiskinan terjadi bukanlah akibat mental manusia yang malas, melainkan akibat sistem terutama pemerintahan yang tidak mendukung terwujudnya ketidakmiskinan. Kebijakan-kebijakan pemerintah, faktanya, justru melahirkan kemiskinan baru. Kesenjangan sosial- ekonomi pun semakin tajam ketika, misalnya, pemerintah mencabut subsidi 68 Amin Rais, Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia, Yogyakarta: Aditya Media, 1995, h. 31-32. BBM untuk dialihkan pada pos lain justru berdampak pada kenaikan harga bahan-bahan pokok di pasaran. 69 Kriteria kemiskinan yang digunakan Milenium Development Goals MDGs melihat pada tiga aspek, yaitu 1 bagaimana akses terhadap infrastruktur dasar khususnya air bersih dan sanitasi; 2 bagaimana akses terhadap kesehatan dasar; dan 3 bagaimana akses terhadap pendidikan dasar. Semakin jauh akses seseorang atas tiga kebutuhan dasar itu, dia pun termasuk dalam kategori miskin. Arah pembangunan pun difokuskan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut. 70 Orang miskin dapat ditandai sebagai golongan berpendapatan rendah di bawah standar internasional dari 2 U dollar per hari, setara Rp. 18.000 dengan kurs Rp. 9.000 per U dollar, berpendidikan rendah, kesehatan, terancam kurang gizi dan tidak sumber daya ekonomi yang minimal. Mereka baru bisa sekolah bila dapat beasiswa dan bisa berobat kalau ada subsidi. Orang miskin keterampilannya juga terbatas, karena tidak bisa bayar training, ikut seminar, dan tidak ada upaya untuk berubah, nantinya akan meninggalkan generasi penerus yang juga miskin. 71 Sementara, menurut data BPS hasil Susenas pada akhir tahun 1998, garis kemiskinan penduduk perkotaan ditetapkan sebesar Rp. 96.959 per kapita per bulan dan penduduk miskin perdesaan sebesar Rp. 72.780 per kapita per bulan. Dengan perhitungan uang tersebut dapat dibelanjakan untuk memenuhi konsumsi setara dengan 2.100 kalori per kapita per hari, ditambah dengan pemenuhan 69 Browsing dari http:kerangalam.word press. Com.20060829Menjinakkan Kemiskinan, Menggalakkan Ketidakmiskinanpada tanggal 7 Februari 2009 70 Browsing dari http:kerangalam.word press. com.20060829 pada tanggal 7 Februari 2009 71 Dr. Muhammad Syafi’i Antoni, M.Ec., Miskin Haram dalam Islam, Jakarta: Gold Comumnication , 2008, h. 12