Aspek-Aspek Religiusitas Dimensi-Dimensi Religiusitas

lepas dari realitas fisik dan menyatu dengan kekuatan transendental self is lost and transcended . Sementara itu dalam peristilahan bahasa Arab dan Qur’an, kata agama dapat searti dengan kata addin apabila kata itu berdiri sendiri. Akan tetapi apabila kata addin itu dirangkai dengan Allah atau dengan al-haq, maka menjadilah “dienullah” atau “dienulhaq”, yang berarti agama yang datang dari Allah atau suatu agama yang hak. Sebagaimana kita ketahui bahwa keberagamaan dalam Islam bukan hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual saja, tapi juga dalam aktivitas-aktivitas lainnya. Sebagai sistem yang menyeluruh, Islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh pula QS 2: 208; baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak, harus didasarkan pada prinsip penyerahan diri dan pengabdian secara total kepada Allah, kapan, dimana dan dalam keadaan bagaimanapun. Karena itu, hanya konsep yang mampu memberi penjelasan tentang kemenyeluruhan yang mampu memahami keberagamaan umat Islam. Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah suatu sistem keyakinan yang menghubungkan dan mengikat manusia dengan sesuatu diluar dirinya yang memiliki kekuatan yang lebih tinggi yang memiliki cinta kasih dan jaminan perlindungan yang bisa diperoleh dengan penyerahan diri dan pengabdian secara total.

2.3.2 Aspek-Aspek Religiusitas Dimensi-Dimensi Religiusitas

Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama tidak terjadi pada seseorang melakukan perilaku ritual beribadah saja, namun juga ketika melakukan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat oleh mata, tapi juga aktivitas yang tak tampak dan terjadi di dalam hati individu dalam Djamaludin Ancok, 1995. Menurtu Glock dan Stark 1996 mengemukakan bahwa ada lima dimensi keberagamaan yaitu : 1. Dimensi keyakian, dimensi ini berisikan pengharapan-pengharapan di mana orang yang religious berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu, mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan dimana para penganut diharapkan akan taat. Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan itu bervariasi, tidak hanya diantara agama-agama, tetapi seringkali juga diantara tradisi-tradisi dalam agama yang sama. 2. Dimensi praktek agama. Dimensi ini mencakup prilaku pemujaan, ketaatan, dan hal- hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktek-praktek keagamaan ini terdiri dari ritual dan ketaatan. 3. Dimensi pengalaman. Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama menganut pengharapan-pengharapan tertentu meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subyektif dan langsung mengenai kanyataan terakhir bahwa ia akan mencapai siuatu keadaan kontak dengan perantara supernatural. Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan masyarakat yang melihat adanya komunikasi walaupun kecil denga duatu esensi ketuhanan, yakni dengan Tuhan, dengan kenyataan terakhir atau dengan transcendental. 4. Dimensi pengetahuan agama. Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang- orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan dasar- dasar keyakinan adalah syarat bagi penerimaannya. Walaupun demikian kenyataan tidak perlu diikuti oleh syarat pengetahuan agama idak selalu bersandar pada keyakinan. 5. Dimensi konsekuensi. Konsekuensi komitemen agama berlainan dari keempat dimensi yang sudah dibicarakan di atas. Dimensi ini mengacu kepada identifiakasi akibat keyakinan keagamaan, praktek, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Walaupun agama banyak menggariskan bagaimana pemeluknya seharusnya berfikir dan bertinfak dalam kehidupan sehari-hari tidak sepenuhnya jelas sebatas mana konsekuensi-konsekuensi agama merupakan bagian dari komitmen keagamaan. Sedangakan dalam Islam, aspek-aspek tersebut sejajar dengan aspek aqidah, syariat dan akhla. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Endang Saifuddin Anshari 1980, mengungkapkan bahwa pada dasarnya Islam dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : 1. Aspek keyakinan atau aqidah Islam, menunjukkan kepada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya terutama yang bersifat fundamental dan dogmatic. Dalam keberislaman, isi aspek keimanan menyangkut keprcayaan tentang Allah, Para Malaikat, NabiRasul, Kitab Allah, Surga dan Neraka sera Qadha dan Qadhar. 2. Aspek peribadatan praktek agama atau syariah, menunjukkan pada seberapa patuh tingkat kepatuhan muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana diperintahkan dan dianjurkan oleh agamanya. Dalam seberislaman, aspek peribadatan menyangkut pelaksanaan shalat, puasa, zakat, haji, membaca AL-Qur’an, ibadah Qurban, I’tikaf di masjid pada bulan puasa dan sebagainya. 3. Aspek pengalaman atau akhlak,menunjukkan pada seberapa tingkatan muslikm berperilaku dimotivsi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu bagaiman individu berelasi dengan dunianya, terurama dengan muslim. Dalam keberislaman, aspek ini meliputi suka menolong, bekerjasama, berderma, menyejahterakan dan menumbuhkembangkan orang lain, menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup, menjaga amanat, tidak mencuri, tidak korupsi, tidak menipu, tidak berjudi, tidak meminum-minuman keras, mematuhi norma-norma Islam dalam perilaku sekusual, berjuang untuk hidupn sukses menurut islam, dan sebagainya Dr. Djamaludin Ancok, 1994.

2.3.3 Religiusitas dalam melahirkan