mual, muntah, pening dan sebagainya yang merupakan gejala hamil muda. Pada keadaan yang agak berat, ada penolakan terhadap kehamilan dan mencoba untuk
menggugurkan, pada kasus yang lebih parah mencoba untuk bunuh diri. Manifestasi lain yaitu wanita hamil muda meminta makanan yang aneh-aneh yang selam ini tidak
disukainya. b.
Triwulan II 12-28 minggu
Ibu yang menganggap kehamilan sebagai suatu identifikasi abstrak, kini mulai menyadari kenyataan menjadi identifikasi nyata. Mulailah dia menyesuaikan diri
dengan menghadapi kenyataan : perut tambah besar, terasa gerakan janin, teman- teman menyatakan selamat, dan dokter telah mendengar suara jantung janin. Wanita
bijaksana mulai mempersiapkan kebutuhan kedatangan bayi. c.
Triwulan III 28-40 minggu
Timbul gejolak baru menghadapi persalinan dan perasaan tanggung jawab sebagai ibu pada pengurusan bayi yang akan dilahirkan.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kehamilan merupakan salah satu periode krisis dalam kehidupan seorang wanita sehingga menimbulkan perubahan drastis, bukan
hanya fisik tetapi juga psikologis.
2.1.5 Faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan melahirkan
Menurut Zenden, dkk 1985 ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan kelahiran bayi, diantaranya :
a. Status pernikahan dapat mempengaruhi perasaan cemas dan takut selama kehamilan.
Karena kehamilan yang terjadi sebelum menikah akan menimbulkan perasaan bersalah atau panik karena janin yang ada dalam rahimnya belum dikehendaki oleh kedua
pasangan tersebut. b.
Status sosial ekonomi. Seorang perempuan hamil yang status sosialnya sudah mapan tidak akan mudah merasa cemas, khawatir, atau takut dalam memelihara bayi yang akan
dilahikan nanti. Sebaliknya, mereka yang status social ekonominya lemah belum mapan, mudah meraswa khawatir atau takut dalam memelihara bayinya nanti.
c. Tingkat pengetahuan tentang kehamilan maupun proses kelahiran bayi kemungkinan
dapat membantunya dalam menghadapi kelahiran bayinya. d.
Dukungan sosial keluarga yang ditunjukkan memberikan efek yang bermanfaat pada kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil.
e. Ikhlas dan tawakkan kepada Allah SWT dapat menghilangkan rasa cemas akan nasib ibu
dan janin. Kegelisahan dan kecemasan yang dialami oleh ibu hamil menurut Kartini Kartono
1992 disebabkan karena beberapa hal:
Takut mati
Sekalipun peristiwa kelahiran adalah fenomena fisiologis yang normal. Tetapi peristiwa ini tidak kalis dari resiko-resiko dan bahaya kematian, baik kematian ibu ataupun kematian bayi
yang akan dilahirkan. Bahkan pada proses kelahiran yang normal sekalipun, peristiwa ini gtak
luput dari rasa sakit dan pendarahan. Peristiwa inilah yang menyebabkan seorang ibu yang hamil mengalami ketakutan dan kecemasan, khususnya takut mati.
Trauma kelahiran
Berkaitan dengan perasaan takut mati yang ada pada wanita pada saat melahirkan bayinya, adapula ketakutan lahir takut dilahirkan kedunia ini pada anak bayi yang kita kenal sebagai
trauma kelahiran. Trauma kelahiran ini berupa ketakutan akan berpisahnya bayi dari rahim ibunya, yaitu merupakan ketakutan “hipotesis” untuk dilahirkan didunia dan takut berpisah
dari ibunya. Ketakutan berpisah ini adakalanya menghinggapi seorang ibu yang merasa amat takut kalau-kalau bayinya akan terpisah dengan dirinya. Seolah-olah ibu tersebut menjadi
tidak mampu menjamin keselamatan bayinya, setelah bayi tersebut ada diluar rahimnya. Trauma genita tadi tampak dalam bentuk ketakutan untuk melahirkan bayinya.
Perasaan bersalah atau berdosa
Sebab lain yang menimbulkan ketakutan akan kematian proses melahirkan bayinya adalah perasaan bersalah atau berdosa terhadapo ibunya. Dalam semua aktifitas reproduksinya,
wanita banyak melakukan identifikasi terhadap ibunya. Jika identifikasi ini menjadi salah bentuk, maka akan banyak mengembangkan mekanisme rasa-rasa bersalah dan rasan berdosa
terhadap ibunya. Maka peristiwa tadi membuat dirinya menjadi tidak mampu berfungsi sebagai ibu yang bahagia, sebab selalu saja dibebani atau dikejar-kejar rasa berdosa
Ketakutan rill
Ketakutan rill atau konkret yang menjadikan ibu hamil takut melahirkan bayinya misalnya:
- Takut kalau bayinya lahir cacat
- Takut bayi bernasib buruk diakibatkan oleh dosa-dosa ibunya dimasa silam
- Takut beban hidup semakin berat karena kelahiran anggota keluarga baru
- Munculnya elemen ketakutan yang sangat mendalam dan tidak disadari, kalau ia akan
dipisahkan dari bayinhya -
Takut kehilangan bayinya yang sering muncul sejak masa kehamilan sampai waktu melahirkan bayinya yang diperkuat oleh rasa berdosa atau bersalah..
2.1.6 Gejala-gejala kecemasan melahirkan