1 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah penyalahgunaan NAZA Narkoba, Alkohol dan Zat Adiktif adalah merupakan masalah yang tak pernah habis untuk dibicarakan.
Tata nilai di dalam masyarakat akhirnya telah menjadi longgar di mana permisivisme
keserbabolehan menjadi nilai yang dianut oleh setiap anggota masyarakat. Begitu pula dalam memandang masalah NAZA dengan segala hal yang
berkaitan dengannya manusia cenderung bahkan mendukung terhadap eksploitasi NAZA itu sendiri tanpa memandang tata moral yang ada.
Masalah penyalahgunaan NAZA akhir-akhir ini dapat menjadi bukti bagi timbul suatu kejahatan, pemakai narkoba meningkat, serta tumbuh di mana-mana. Itu
sudah merupakan hal biasa di masyarakat, dengan kata lain penyalahgunaan NAZA dewasa ini telah banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat, sudah sedemikian
mewabah dalam keadaan yang kronis meskipun dari berbagai pihak telah berupaya memberantas pola prilaku penyalahgunaan yang menyimpang itu. Namun ternyata
penyalahgunaan NAZA semakin menjalar. Kebejatan pola perilaku manusia dewasa ini sangat dilematis bahkan di
Amerika dan negara Eropa lain di dunia sejak beberapa tahun terakhir ini memperlihatkan kegilaan yang memuncak dalam hal yang berhubungan dengan
1 10
NAZA. Baik dalam gaya hidup, pergaulan, media-media dan dalam segi kehidupan yang lainnya sampai akhirnya NAZA merupakan kepuasan hidup bagi
kebanyakan orang yang mengkonsumsinya. Penggunaan NAZA sudah tidak lagi dipakai untuk metode pengobatan tetapi
sudah melebar ke berbagai bidang yang dilengkapi oleh seni, sarana dan promosi seakan-akan NAZA merupakan makanan yang beraneka ragam yang disajikan pada
hidangan yang berbeda-beda serta dilengkapi dengan rangsangan yang menggiurkan. Makanan ini tidak perlu dicicipi atau diramu di samping ia juga bebas dari norma
kemasyarakatan. Penyalahgunaan NAZA yang mengerikan ini sudah berlangsung sejak beberapa tahun, ia adalah hasil kondisi, keyakinan, keinginan dan pemikiran
moral tertentu. Fenomena ini bukan muncul begitu saja tetapi merupakan hasil yang dipetik dari kenyataan.
Akan tetapi, pendapat materialisme menganggap bahwa NAZA hanya kebutuhan biologis yang tidak ada hubungannya dengan moral, seperti halnya mereka
menganggap politik hanya politik semata yang tidak ada juga hubungannya dengan moral. Di mana norma agama, moral serta nilai-nilai masyarakat dan adat kebiasaan
adalah aturan-aturan palsu yang menghancurkan semangat manusia dan merupakan penindasan yang tanpa alasan. Maka mulailah bergeser pemahaman moral dan agama
di kalangan masyarakat di mana penyalahgunaan NAZA dianggap hal yang wajar dan tidak ada sanksi apa pun.
11
Hal tersebut di atas seolah-olah menjadi trend bahkan kebiasan masyarakat Bogor Utara terutama di wilayah Kedung Halang, Warung Jambu, Pangkalan Raya.
Demikian NAZA marak di beberapa daerah tersebut sehingga sudah bisa dikategorikan sebagai daerah yang rentan akan NAZA disinyalir karena banyak
tempat-tempat wisata, tempat-tempat hiburan malam, karaoke dan lain-lain. Dapat dilihat bahwa penyalah gunaan NAZA khususnya di beberapa daerah
di Bogor Utara sudah masuk keberbagai lapisan masyarakat mulai dari orang dewasa, remaja bahkan anak dibawah umur. Seperti contoh di daerah Kedung Halang belum
lama ini ada dua orang pemuda dan satu orang anak di bawah umur disinyalir meninggal dunia karena sebab penyalahgunaan NAZA yang berlebihan karena
disebabkan overdosis. Data ini diperoleh dari Surat Keterangan Kematian yang dikeluarkan oleh
pihak RS. PMI Bogor, dari RT. setempat dan dari Polsekta Bogor Utara. Yang semuanya positif menyatakan bahwa tiga korban tersebut semuanya meninggal dunia
disebabkan penyalahgunaan NAZA. Adapun sikap orang Bogor terhadap masalah NAZA terutama kawula
mudanya ada sebagian yang peduli namun lebih banyak yang mempunyai sikap individualistis
atau mementingkan diri sendiri serta tidak mau peduli dengan keadaan lingkungan sekitarnya.
12
Sedangkan yang membuat istimewa atau menarik bagi penulis, ingin meneliti sudah sejauh mana tindakan preventif yang dilakukan oleh anggota
masyarakat terutama pihak yang berwenang dalam hal ini yaitu kepolisian. Ada satu pertanyaan besar mengapa NAZA bisa masuk dan merajalela sedangkan di wilayah
Bogor Utara sendiri masih banyak tempat-tempat yang dianggap sebagai contoh atau panutan yang baik seperti pesantren-pesantren, sekolah-sekolah Islam, madrasah-
madrasah, dan sebagainya.
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah