Pe r a dila n Aga m a di I n don e sia

m engedepankan rasa perdam aian dan persaudaraan diant ara sesam a. Sedangkan yuridiksi w ew enang Badan Arbit rase Syariah Nasional BASYARNAS m eliput i: 36 a. Penyelesaian sengket a yang t im bul dalam hubungan perdagangan, indust ri, keuangan, j asa dan lain- lain dim ana para pihak sepakat secara t ert ulis unt uk m enyerahkan penyelesaiannya kepada BASYARNAS sesuai prosedur perat uran BASYARNAS. b. Mem berikan suat u pendapat yang m engikat t anpa adanya suat u sengket a m engenai suat u persoalan berkenaan dengan perj anj ian perm int aan para pihak. Apabila jalur arbitrase tidak dapat menyelesaian perselisihan, maka lembaga peradilan adalah jalan terakhir sebagai pemutus perkara tersebut. Hakim harus memperhatikan rujukan yang berasal dari arbiter yang sebelumnya telah menangani kasus tersebut sebagai bahan pertimbangan dan untuk menghindari lamanya proses penyelesaian.

C. Pe r a dila n Aga m a di I n don e sia

36 Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait, BAMUI, TAKAFUL dan Pasar Modal Syariah di Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004. Hal 168-169 Keraj aan I slam yang paling pent ing di pulau Jawa adalah Dem ak yang kem udian digant i dengan Mat aram Cirebon dan Bant en. Di I ndonesia Tim ur yang paling pent ing adalah Goa di Sulaw esi Selat an dan Ternat e yang pengaruhnya m eluas hingga kepulauan Filipina. Di Sum at era yang paling pent ing adalah Aceh yang w ilayahnya m eliput i w ilayah m elayu. Unt uk perkem bangan Peradilan Agam a di m asa keraj aan Mat aram 1613- 1645 diperint ah oleh Sult an Agung pada saat it u sebelum pengaruh I slam m asuk ke sist em peradilan yang berkem bang sebelum nya adalah aj aran Hindu yang m em pengaruhi sist em peradilan, ket ika it u perkara dibagi m enj adi dua bagian: perkara yang m enj adi urusan raj a perkaranya disebut perdat a dan perkara yang bukan urusan pengadilan raj a perkara disebut padu . Bila diperhat ikan dari segi m at eri hukum nya dapat diduga bahw a hukum perdat a bersum ber dari aj aran Hindu, sem ent ara hukum padu bersum ber pada hukum adat . 37 Ket ika I bnu Bat t ut ah singgah di Sam udera Pasai Aceh dekat Lhok Sum aw e sekarang , pada t ahun 1345 M, ia m engagum i 37 Abdul Hakim, Peradilan Agama dalam Politik Hukum di Indonesia “Dari Otoriter Konsep Menuju Konfigurasi Demokrasi responsif”, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Hal 38-39 perkem bangan I slam di negeri it u. I a m engagum i kem am puan Sult an al- Malik al- Zahir berdiskusi t ent ang berbagai m asalah I slam dan ilm u fiqih. Menurut pengem bara arab m uslim Maroko it u, selain sebagai seorang raj a, al- Malik al- Zahir yang m enj adi Sult an Pasai ket ika it u adalah j uga seorang fuqaha yang m ahir t ent ang hukum I slam , yang dianut di keraj aan Pasai pada w akt u it u adalah hukum m azhab Syafi’i ke keraj aan- keraj aan I slam lainnya di I ndonesia bahkan set elah keraj aan I slam Malaka berdiri 1400- 1500 M para ahli hukum I slam Malaka dat ang ke Sam udera Pasai unt uk m em int a kat a put us berbagai m asalah hukum yang m ereka j um pai dalam m asyarakat . Dalam proses I slam isasi ke kepulauan I ndonesia yang dilakukan para saudagar m elalui perdagangan dan perkaw inan, peranan hukum I slam adalah besar, ket ika saudagar m uslim hendak m enikah dengan seorang w anit a set em pat m isalnya w anit a it u diislam kan t erlebih dahulu dan pernikahannya kem udian dilangsungkan m enurut ket ent uan hukum I slam , keluarga yang t um buh dari perkaw inana ini m engat ur hubungan ant ar anggot a- anggot anya dengan kaidah- kaidah hukum I slam at au kaidah- kaidah lam a yang disesuaikan dengan kaidah I slam . 38 Dari beberapa cont oh dan uraian singkat t ersebut dapat lah dit arik sebuah kesim pulan bahwa sebelum Belanda m engalihkan kekuasaanya di I ndonesia, hukum I slam sebagai hukum yang berdiri sendiri t elah ada dalam m asyarakat . Tum buh dan berkem bang disam ping kebiasaan at au adat penduduk yang m endiam i kepulauan nusant ara ini. Menurut Soebardi 1978 t erdapat bukt i- bukt i yang m enunj ukan bahw a I slam berakar dalam kesadaran penduduk kepulauan nusant ara dan m em punyai pengaruh yang bersifat norm at if dalam kebudayaan I ndonesia. Pengaruh ini m enurut De Josselin De Joy dalam Kusum adi 1960 m erupakan penet rat ion pasifigne, t olerant e et const uct ive penet rasi secara dam ai, t oleran dan bersifat m em bangun . 39 Sikap polit ik pem erint ah Hindia Belanda t erhadap Peradilan Agam a yang sem ula t idak akan m elakukan gangguan sert a t et ap m em biarkan orang Jaw a m em ut uskan sepert i dalam inst ruksi bulan 38 Prof. H. Muhammad Daud Ali, SH, Hukum Islam dan Peradilan Agama Kumpulan Tulisan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Hal 190 39 Ibid, hal 192 Sept em ber 1808 M, t ernyat a lebih j auh m enj adi m engat ur dan m em perluas pengat uran t ersebut di pulau Jaw a. Hal ini dapat dilihat dengan keluarnya st aat sblad nom or 22 t ahun 1820. Dalam pasal 13 st aat blad ini disebut kan bahw a Bupat i w aj ib m em perhat ikan soal- soal agam a I slam dan unt uk m enj aga para pendet a dapat m enj alankan t ugas m ereka sesuai dengan adat kebiasaan orang Jaw a sepert i dalam perkaw inan, pem bagian pusaka dan sej enis it u. 40 Tet api pada t ahun 1882 dikeluarkan penerapan raj a Belanda yang dim uat dalam st aat sblad 1882 nom or 152 yang m engat ur bahw a Peradilan Agam a di I ndonesia unt uk pulau Jaw a dan Madura dilaksanakan di Peradilan Agam a yang dinam akan priest errad at au Maj lis Pendet a. Menurut Not osusant o 1963: 6 penam aan t ersebut sebenarnya keliru, oleh karena dalam agam a I slam t idak dikenal pranat a kependet aan at au padri. Kekeliruan it u dikecam oleh Snouch Hurgronj ec 1973; 12 yang m enyat akan bahwa hal it u sebagai akibat kedangkalan penget ahuan pem erint ah. 40 Peradilan Agama di Indonesia, Sejarah Perkembangan Lembaga dan Proses Pembentukan Undang-undangnya, Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktorat Badan Peradilan Agama Islam , Jakarta 2001, hal 8 Dengan adanya ket et apan t ersebut , t erdapat perubahan yang cukup pent ing yait u: 1 Reorganisasi ini sebenarnya m em bent uk Peradilan Agam a yang baru disam ping landraad dengan w ilayah hukum yang sam a, yait u rat a- rat a seluas w ilayah kabupat en. 2 Peradilan it u m enet apkan perkara- perkara yang dipandang m asuk dalam lingkungan kekuasaannya. Menurut Not o Susant o 1963: 7 perkara- perkara it u um um nya m eliput i perkaw inan, segala j enis perceraian, m ahar, nafkah, keabsahan anak, perw alian, kew arisan, hibah, w akaf, shadaqah, dan bait ul m aal, yang sem uanya erat dengan agam a I slam . Pengadilan Agam a t idak m em iliki daya paksa. Oleh karena it u apabila salah sat u pihak yang berperkara t idak m au t unduk at as keput usan t ersebut , m aka keput usan it u baru dapat dij alankan dengan t erlebih dahulu diberi kekuat an oleh ket ua Landroad sekarang pengadilan negeri . Seringkali ket ua Landroad t idak bersedia m em beri kekuat an at as keput usan Pengadilan Agam a at au m em buat t erj adinya pert ent angan it u adalah sum ber hukum yang digunakan oleh kedua pengadilan it u. Pengadilan Agam a m endapat kan keput usannya kepada hukum I slam , sedangkan Landroad m endasarkan keput usannya kepada hukum adat . 41 Polit ik hukum adat yang dasarnya revolusioner, benar- benar t elah m engacaukan perkem bangan perubahan- perubahan sosial dan polit ik. Apapun gagasan para perum usnya, nam un int i polit ik it u adalah unt uk m endesak I slam kem bali, m engham bat kem aj uannya dan secara rom ant is m em pert ahankan kem urnian m asyarakat adat yang j ust ru adat ist iadat it u hanya akan m engisolir m ereka sat u dengan yang lain. Banyak pem im pin- pem im pin I ndonesia yang berpendapat bahw a adat recht polit ick hanya m enyuburkan t akt ik devide- et im pera dari pem erint ahan kolonial, bagi kebanyakan rakyat pedesaan m aupun kot a, hal ini t idak banyak m em baw a perubahan. Rakyat m asih t erus m em int a bant uan kepada Pengadilan Agam a dalam perkara penyelesaian w arisan nenek m oyang, nam un secara polit is pihak I slam harus m enerim a kekalahan, yang sukar unt uk direbut kem bali di kem udian hari. 42 41 Drs. Cik Hasan Basri. Ms, Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta: PT. Rajawali Press, 2003. Hal 110-111 42 Daniel S. Lev, Peradilan Agama Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Intermasa, 1987. Hal 46 Sebagian karena pert ent angan ideologi, para pem im pin I slam t idak dapat m em berikan j alan keluar yang lebih baik, m ereka yang sebenarnya ingin m elepaskan diri dari lingkungan adat . Maka gerakan unt uk kem bali kepada kem urnian Al- Quran dan Hadist dikalangan para reform is dipaksa berhent i t anpa dapat m engam bil langkah- langkah unt uk m encari nilai- nilai baru bagi agam a dalam dunia yang m odern ini. Tulisan- t ulisan para int elekt ual I slam pada t ahun 1930- an m enggam barkan problem at ika ini dan sej ak it u m ereka m enyadari akan pengaruh ket at alam pem ikiran t radisional dalam I slam . 43 Sem ent ara it u lem baga- lem baga agam a ini, t elah m engalam i perubahan yang berart i, sebagian besar akibat polit ik kolonial at au kadang- kadang oleh pergerakan polit ik I slam baru sendiri, yang oleh para pem im pinnya t erut am a kalangan m odernisasi perkem bangan it u sering dianggap rem eh. Gerak kearah ekonom i Pengadilan Agam a w alaupun t erbat as t elah disebut dim uka. Beberapa inovasi yang t erj adi di Jaw a nam pak diperluas kepulau- pulau lain. Pengadilan Kodi di Kalim ant an biasa di sebut Kerapat an Kodi t elah diorganisir dan dibent uk pengadilan bandingannya. 43 Ibid, hal. 46-47 Andaikat a ada w akt u yang cukup, perubahan- perubahan sem acam it u m ungkin sudah dilaksanakan di t em pat - t em pat lain di luar Jaw a. Di luar Jaw a sendiri para pej abat agam a m encurigai Mahkam ah I slam Tinggi yang baru it u karena dianggap sebagai im balan at as pencabut an w ew enang m ereka t erhadap waris. Oleh karena para hakim agam a pada dasarnya kurang percaya akan perubahan baru yang dilakukan oleh Gubernem en dan khaw at ir akan lebih banyak dilakukan pengaw asan m elalaui Mahkam ah I slam Tinggi, m aka m ereka pernah m em bent uk pengadilan bandingan sendiri nam un akhirnya kedudukan Mahkam ah I slam Tinggi dit erim a j uga. Perubahan- perubahan di dalam Peradilan Agam a t ernyat a berj alan t erus set elah penj aj ahan di t ut up, sedang aliran yang m ereka w akili t erus berlangsung di baw ah t ekanan dan pem bat asan yang sam a. Nam un sit uasi polit iknya t elah berubah dengan akibat dan konsekuensi yang panj ang pula. 44 Set elah I ndonesia m erdeka t anggal 17 Agust us 1945 at as usul Ment eri Agam a yang direst ui Ment eri Kehakim an, pem erint ah m enet apkan bahw a Pengadilan Agam a diserahkan dari kekuasaan 44 Ibid, hal. 47-48 kem ent rian kehakim an kepada kem ent rian agam a dengan ket et apan pem erint ah nom or 5 t anggal 25 Maret 1946. Sebelum m erdeka pegaw ai pengadilan Agam a m endapat gaj i pada m asa kolonial Belanda t et api ket ika it u gaj i t ersebut diberikan bukan at as nam a sebagai pengadilan Agam a t et api m enerim a gaj i sebagai I slam i Tiseh Adviseur pada Landraad. Dan pada akhirnya kew enangan m engangkat penghulu landraad, penghulu, anggot a raad agam a dan pej abat lain yang dahulu pada residen dan bupat i diserahkan pula kepada Ment eri Agam a dan m aklum at pem erint ah nom or 11 t anggal 23 April 1946. ini berart i kewenangan t auliyah pada hakim qadhi dalam pelaksanaan syariat I slam yang dahulu dit angan penguasa kafir Belanda dan Jepang kini kem bali berada dit angan bangsa I ndonesia sendiri . Sej alan dengan pasal 2 at uran peralihan Undang- undang Dasar Negara RI 1945, dasar dan wewenang kekuasaan Peradilan Agam a m asih t et ap berlaku sebagaim ana sebelum proklam asi, baik di pulau Jaw a, Madura, Kalim ant an Selat an m aupun di daerah- daerah lain. Selam a revolusi fisik pada um um nya t idak ada perubahan t ent ang dasar perat uran Peradilan Agam a secara prinsipal, selain usaha- usaha pelest arian Peradilan Agam a it u sendiri. Selam a revolusi fisik yang pat ut di cerm at i adalah: Pert am a: Keluarnya UU No. 22 t ahun 1946 t ent ang pencat at an nikah, t alak, dan ruj uk, pada t anggal 22 Novem ber 1946 di Linggar Jat i Cirebon oleh Presiden RI det et apkan UU No. 22 t ahun 1946 t ent ang penyat uan pencat at an nikah, t alak, dan ruj uk m enggant ikan ordinasi- ordinasi perkaw inan yang sebelum nya. I ni m erupakan Undang- undang pert am a dalam sej arah kem erdekaan yang j elas m enyangkut pelaksanaan syariat I slam , sekalipun belum m em asuki m at eri hukum perkaw inannya sendiri. Kedua: Keluarnya UU No. 19 t ahun 1948 yang pernah dinyat akan berlaku isinya ant ara lain dihapusnya susunan Peradilan Agam a yang t elah ada selam a ini, t et api m at eri hukum yang m enj adi w ew enangnya dit am pung dan dim asukan di Pengadilan Negeri yang secara ist im ewa diput us oleh dua orang hakim ahli agam a disam ping hakim yang beragam a I slam sebagai ket ua. Kew eangan Pengadilan Agam a dim asukan dalam Pengadilan Um um secara ist im ew a yang diat ur dalam pasal 35 ayat 2 , Pasal 75 dan Pasal 33. Undang- undang ini m erupakan at uran yang pent ing t ent ang peradilan dalam m asa pem erint ahan RI Yogyakart a. Undang- undang ini berm aksud m engat ur m engenai peradilan dan sekaligus m encabut sert a m enyem purnakan isi UU No. 70 t ahun 1947 t ent ang susunan dan kekuasaan Mahkam ah Agung dan Kej aksaan yang m ulai berlaku pada t anggal 3 Maret 1947. sehubungan dengan lingkungan peradilan, undang- undang ini m enet apkan t iga lingkungan peradilan yaiu peradilan um um , peradilan t at a usaha negara, dan peradilan ket ent aram an. 45 Pada t ahun 1970, pem erint ah lebih m em pert egas keberadaan Peradilan Agam a dengan dikeluarkannya UU No. 14 t ahun 1970 t ent ang ket ent uan- ket ent uan pokok kekuasaan kehakim an dalam pasal 10 disebut kan : ada em pat lingkungan peradilan di I ndonesia yait u Peradilan Um um , Peradilan Agam a, Peradilan Milit er dan Peradilan Tat a Usaha Negara. Seluruh peradilan t ersebut disej aj arkan posisinya secara hukum dan berinduk kepada Mahkam ah Agung. 45 Kamarusdiana, S.Ag. MH, Diktat mata Kuliah Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003-2004. Hal 65-66 D . D a sa r H u k u m da n W e w e n a n g Pe r a dila n Aga m a di I n don e sia Adapun yang m enj adi kom pet ensi Peradilan Agam a dapat kit a lihat dalam Undang- Undang No. 7 Tahun 1989 Tent ang Peradilan Agam a yang dalam pasal 49- nya m enyebut kan bahw a : “ Pengadilan Agam a bert ugas dan berw enang m em eriksa, m em ut us, dan m enyelesaikan perkara- perkara dit ingkat pert am a ant ara orang- orang yang beragam a I slam di bidang : a. Perkaw inan b. Kew arisan, Wasiat , dan Hibah yang dilakukan berdasarkan hukum I slam c. Waqaf dan Shadaqah” 46 Berdasarkan ket ent uan pasal 50 Undang- Undang No. 8 ahun 2004 t ent ang perubahan at as Undang- Undang No. 2 Tahun 1986 Tent ang Peradilan Um um , disebut kan bahw a : “ Pengadilan Negeri bert ugas dan berw enang m em eriksa, m em ut us dan m enyelesaikan perkara pidana dan perkara perdat a di t ingkat pert am a” 46 Abdul Ghofur Anshori, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia, Yogyakarta: PT. Citra Media, 2006. Hal 144 Undang- Undang Peradilan Agam a t ahun 1989 ini t elah m engalam i perubahan pada t ahun 2006, yait u dengan lahirnya Undang- Undang No. 3 Tahun 2006. Terkait dengan kom pet ensi Peradilan Agam a yang t ert uang dalam ket ent uan pasal 49 m engalam i perluasan. Adapun perluasan kew enangan dari Pengadilan Agam a t ert uang dalam pasal 49 huruf i, yait u berupa kew enangan m enyelesaikan sengket a di bidang Ekonom i Syariah. Yang dim aksud dengan Ekonom i Syariah m enurut penj elasan pasal 49 huruf i Undang- Undang No. 3 Tahun 2006 adalah perbuat an at au kegiat an usaha yang dilaksanakan m enurut prinsip syariah, m eliput i : Bank Syariah, Asuransi Syariah, Reasuransi Syariah, Reksa dana Syariah, Obligasi Syariah dan Surat berharga berj angka m enengah Syariah, Sekurit as Syariah, Pem biayaan Syariah, Pegadaian Syariah, Dana Pensiun Lem baga Keuangan Syariah, Bisnis Syariah, dan Lem baga Keuangan Mikro Syariah. 47 Melihat kepada kew enangan Peradilan Agam a dan Peradilan Um um di at as, kew enangan Peradilan Agam a berdasarkan Undang- Undang No. 3 Tahun 2006 Tent ang Perubahan At as Undang- Undang No. 7 Tahun 1989 Tent ang Peradilan Agam a m em punyai 47 Ibid. kom pet ensi at au kew enangan unt uk m enerim a, m em eriksa, dan m em ut us sengket a dibidang Ekonom i Syariah. E. An a lisa Te n t a n g D a sa r H u k u m BASYARN AS da n Pe r a dila n Aga m a di I n don e sia Selam a ini, sebelum am andem en UU Peradilan Agam a, m em ang ada lem baga yang m enangani sengket a perekonom ian syariah, yakni Badan Arbit rase Syariah Nasional BASYARNAS . Kasus sengket a dit angani oleh Badan Arbit rase Syariah Nasioal BASYARNAS , sesuai dengan akad di lem baga keuangan syariah. Nasabah dan lem baga perbankan secara ” t erpaksa” harus m em ilih lem baga Basyarnas unt uk m enyelesaikannya. Set iap draft kont rak syariah t elah m em uat klausul Basyarnas. Keharusan ke Basyarnas karena belum dikeluarkannya Undang- Undang No. 3 Tahun 2006. Tet api set elah keluarnya Undang- Undang t ersebut , harus dibuka peluang seluas- luasnya kepada Pengadilan Agam a unt uk m engadilinya, sehingga t idak m enj adi m onopoli Basyarnas. Selain it u, sering pula dit em ukan redaksi akad yang m em buka dualism e hukum yang sangat m enyesat kan. Banyak bank- bank yang syariah yang m enyebut kan dalam akadnya, bahwa j ika t erj adi perselisihan akan diselesaikan oleh lem baga arbit rase syariah at au Pengadilan Negeri. Hal ini m enyesat kan, karena j ika para pihak sudah m enent ukan dan m em ilih lem baga arbit rase, m aka sudah t ert ut up peluang kepada Pengadilan Negeri. Pilihan t ersebut harus t egas, apakah arbit rase at au pengadilan Negeri. Jika para pihak m em ilih pengadilan Negeri, hal inipun t idak t epat , t idak relevan dan j elas t idak sesuai syariah. Dengan keluarnya Undang- Undang No. 3 Tahun 2006, kasus sengket a ekonom i syariah harus diselesaikan di Pengadilan Agam a, kecuali para pihak sepakat diselesaikan m elalui lem baga arbit rase. Sat u hal lagi yang m enj adi cat at an pent ing adalah m asalah eksekusi. Selam a ini eksekusi keput usan arbit rase dilakukan oleh Pengadilan Negeri, bukan Pengadilan Agam a Syariah . Ket ent uan ini sesuai dengan Undang- Undang Arbit rase No 30 Tahun 1999. Realit a ini seharusnya diubah, pasca keluarnya Undang- Undang No. 3 Tahun 2006. Dengan kat a lain, Undang- Undang arbit rase harus diam andem en. Lahirnya Undang- Undang No. 3 Tahun 2006 ini j uga m em baw a im plikasi besar bagi seluruh redaksi akad di lem baga perbankan dan keuangan syariah saat ini. Selam a ini dalam set iap akad di lem baga ekonom i syariah t ercant um sebuah klausul yang berbunyi, “ Jika salah sat u pihak t idak m enunaikan kew aj ibannya at au j ika t erj adi perselisihan di ant ara pihak- pihak t erkait , m aka penyelesaiannya dilakukan m elalui Badan Arbit rase Syariah set elah t idak t ercapai kesepakat an m elalui m usyaw arah. Dengan am andem en ini m aka klausul t ersebut seharusnya dihapuskan dan seluruh form at t ransaksi di bank dan lem baga keuangan syariah harus diubah. Klausul t ersebut j uga t erdapat pada Perat uran Bank I ndonesia saat ini dan seluruh fat w a DSN MUI . Dalam fat w a DSN MUI dan PBI disebut kan, bahw a penyelesaian sengket a diselesaikan oleh Badan Arbit rase Syariah. Maka dengan am andem en ini, bunyi redaksi DSN MUI dan PBI yang m enyebut kan peranan Badan Arbit rase seharusnya dihapus, karena t elah ada Pengadilan Agam a yang berw enang m engadilinya. Nam un dem ikian, Badan Arbit rase t idak sert a kehilangan peran, sebab j ika para pihak m em ilih badan ini m enyelesaikan kasusnya, m aka hal it u dibenarkan. Pencant um an lem baga at bit rase syariah di fat wa DSN dan PBI unt uk m enyelesaikan sengket a syariah dapat dim aklum i, karena selam a ini belum ada Undang- Undang No. 3 Tahun 2006. Tet api, set elah Undang- Undang No. 3 Tahun 2006 lahir, m aka lem baga yang m enyelesaikan kasus sengket a syariah t idak lagi m onopoli arbit rase. Kecuali para pihak sej ak aw al m em ang sepakat m em ilih Badan Abit rase. Klausul keharusan penyelesaian sengket a m elalui lem baga arbit rase adalah sebuah kesalahan fat al. Sam a fat alnya, j ika set iap t ransaksi bisnis non syariah harus diselesaikan m elalui lem baga arbit rase konvensional yang disebut BANI , bukan Pengadilan Um um . Silakan lihat bunyi klausul kont rak bisnis konvensonal, apakah sem uanya ada klausul diselesaikan lem baga Arbit rase,? Dan t ert ut up bagi pengadilan?. Jaw abannya j elas t idak. Karena it u, hal yang sam a harus dit erapkan j uga di dalam bunyi kont rak syariah Am andem en ini m em ang dirasakan sangat pent ing, m engingat perkem bangan lem baga keuangan syariah bergerak cepat , sepert i perbankan syariah, asuransi syariah, pasar m odal syariah, lem baga keuangan m iro syariah BMT , pergadaian syariah, dan sebagainya. Mem ang, sej ak UU No. 3 2006 disahkan, seharusnya m asalah sengket a perbankan syariah bakal m enem ui t it ik t erang. Undang- Undang it u m enegaskan bahw a sem ua sengket a ekonom i syariah diselesaikan di Pengadilan Agam a. Masalahnya, dari segi sum ber daya m anusianya m asih banyak m enuai m asalah. Dat a I AI E m enyebut kan, dari 2.000- an hakim Pengadilan Agam a, hanya 500 yang diperkirakan m em enuhi st andar. Nam un secara yuridis, badan Peradilan Agam a t elah m em punyai kew enangan m em eriksa, m engadili dan m em ut us perkara sengket a ekonom i syariah yang m eliput i ant ara lain bank syariah berdasarkan Undang- Undang No. 3 t ahun 2006 sebagaim ana t ersebut dalam pasal 49 berikut penj elasannya. Sehingga kew enangan unt uk m enyelesaikan sengket a perbankan syariah yang t epat adalah pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agam a. Dem ikian j uga upaya- upaya alt ernat if yang dit em puh sebelum penyelesaian sengket a diserahkan ke pengadilan, t erakhir m elalui m ekanism e arbit rase syariah, m aka pengadilan yang akan m enyelesaikan sengket a t ersebut t ent unya Pengadilan yang aparat ur hukum nya m em ilki basis keilm uan at aupun spesifikasi bidang ilm u syariah. Sebab segala urusan pekerj aan yang diserahkan kepada yang bukan ahlinya akan m engalam i saat kehancuran idza wuj ida al am ru fi ghoiri ahlihi fant azhiru as- sa’ah . Dan oleh karena sengket a ekonom i syariah m enj adi kew enangan absolut Peradilan Agam a sebagaim ana ket ent uan Undang- Undang. No. 3 t ahun 2006, m aka segala bent uk perundang- undangan yang m engat ur hal- hal yang berdasarkan prinsip syariah t erm asuk penanganan sengket a perbankan syariah, t epat nya dilakukan oleh Peradilan Agam a. Dari segi syar’iyah, t uj uan syaria’at I slam unt uk m elindungi m enolak dari bahaya at au m afsadat dan m encipt akan kesej aht eraan dan kem aslahat an um at yang dikem as dalam prinsip rahm at an lil’alam in m enj adi rahm at bagi sekalian alam . Oleh karena it u dalam subyek hukum bagi Peradilan Agam a yang m enyebut kan “ bagi orang- orang yang beragam a I slam ” adalah t erm asuk orang at au badan hukum yang dengan sendirinya m enundukan diri dengan sukarela kepada hukum I slam m engenai hal- hal yang m enj adi kew enangan Peradilan Agam a penj elasan pasal 49 Undang- Undang No. 3 t ahun 2006 . Sehingga para nasabah yang non m uslim yang m engikut i akt ivit as dalam m enggunakan j asa perbankan berdasarkan prinsip syariah, j ika t erj adi kasus m aka sengket anya diselesaikan di Peradilan Agam a.

BAB I V PERSEPSI PRAKTI SI PERBAN KAN SYARI AH TERH AD AP