Ketersediaan koleksi perpustakaan seharusnya berusaha untuk mengembangkan dan menambah koleksi bahan pustaka sesuai dengan
kemampuan perpustakaan dan kebutuhan pemakainya. Menurut Siregar 2004 : 112 yang menyatakan bahwa ketersediaan koleksi adalah :
Pengorganisasian koleksi yang tersedia akan memberikan kemudahan kepada pengguna dan staf perpustakaan, dan bertujuan agar koleksi tetap
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, pemakai dan jumlah bahan pustaka selalu mencukupi.
Berdasarkan pendapat di atas apabila koleksi perpustakaan tidak
berkembang dan bertambah, maka masyarakat pemakai tidak dapat terlayani dengan baik.
2.5 Pengguna Perpustakaan
Menurut Christianzen dalam Sulistyo-Basuki 1991 : 7 bahwa “Istilah pengguna perpustakaan mengacu pada seseorang yang menggunakan koleksi
perpustakaan ini dapat digolongkan menjadi klien dan non klien”. Sementara itu Lupiyoadi 2001 : 135 menyatakan bahwa
“pelangganpengguna adalah seorang yang secara kontinu dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya mendapatkan
suatu pelayanan jasa”. Sulistyo-Basuki 1991 : 8 menguraikan bahwa “pengguna dapat
dibedakan sebagai pengguna yang aktif dan yang tidak aktif”. Dalam istilah yang lebih luas pengguna dapat dikatakan sebagai orang yang berhubungan dengan
perpustakaan, baik langsung maupun tidak langsung dalam rangka mencari informasi yang dibutuhkan.
Selanjutnya Sulistyo-Basuki 2004 : 399-400 juga mengkategorikan pemakai informasi ilmiah menjadi tiga kelompok, yaitu :
1. Ilmuwan peneliti, yang bergerak dalam penelitian dasar dan
eksperimental dalam ilmu-ilmu dasar. 2.
Insinyur engineers, rekayasawan, spesialis praktis, bergerak dalam bidang disain eksperimental, proyeksi dan aktivitas operasional dalam
berbagai bidang teknologi dan industri.
3. Manajer dalam ruang lingkup sains, teknologi dan ekonomi nasional.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, berdasarkan penjelasan definisi di atas dapat dirumuskan bahwa pengguna perpustakaan adalah seseorang yang datang ke
perpustakaan karena membutuhkan informasi dengan cara menggunakan jasa perpustakaan. Adanya pengguna perpustakaan datang ke perpustakaan karena
didorong oleh kebutuhan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan ataupun memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
2.6 Pendidikan Pemakai
Semakin berkembangnya metode pendidikan di perguruan tinggi, kebutuhan akan perpustakaan semakin dirasakan. Tetapi dengan semakin cepatnya
perkembangan ilmu pengetahuan, jumlah dan macam koleksi juga semakin bertambah, sehingga pemakai perpustakaan terutama mahasiswa, makin binggung
dalam usahanya menemukan informasi. Dengan demikian mereka tidak dapat memanfaatkan perpustakaan semaksimal mungkin. Namun di lain pihak,
keberadaan suatu perpustakaan sebagai pusat pendidikan dan bahkan tempat pendidikan seumur hidup Lifelong Learning sudah terpatri di hati pengguna.
Davies 1973 : 39 menyatakan “learning how to use library is a basic component of ... any instructional programs”. Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa
belajar bagaimana memanfaatkan perpustakaan menjadi hal yang sangat mendasar dalam kaitannya terhadap kebutuhan informasi.
Dalam hal inilah perpustakaan diharapkan untuk meningkatkan jasa informasinya secara aktif. Salah satu langkah yang tepat untuk menanggulangi hal
tersebut adalah menyelenggarakan suatu program pendidikan pemakai pada perpustakaan. Secara umum istilah pendidikan pemakai dalam konteks Ilmu
Perpustakaan adalah memiliki pengertian yang sama dengan istilah bimbingan pemakai, pendidikan pengguna atau User Education.
Definisi pendidikan pemakai menurut Soedibyo 1987 : 121 adalah sebagai berikut :
Pendidikan pemakai adalah usaha bimbingan atau penunjang pada pemakai tentang cara pemanfaatan koleksi bahan pustaka yang disediakan
secara efektif dan efesien, bimbingan itu dapat berupa bimbingan individu ataupun secara kelompok.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 1979 : 19 “Pendidikan pemakai adalah usaha bimbingan atau
petunjuk kepada pemakai tentang cara pemanfaatan koleksi bahan pustaka yang disediakan secara efektif dan efesien.”
Jadi, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan pemakai adalah serangkaian kegiatan yang berisi aktivitas belajar mengenai pengenalan
dan tata cara memanfaatkan perpustakaan kepada pengguna maupun calon pengguna di perpustakaan.
Pada dasarnya materi yang diterapkan dalam pendidikan pemakai pada perpustakaan relatif sama antara satu perpustakaan dengan perpustakaan lainnya.
Secara umum Darmono 2001 : 23 menyebutkan beberapa materi bimbingan pemanfaatan perpustakaan antara lain adalah :
1. Pengenalan terhadap denah perpustakaan
2. Peraturan perpustakaan
3. Alat penelusuran informasi
4. Pengenalan terhadap bagian-bagian layanan perpustakaan
5. Pengenalan terhadap penempatan koleksi
6. Pengenalan terhadap ruang baca.
Melalui beberapa materi pendidikan pemakai di atas maka dapat diketahui bahwa penyelenggaraan pendidikan pemakai pada perpustakaan, harus mampu
menginformasikan aspek-aspek penting yang berkaitan dan dimiliki oleh perpustakaan kepada pengguna perpustakaan, dengan harapan melalui pendidikan
pemakai maka pengguna perpustakaan tidak akan merasa asing dan lebih cepat beradaptasi terhadap tatanan sistem opersional perpustakaan.
Sementara itu, kemungkinan terdapatnya perbedaan materi pendidikan pemakai antara satu perpustakaan dengan perpustakaan lainnya sangat mungkin
terjadi. Hal ini sudah lumrah karena pada dasarnya peraturan mengenai pendidikan pemakai belum diatur dalam undang-undang pendidikan. Selain itu
tingkat kualifikasi level antara satu perpustakaan dengan perpustakaan lainnya juga banyak yang memiliki perbedaan atau dengan kata lain belum seragam.
Namun materi yang menyangkut keadaan umum perpustakaan biasanya disertakan pada setiap pendidikan pemakai di seluruh perpustakaan.
Universitas Sumatera Utara
2.6.1 Fungsi dan Tujuan Pendidikan Pemakai 2.6.1.1 Fungsi Pendidikan Pemakai
Tidak dapat disangkal lagi bahwa pendidikan merupakan proses yang paling efektif untuk mentransformasikan informasi dari satu individu kepada
individu lainnya. Wikipedia 2007 : 1 menjelaskan makna pendidikan sebagai berikut :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat
dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan.
Pada pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa yang paling penting dalam proses pendidikan adalah pemberian pengetahuan mengenai teknik dan metode
kepada individu lain yang belum mengetahuinya. Dengan demikian dalam konteks perpustakaan, pengetahuan yang perlu diberikan adalah mengenai tata
cara penggunaan dan pemanfaatan perpustakaan dengan segala fasilitas yang dimilikinya.
Berbicara mengenai pendidikan khususnya dalam aspek pemanfaatan perpustakaan tentu saja harus diiringi dengan keberadaan fungsinya. Fungsi suatu
metode pendidikan harus sudah sejak dini dipersiapkan dipelajari sehingga peserta didik, dalam hal ini pengguna perpustakaan dapat menyadari fungsi
pendidikan yang diperolehnya tersebut. Sutarno 2006 : 95-96 menjelaskan bahwa fungsi dilakukannya bimbingan pemakai bagi perpustakaan maupun
pengguna perpustakaan yaitu agar : 1.
Pemakai perpustakaan dapat mengenal dan memahami serta menggunakan sistem yang diberlakukan di perpustakaan tersebut.
2. Pemakai perpustakaan dapat menggunakan sarana temu informasi yang
tersedia seperti kodenomor klasifikasi, kartu katalog dan penunjuk yang lain.
3. Pemakai perpustakaan dapat dengan cepat dan tepat menemukan apa
yang diperlukan, tanpa banyak membuang waktu, tidak menemui kesulitan atau hambatan.
4. Perpustakaan dapat memperluas jangkauan pemakaian koleksi oleh
pengunjung dan anggota perpustakaan.
Universitas Sumatera Utara
5. Perpustakaan dapat mengembangkan citra perpustakaan sebagai bagian
dari lembaga pendidikan.
Jadi, dengan demikian pendidikan memiliki fungsi yang tak kalah pentingnya dengan fungsi perpustakaan itu sendiri. Hal ini berarti pendidikan
pemakai memiliki peran yang besar dalam mendukung perpustakaan yang ingin dimanfaatkan oleh masyarakat penggunanya secara lebih fungsional.
2.6.1.2 Tujuan Pendidikan Pemakai
Pendidikan pemakai juga memiliki tujuan yang ditetapkan secara objektif. Dalam hal ini, perpustakaan harus dapat mengidentifikasi berbagai sasaran yang
ingin dicapai didasarkan atas prioritas pada porsinya masing-masing. Oleh sebab itu, penerapan pendidikan pemakai pada perpustakaan harus diiringi dengan
berbagai target yang ingin dicapai. Secara umum tujuan diadakannya pendidikan pemakai tercantum dalam
Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman 2004 : 95 sebagai berikut : 1.
Meningkatkan keterampilan pengguna agar mampu memanfaatkan kemudahan dan sumber daya perpustakaan secara mandiri.
2. Membekali pengguna dengan teknik yang memadai dan sesuai untuk
menemukan informasi dalam subjek tertentu. 3.
Meningkatkan pemanfaatan sumber daya dan layanan perpustakaan. 4.
Mempromosikan layanan perpustakaan. 5.
Menyiapkan pengguna agar dapat mengantisipasi perkembangan ilmu dan teknologi.
Sementara itu Darmono 2001 : 32 menjelaskan “bahwa pemanfaatan perpustakaan berkenaan erat dengan adanya proses bimbingan pemanfaatan
perpustakaan. Bimbingan pemanfaatan perpustakaan merupakan salah satu bentuk layanan perpustakaan yang sering dilakukan oleh berbagai jenis perpustakaan”.
Sulistyo-Basuki 2004 : 392 menyatakan bahwa tujuan pendidikan pemakai adalah sebagai berikut :
Mengembangkan keterampilan pemakai yang diperlukannya untuk menggunakan perpustakaan atau pusat dokumentasi, mengembangkan
keterampilan tersebut untuk mengidentifikasi masalah informasi yang dihadapi pemakai, merumuskan kebutuhan informasinya sendiri
pemakai, mengidentifikasi kisaran kemungkinan sumber informasi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya, menilai ketepatan, kekuatan dan
kelemahan masing-masing sumber informasi dan yang paling penting
Universitas Sumatera Utara
mampu menghadapi ketidaksamaan informasi yang disediakan oleh sumber yang berlainan dan mengasimilasi, mengumpulkan, menyajikan
dan menerapkan informasi. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa
tujuan diadakannya pendidikan pemakai pada perpustakaan terutama untuk meningkatkan minat dan keterampilan pengguna sehingga dengan demikian
pengguna perpustakaan akan menyadari arti penting memanfaatkan perpustakaan dengan lebih secara lebih maksimal, yang artinya pengguna diharapkan memiliki
sifat kritis terhadap segala informasi yang diserap serta mampu menilai secara objektif informasi tersebut sehingga dapat lebih selektif menerapkan jenis
informasi ke dalam kehidupannya.
2.6.2 Manfaat Pendidikan Pemakai
Pendidikan pemakai yang diberikan oleh perpustakaan pasti memiliki manfaat bagi pengguna perpustakaan. Ada beberapa manfaat pendidikan pemakai
yang mendukung tercapainya fungsi dan tujuan pendidikan pemakai. Menurut Ratnaningsih 1994 : 2 pemberian pendidikan pemakai sangat bermanfaat bagi
kedua belah pihak yaitu : 1.
Dari Segi Pengguna, dengan diperolehnya bekal tehnik dan strategi pemanfaatan perpustakaan maka menambah rasa percaya diri dalam
penemuan koleksiinformasi yang dibutuhkan, serta mampu memilih informasi yang spesifik bagi dirinya dengan cepat dan tepat.
2. Bagi Perpustakaan, kegiatan pendidikan pemakai dapat meningkatkan
citra perpustakaan dan pustakawannya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat pendidikan pemakai
adalah untuk memudahkan pengguna dalam mencari dan menelusur informasi yang dibutuhkan secara cepat dan tepat.
2.6.3 Metode Pendidikan Pemakai
Program pendidikan pemakai yang diterapkan perpustakan pada dasarnya memiliki berbagai metode. Metode adalah “Suatu cara atau jalan untuk
memperoleh kembali pemecahan terhadap segala masalah” Subagyo, 1997 : 50. Jadi dengan demikian dapat dirumuskan bahwa metode pendidikan pemakai
Universitas Sumatera Utara
adalah cara penyelesaian masalah penggunaan fasilitas perpustakaan secara sistematis.
Kosterman 1978 : 269 menyarankan bahwa suatu metode pengajaran harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Dapat mengkomunikasikan tujuan-tujuan yang telah dibuat.
2. Dapat membuat peserta didik tertarik untuk memperhatikan dan
memotivasi mereka untuk perhatian penuh terhadap apa yang sedang diajarkan.
3. Dapat mendorong peserta didik untuk ambil bagian dengan
menolongnya mempersiapkan pelajaran-pelajaran. 4.
Dapat ditindaklanjuti. 5.
Dapat memberikan umpan balik untuk menguji efektivitas metode tersebut melalui indikator-indikator yang jelas.
Sementara itu Hills dalam Fjallbrant 1978 : 33 menyebutkan ada empat faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode dan media pengajaran
untuk pendidikan pemakai perpustakaan ini, antara lain: 1.
Motivation Pengajaran harus memberikan suatu motivasi yang tinggi, misalnya
ketika pengguna ingin menemukan informasi yang berhubungan dengan pekerjaan atau pelajaran tertentu.
2. Activity
Kerja aktif dalam pembelajaran pemecahan masalah akan kelihatan lebih efektif daripada hanya sekedar menyebutkan atau menjelaskan
suatu rangkaian pekerjaan.
3. Understanding
Pendidikan pemakai akan lebih efektif jika pengguna memahami apa dan kenapa mereka mengerjakan hal demikian, jika hal ini merupakan
permasalahan yang baru dapat dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya.
4. Feedback
Umpan balik atau informasi perkembangan yang dibuat harus tersedia bagi para pengguna.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode pengajaran dalam pendidikan pemakai selayaknya memperhatikan berbagai aspek
dan dampak, baik terhadap pengguna maupun perpustakaan sendiri. Dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman 2004 : 95
disebutkan beberapa ragam pendidikan pengguna yaitu : 1 Orientasi perpustakaan dan 2 Tutorial pemanfaatan perpustakaan dan sumber-sumber
informasi.
Universitas Sumatera Utara
Definisi tentang orientasi perpustakaan dan tutorioal pemanfaatan perpustakaan dijelaskan sebagai berikut :
1. Orientasi perpustakaan ialah pendidikan pengguna untuk
memperkenalkan perpustakaan secara umum kepada sivitas akademikan.
2. Tutorial perpustakaan adalah mendidik pengguna agar dapat
menggunakan perpustakaan serta sumber-sumber informasi yang tersedia di perpustakaan dan di tempat lain, termasuk keterampilan
dalam memanfaatkan berbagai media informasi sesuai dengan perkembangan teknologi Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku
Pedoman, 2004 : 95 97.
Sementara itu Rice 1981 : 3 menguraikan beberapa jenjang atau tingkatan dalam proses pendidikan pemakai di perpustakaan sebagai berikut :
1. Orientasi Perpustakaan.
Materi yang diajarkan berupa pengenalan terhadap perpustakaan secara umum, biasanya diberikan ketika siswamahasiswa baru memasuki
suatu lembaga pendidikan bersangkutan, materinya antara lain :
Pengenalan Gedung Perpustakaan.
Pengenalan Katalog dan Alat Penelusuran lainnya.
Pengenalan beberapa sumber bacaan termasuk bahan-bahan rujukan dasar.
Tujuan yang ingin dicapai :
Mengenal fasilitas-fasilitas fisik gedung perpustakaan itu sendiri.
Mengenal bagian-bagian layanan dan staf dari tiap bagian secara tepat.
Mengenal layanan-layanan khusus seperti penelusuran melalui komputer, layanan peminjaman, dll.
Mengenal kebijakan-kebijakan perpustakaan seperti prosedur menjadi anggota, jam-jam layanan perpustakaan, dll.
Mengenal pengorganisasian koleksi dengan tujuan untuk mengurangi kebingungan pemakai dalam mencari bahan-
bahan yang dibutuhkan.
Termotivasi untuk datang kembali dan menggunakan sumber- sumber yang ada di perpustakaan.
Terjalinnya komunikasi yang akrab antara pemakai dengan pustakawan.
2. Pengajaran Perpustakaan.
Materi yang diajarkan merupakan penjelasan lebih dalam lagi mengenai bahan-bahan perpustakaan secara spesifik, materinya antara
lain :
Teknik penggunaan indeks, katalog, bahan-bahan rujukan, dan alat-alat bibliografi.
Penggunaan bahan atau sumber pustaka sesuai dengan masing- masing jurusan.
Universitas Sumatera Utara
Melaksanakan teknik-teknik penelusuran informasi dalam sebuah tugas penelitian atau pembuatan karya ilmiah lainnya.
Tujuan yang ingin dicapai :
Dapat menggunakan pedoman pembaca untuk mencari bahan- bahan artikel.
Dapat menemukan buku-buku yang berhubungan dengan subyek khusus melalui katalog.
Dapat menggunakan bentuk mikro dan alat-alat baca lainnya secara tepat.
Dapat menggunakan alat rujukan khusus seperti Ensiklopedi Britanica dan Who’s Who.
Menemukan koleksi visual dan dapat menggunakannya.
Mengetahui sumber-sumber yang tersedia di perpustakaan lain dan dapat melakukan permintaan peminjaman.
Melakukan suatu penelusuran dalam layanan pengindeksan seperti pada Pusat Informasi Sumber Pendidikan dan dapat
menemukan dan menggunakan hasil-hasil sitasi.
3. Pengajaran Bibliografi
Materi yang diajarkan lebih condong sebagai langkah persiapan mengadakan atau sebagai dasar penelitian dalam rangka menyusun
karya akhir. Pada level ketiga ini bisa ditawarkan melalui kuliah formal sebagai bagian dari perkuliahan, baik ada nilai kreditnya atau
tidak. Materi yang ingin dicapai antar lain :
Informasi dan pengorganisasiannya.
Tajuk subyek, “Vocabulary Control” dalam penelitian, dan definisi suatu topik penelitian.
Macam-macam sumber untuk penelitian.
Membuat kerangka teknik dan perencanaan suatu karya penelitian.
Teknik-teknik membuat catatan dalam penelitian.
Gaya, catatan kaki, rujukan dan sumber bahan bacaan.
Strategi penelitian, kesempurnaan dalam penelitian, dan pemakaian yang tepat layanan koleksi yang diberikan
perpustakaan.
Membuatmenulis karya ilmiah
Ada beberapa teknik atau metode yang dapat digunakan dalam pendidikan pemakai , untuk keperluan penelitian kali ini peneliti membatasi hanya pada topik
orientasi perpustakaan. Teknik-teknik tersebut antara lain: Ceramah atau Kuliah Umum di Kelas, Wisata Perpustakaan, Penggunaan Audio Visual, Permainan dan
Tugas Mandiri, Penggunaan Buku Pedoman atau Pamflet. 1. Ceramah atau Kuliah Umum di Kelas
Penejelasan mengenai pengenalan dan pelayanan perpustakaan dapat diberikan di kelas dengan cara memberikan ceramah atau kuliah secara
umum atau melalui demonstrasi. Idealnya jumlah peserta perkelas
Universitas Sumatera Utara
kurang lebih antara 15-30 orang. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam metode ini para peserta diberikan beberapa tugas terstruktur dan
latihan yang memungkinkan mereka mampu menggunakan perpustakaan secara mandiri. Pelaksanaan metode ini selayaknya dapat
dilakukan dengan metode wisata perpustakaan, agar peserta lebih memahami dan akrab dengan dunia perpustakaan yang sebenarnya.
2 Wisata Perpustakaan
Beberapa teknik yang bisa dilakukan dalam memandu wisata perpustakaan, antara lain :
o Menciptakan suasana yang bersahabat dan informal serta terbuka
untuk beberapa pertanyaan. o
Usahakan berbicara tidak terlalu cepat dan sensitif terhadap kebingungan yang dialami pemakai.
o Gunakan sarana pembantu untuk memperjelas sesuatu yang
didiskusikan, misal: penggunaan katalog o
Buatlah para peserta berperan aktif untuk mencoba menggunakan fasilitas yang ada.
o Waktu yang digunakan tidak terlalu lama, maksimal 45 menit.
o Sediakan buku panduan yang dapat membantu mereka selama
mengikuti wisata perpustakaan tersebut. 3. Penggunaan Audio Visual
Teknik ini biasanya dilakukan untuk wisata mandiri perindividual perorangan, di antaranya adalah penggunaan kaset, televisi, slide, dll.
Pemakai perpustakaan dapat menjelajahi perpustakaan dengan mendengarkan instruksi yang direkam dalam kaset. Mereka dapat
mematikan dan mengulang kaset tersebut sesuai dengan kemampuannya dalam memahami instruksi yang terdapat dalam kaset.
Orientasi perpustakaan dapat juga dilakukan melalui penggunaan televisi, para peserta dapat menyaksikan dan memperoleh penjelasan
mengenai berbagai hal, seperti: fasillitas perpustakaan, pelayanan perpustakaan, dan fungsinya masing-masing.
Slide dapat digunakan dalam menerangkan lokasi, fasilitas dan pelayanan perpustakaan dengan memberikan keterangan-keterangan
yang diberikan oleh pemandu atau rekaman suara.
4. Permainan dan Tugas Mandiri Metode ini merupakan salah satu cara yang cukup efektif dalam
mengajarkan bagaimana cara menemukan informasi yang dibutuhkan. Biasanya lebih sesuai diterapkan untuk pemakai perpustakaan usia
anak Sekolah Dasar dan Menengah. Permainan sangat berguna dalam meningkatkan kemampuan anak sehingga mereka lebih dapat
menikmati penggunaan perpustakaan. Biasanya metode ini dilakukan di tingkat lebih tinggi untuk menghilangkan kejenuhan yang mungkin
ada ketika proses pembelajaran dengan metode lain berlangsung.
5. Penggunaan Buku Pedoman atau Pamflet Teknik ini biasanya menuntut pemakai untuk mempelajari sendiri
mengenal perpustakaan melalui berbagai keterangan yang ada pada buku panduan atau pamflet, dan biasanya diterapkan ketika peserta
melaksanakan wisata perpustakaan.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan berbagai pendapat yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan bahwa berbagai jenis metode yang dapat diterapkan dalam pendidikan
pemakai di perpustakaan harus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pengguna perpustakaan itu sendiri.
2.6.4 Waktu dan Lokasi Program Pendidikan Pemakai 2.6.4.1 Waktu Program Pendidikan Pemakai
Program pendidikan pemakai yang diadakan oleh perpustakaan juga perlu memperhatikan waktu yang tepat untuk pelaksanaanya. Hal ini dirasa penting
karena pengguna perpustakaan anggota perpustakaan juga memiliki ketersediaan waktu yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Oleh sebab itu, pelaksanaan
program pendidikan pemakai sebaiknya dapat dilaksanakan dengan waktu yang tidak terlalu lama namun sarat dengan informasi penting mengenai pemanfaatan
perpustakaan. Darmono 2001 : 168-169 menyatakan bahwa :
Bimbingan perpustakaan biasanya dilakukan oleh pustakawan atau petugas perpustakaan. Waktu yang diberikan sangat bervariasi, tergantung dari
jenis perpustakaannya. Untuk perpustakaan besar dengan koleksi dan jenis layanan yang sangat banyak maka waktu yang dibutuhkan relatif lebih
lama bila dibandingkan dengan perpustakaan yang relatif kecil.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diketahui bahwa pelaksanaan pendidikan pemakai pada perpustakaan sangat tergantung dari besarnya gedung
dan banyaknya jenis layanan yang diberikan. Oleh sebab itu, untuk perpustakaan perguruan tinggi sebaiknya waktu untuk program pendidikan pemakai lebih baik
diadakan pada saat setelah penerimaan mahasiswa baru.
2.6.4.2 Lokasi Program Pendidikan Pemakai
Lokasi untuk pelakasanaan program pendidikan pemakai sebaiknya dipilih yang baik dan strategis. Hal ini dilakukan demi kenyamanan anggota dan
pengguna perpustakaan. Namun pada umumnya lokasi pelaksanaan program pendidikan pemakai berada pada salah satu ruang perpustakaan yang telah dipilih
pihak perpustakaan. Oleh sebab itu hal ini sangat berkaitan erat dengan lokasi perpustakaan.
Universitas Sumatera Utara
Soedibyo 1987 : 108-109 memberikan batasan pengaturan lokasi perpustakaan sebagai berikut :
1. Perpustakaan itu terletak dalam arus lalu lintas manusia, tetapi tidak
dijadikan lalu lintas manusia. 2.
Perpustakaan itu terletak di suatu tempat yang tanahnya memungkinkan dilakukannya perluasan pada masa yang akan datang,
sesuai dengan perkembangan perpustakaan serta instansi penaungannya.
3. Perpustakaan itu mudah dicapai oleh pemakai, sehingga mereka tidak
membuang-buang waktu secara sia-sia. 4.
Perpustakaan itu mempunyai hubungan yang fungsional dengan gedung-gedung lainnya dalam keseluruhan kompleks itu.
Hal senada juga dinyatakan oleh Sulistyo-Basuki 1993 : 307 yang menyebutkan bahwa perpustakaan universitas hendakya terletak di tengah-tengah universitas
sehingga terjangkau oleh semua pihak. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat diketahui bahwa inti
dari lokasi perpustakaan, dimana juga biasanya dipakai untuk pelaksanaan program pendidikan pemakai, harus mempertimbangkan jarak bagi semua pihak,
yaitu anggota perpustakaan. Oleh sebab itu jika lokasi perpustakaan sudah memenuhi kriteria tersebut maka pendidikan pemakai juga akan berjalan lancar.
2.6.5 Dampak Penerapan Pendidikan Pemakai
Dengan diterapkannya pendidikan pemakai pada perpustakaan diharapkan memberikan dampak positif yang signifikan di kalangan pengguna perpustakan.
Hak 2007 mengutarakan beberapa dampak yang diharapkan dari adanya pendidikan pemakai yaitu sebagai berikut :
1. Pengetahuan, misalnya: dari yang tadinya tidak tahu penggunaan
susunan klasifikasi untuk pengelolaan buku-buku atau koleksi lainnya menjadi tahu makna dan manfaatnya, sehingga dapat menggunakan
katalog untuk penemuan kembali buku-buku yang dibutuhkan.
2. Sikap, misalnya: dari yang tadinya bersikap perpustakaan hanya
sebagai tempat penyimpanan buku menjadi perpustakaan sebagai tempat untuk mencari informasi sumber belajar, sehingga selalu
datang ke perpustakaan untuk memenuhi segala kebutuhan informasinya baik itu yang berhubungan langsung dengan
perkuliahannya maupun untuk keperluan informasi lainnya.
3. Keterampilan, misalnya: dari yang tadinya sering menyobek buku atau
koleksi lainnya menjadi perhatian untuk memelihara keberadaannya dengan cara menjaga kerapihan dan menempatkan kembali sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan susunan klasifikasi atau “call number” buku di rak atau sarana perpustakaan lainnya.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa terdapat indikasi dengan adanya pendidikan pemakai dampak positif memberikan kemungkinan yang lebih besar.
Namun demikian, faktor yang juga perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan pengaruh yang dapat ditimbulkan adalah faktor pendidikan proses dan
aktivitasnya dan pengguna perpustakaan peserta didik itu sendiri.
2.7 Pemanfaatan Perpustakaan oleh Pemakai
Keberhasilan suatu perpustakaan pada dasarnya dinilai dari banyaknya pemakai maupun pengunjung yang memanfaatkan jasa perpustakaan. Hal ini
terkadang menimbulkan pertanyaan mengapa masih ada perpustakaan yang memiliki jumlah kunjungan yang minim atau bahkan tidak pernah termanfaatkan
oleh pengguna sama sekali. Perpustakaan selayaknya telah mengantisipasi hal ini jauh hari sebelumnya
dan jika perlu seluruh metode penarik minat pengguna telah dipersiapkan dipelajari terlebih dahulu sebelum gedung perpustakaan dibentuk. Namun pada
akhirnya, proses memperkenalkan fasilitas perpustakaanlah yang menjadi senjata paling ampuh untuk meningkatkan pemanfaatan dan kunjungan perpustakaan oleh
pemakai, di samping juga kesesuaian jumlah dan jenis koleksi juga merupakan faktor pendukung.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Balai Pustaka 2001 : 711 dijelaskan bahwa “pemanfaatan terambil dari kata dasar
manfaat yang artinya guna, faedah”. Selanjutnya penambahan imbuhan pe-an pada kata tersebut memiliki arti proses, cara, perbuatan manfaat. Dengan
demikian pemanfaatan dapat diartikan sebagai suatu cara atau proses dalam memanfaatkan suatu benda atau obyek.
Dalam menyelenggarakan perpustakaan, unsur yang paling penting adalah mengupayakan bagaiamana sebagian besar koleksi dan layanan perpustakaan
dapat dimanfaatkan oleh pengguna dengan baik. Tugas perpustakaan adalah untuk mengajak, menarik dan mengundang masyarakat pengguna berkunjung ke
perpustakaan atas kesadaran dan kemauannya sendiri, agar tercipta masyarakat yang terdidik, terpelajar, terbiasa membaca dan berbudaya tinggi. Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
yang demikian senantiasa mengikuti peristiwa dan perkembangan mutakhir karena menguasai sumber informasi dan ilmu pengetahuan, sehingga masyarakat
pengguna tersebut mempunyai pandangan dan wawasan yang luas, bersikap mandiri, percaya diri dan dapat mengikuti kemajuan zaman.
Apabila pemanfaatan perpustakaan belum digunakan secara optimal, maka perlu diadakan pembinaan terhadap pemakai perpustakaan. Menurut Sutarno
2003 : 102, pembinaan masyarakat pemakai perpustakaan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Mengadakan bimbingan pemakai perpustakaan, yaitu menuntun,
mengarahkan, memberikan penjelasan tentang cara-cara menggunakan kartu katalog, menelusur sumber informasi dan
menggunakan pedoman perpustakaan yang lain.
2. Memberikan pendidikan pemakai, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh
petugas layanan mengenai seluk-beluk perpustakaan, manfaat perpustakaan, cara menjadi anggota, persyaratan keanggotaan, tata
tertib, jenis layanan, kegunaan sistem katalogisasi dan klasifikasi, partisipasi masyarakat di dalam perpustakaan. Semua itu dilakukan
dalam rangka memberikan pengetahuan dan keterampilan pemakai dalam memanfaatkan perpustakaan, secara cepat dan tepat tanpa
mengalami banyak kesulitan.
3. Melakukan sosialisasi, publikasi dan promosi perpustakaan
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara umum pendidikan pemakai memiliki pengaruh yang signifikan kepada pengguna
untuk memanfaatkan fasilitas perpustakaan yang tersedia, karena melalui pendidikan pemakailah pengguna mengetahui berbagai aktifitas, pelayanan serta
manfaat yang akan diperoleh kelak apabila memanfaatkan perpustakaan dengan tepat. Dengan demikian dapat dilihat bahwa adanya hubungan yang jelas antara
penerapan pendidikan pemakai dengan tingkat pemanfaatan fasilitas dan pelayanan perpustakaan oleh pemakai.
Pemanfaatan Fasilitas Penelusuran
Fasilitas penelusuran yang paling utama di perpustakaan adalah katalog. Melalui pemanfaatan katalog perpustakaan, pengguna dapat menelusuri informasi
yang tersedia pada suatu perpustakaan. Sedangkan perpustakaan dapat
Universitas Sumatera Utara
mempromosikan keadaan koleksi yang dimilikinya kepada pengguna melalui katalog.
Menurut Sulistyo-Basuki 1992 : 107, “katalog adalah himpunan rujukan atas berkas yang teratur untuk mencatat pustaka atau koleksi”. Selain pendapat di
atas Gates dalam Hasugian 2001 : 2 memberikan defenisi katalog yaitu : Katalog perpustakaan adalah suatu daftar yang sistematis dari buku dan
bahan-bahan lain dalam suatu perpustakaan, dengan informasi deskriptif mengenai pengarang, judul, penerbit, tahun terbit, bentuk fisik, subjek, ciri
khas bahan dan tempatnya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Taylor dalam Hasugian 2001 : 2 menyatakan bahwa :
Katalog pepustakaan adalah susunan yang sistematis dari seperangkat cantuman bibliografis yang mempresentasikan kumpulan dari suatu
koleksi tertentu. Koleksi tersebut terdiri dari berbagai jenis bahan, seperti buku, terbitan berkala, peta, rekaman suara, gambar, notasi musik, dan
sebagainya.
Dari ketiga pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa katalog perpustakaan adalah daftar seluruh koleksi perpustakaan yang tersusun secara
sistematis dimana mempresentasikan inti-inti isi koleksi yang tersedia di perpustakaan.
Dengan demikian pemanfaatan fasilitas penelusuran adalah menggunakan katalog perpustakaan secara cepat dan tepat untuk menemubalik informasi yang
dibutuhkan pengguna.
2.7.2 Pemanfaatan Ruang Baca
Ruang baca merupakan salah satu unsur penting dalam kegiatan jasa perpustakaan. Ruang baca adalah sektor yang paling banyak dimanfaatkan oleh
pengguna pada umumnya. Melalui ruang baca, maka pengguna perpustakaan dapat dengan nyaman membaca koleksi yang dipinjam.
Menurut Buku Pedoman Perlengkapan Perpustakaan Khusus 1992 : 8 bahwa ruang baca dapat dibagi empat yaitu :
1. Ruang Baca Berkala
Penempatannya bersamaan atau dekat ruang koleksi berkala. 2.
Ruang Baca SeriusBelajar
Universitas Sumatera Utara
Ruang ini khusus tempat belajarmembaca serius. Penempatannya agak jauh dari pusat keramaian di perpustakaan dekat dengan koleksi
referensi dan koleksi teks.
3. Ruang Baca Buku
Di ruangan ini untuk pengunjung yang membaca koleksi buku teks. 4.
Ruangan Pemakaian Media Pandang Dengar Di ruangan ini disediakan khusus untuk menonton atau mendengar
bahan-bahan pandang dengar Audio-Visual.
Sementara itu menurut Martoatmojo 1993 : 14-15 bahwa layanan ruang baca dapat dibagi 7 menurut jenis dan kondisinya yaitu :
1. Layanan ruang baca buku rujukan Buku rujukan adalah buku perpustakaan yang sangat penting karena
dari buku-buku ini berbagai pertanyaan dapat dijawab. Dalam ruangan ini, biasanya ada petugas atau pustakawan rujukan yang siap sedia
memberikan bantuan. Jawaban pertanyaan rujukan tidak semuanya diperoleh dari buku, tetapi dapat juga dari pengalaman petugas
perpustakaan.
2. Layanan ruang baca berupa meja baca perorangan Layanan ini sebenarnya sekedar perluasan dari fasilitas ruang baca.
Maksudnya, untuk memberikan kenyamanan bagi mereka yang menghendaki ketenangan khusus. Dengan fasilitas ini seolah pembaca
memiliki ruangan khusus di perpustakaan yang tidak boleh diganggu orang lain. Ia juga merasa bahwa dirinya tidak mau mengganggu
orang lain. Suasana nyaman dapat meningkatkan semangat belajar atau membaca di perpustakaan.
3. Layanan ruang baca berupa meja baca kelompok Ruang baca jenis ini terdapat di berbagai perpustakaan. Ada
kelemahan dan keunggulan meja baca jenis ini. Kelemahannya ialah saling mengganggu di antara para pembaca. Keunggulannya, pertama,
menghemat ruang dan fasilitas perpustakaan, karena adanya ruang baru itu. Kedua, diantara para pembaca dapat saling berhubungan.
Ketiga, karena melihat teman sebangkunya membaca, ia sendiri mungkin akan berbuat demikian.
4. Fasilitas untuk ruang baca yang baik Ruang baca hendaknya dilengkapi berbagai fasilitas untuk menunjang
kenyamanan. Pemasangan AC atau jendela yang luas, dapat memperlancar sirkulasi udara. Penerangan harus memadai. Sinar yang
baik adalah sinar alami. Dianjurkan, pepustakaan memiliki pengontrol sinar pada setiap jendela, misalnya dengan krey blind fold.
5. Perluasan dari ruang baca berupa ruang untuk diskusi Ruang ini dapat digunakan oleh sekelompok pembaca yang memiliki
minat yang sama untuk membahas sesuatu. 6. Ruang baca berupa ruang kerja bagi pembaca perpustakaan
Ruang ini dapat digunakan untuk pembaca remaja dan anak-anak agar mereka dapat berkarya.
Universitas Sumatera Utara
7. Ruang santai Ruang ini dapat digunakan oleh pembaca yang telah lelah membaca
agar segar kembali.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada berbagai jenis ruang baca sesuai dengan jenis dan penempatan koleksi
perpustakaan yang dimiliki oleh suatu perpustakaan. Namun demikian, penyediaan ruang baca untuk dimanfaatkan pengguna harus selalu disesuaikan
dengan tingkat kuantitas jumlah pengguna yang terdaftar sebagai anggota di perpustakaan.
2.7.3 Pemanfaatan Layanan Perpustakaan
Pemanfaatan layanan yang dimaksud dalam konteks penelitian ini yaitu keseluruhan jenis layanan yang disediakan oleh perpustakaan, baik layanan yang
langsung atau tidak langsung yang ditujukan untuk mempermudah pengguna untuk menemukan informasi yang dibutuhkan.
Pemanfaatan layanan perpustakaan dapat dilakukan oleh pengguna apabila pengguna tersebut mengetahui cara memanfaatkannya serta mengetahui manfaat
dari setiap layanan tersebut. Akan tetapi adakalanya pengguna tidak memanfaatkan layanan perpustakaan dengan alasan tidak lengkapnya fasilitas
untuk memanfaatkannya. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa bermanfaat atau
tidaknya suatu layanan tergantung dari upaya perpustakaan yang bersangkutan untuk memperkenalkan kepada penggunanya tentang cara penggunaan dan
manfaat dari masing-masing layanan tersebut. Kegiatan pelayanan perpustakaan menurut Muchydin 1980 : 1 adalah :
Kegiatan pelayanan perpustakaan merupakan suatu sub unit kerja di perpustakaan yang mempunyai tugas pokok untuk memberikan pelayanan
bimbingan informasi dan pengarahan berikut pengadaannya untuk menelusur dan mempelajari informasi yang diperoleh sesuai dengan
kebutuhan.
Pada umumnya pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan menurut Buku Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi 1979 : 4-5 dapat
dikelompokkan ke dalam empat bagian, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Kelompok kegiatan kerja pelayanan teknis, yaitu kegiatan kerja yang
dilakukan untuk melaksanakan pelayanan informasi dalam program pelayanan teknis, yang terdiri atas kegiatan kerja pengadaan,
investarisasi, klasifikasi, katalogisasi, dan pemeliharaan koleksi.
2. Kelompok kegiatan kerja pelayanan pemakai, yaitu kegiatan kerja
yang dilakukan untuk melaksanakan pelayanan informasi dalam program pelayanan pemakai, yang terdiri atas kegiatan kerja sirkulasi
koleksi, pelayanan referens, pendidikan pemakai, dan penyebarluasan informasi.
3. Kelompok kegiatan kerja pelayanan administrasi, yaitu kegiatan-
kegiatan kerja yang dilaksanakan untuk mendukung secara administratif kelancaran seluruh kelompok kegiatan kerja di
perpustakaan perguruan tinggi, kelompok kegiatan meliputi kegiatan- kegiatan administrasi ketatausahaan, administrasi kerumahtanggaan,
dan administrasi kepegawaian.
4. kelompok kegiatan kerja pengelolaan, yaitu kegiatan kerja yang
dilakukan untuk menyelaraskan semua kelompok kegiatan kerja sehingga berjalan harmonis dan terpadu.
Pengguna yang dapat memanfaatkan pelayanan perpustakaan dengan baik, diharapkan dapat memperoleh manfaat yang maksimal. Untuk itu pendidikan
pengguna merupakan salah satu cara untuk memperkenalkan berbagai layanan perpustakaan ini.
2.8 Peran Pustakawan dalam Pendidikan Pemakai
Dalam Kamus Besar Indonesia Kontemporer Salim, 2002 : 1132 disebutkan bahwa istilah peran memiliki arti “bagian dari tugas utama yang harus
dilakukan”. Definisi pustakawan menurut Harahap 1998 : 1 adalah :
Seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga
induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat di ambil kesimpulannya bahwa pengertian peran pustakawan adalah kewajiban atau tugas pustakawan dalam
memberikan pelayanan kepada penguna perpustakaan. Dimana salah satu tugasnya adalah memberikan pendidikan, bimbingan, dan bekerjasama kepada
pengguna dalam memilih sumber yang diperlukan serta cara mencari dan memanfaatkan informasi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Lancaster dalam Pakdesofa 2008 : 1 pustakawan harus mampu memberikan hal-hal sebagai berikut :
Pustakawan harus mengajari ilmuwan bagaimana mencari informasi dari sebuah pangkalan data. Ilmuwan bisa memilih informasi yang diperlukan
sesuai minatnya. Pustakawan juga harus bisa memberi informasi yang berasal dari siaran. radio, televisi, faksimili, dan dari berbagai sumber
informasi lainnya. Pustakawan harus berprestasi yang pasti agar memperoleh pengakuan dari masyarakat dan menjadi lahan yang basah.
Pustakawan memiliki peran yang paling besar dalam proses penerapan pendidikan pemakai pada perpustakaan. Hal ini disebabkan karena pustakawanlah
yang memang seharusnya benar-benar mengetahui segala seluk beluk fasilitas dan aktivitas jasa yang ada di perpustakaan. Oleh sebab itu, para pustakawan
diharapkan harus benar-benar profesional dalam mengajarkan materi ketika pendidikan pemakai dijalankan.
Kegiatan kerja profesional pustakawan yang harus dilakukan pada layanan pendidikan pengguna menurut Soedibyo 1987 : 121 adalah :
1. Membuat perencanaan penyampaian bahan, metode, teknik dan
sasaran usaha bimbingan pemakai. 2.
Menetapkan tingkat dan sistem penyampaian bimbingan yang sesuai. 3.
Menetapkan dan mengatur waktu pemberian bimbingan dan pendidikan kepada pengguna.
4. Melaksanakan usaha pendidikan baik secara individu maupun secara
kelompok.
Dalam rangka menyelenggarakan pendidikan pemakai pada perpustakaan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pustakawan dan staf
perpustakaan, yaitu sebagai berikut : 1.
Petugas perpustakaan harus menciptakan lingkungan yang memungkinkan pengguna untuk memanfaatkan sumber daya dan
fasilitas perpustakaan secara optimal.
2. Materi dan metode pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan
pengguna. 3.
Petugas perlu melibatkan dosen, jurusan dan fakultas. 4.
Pendidikan dilakukan baik secara terprogram maupun sewaktu-waktu. Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman, 2004 : 95.
Dengan demikian, peran pustakawan dalam menerapkan pendidikan pemakai di perpustakaan pada dasarnya merupakan kontribusi terbesar dan
Universitas Sumatera Utara
menjadi penentu keberhasilan proses pendidikan pemakai, disamping kemauan dan minat pengguna juga menjadi faktor pendukung. Hal ini dapat diidentifikasi
dari ada atau tidaknya peningkatan kemampuan pengguna dalam memanfaatkan fasilitas perpustakaan setelah mengikuti pendidikan pemakai di perpustakaan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode survei yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner
sebagai alat pengumpulan data. Singarimbun 1989 : 3 menyatakan bahwa “Penelitian survei yaitu penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok”. Penelitian ini bersifat deskriptif. Menurut Nazir 1999 : 64 “Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang
hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena”.
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Universitas Panca Budi, yang beralamat di Jalan Jend. Gatot Subroto KM. 4,5 Medan.
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi
Menurut Sugiyono 2006 : 72 “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyeksubyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Panca Budi
yang terdiri dari Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik, dan Fakultas Agama Islam yang terdaftar sebagai anggota perpustakaan
Panca Budi pada tahun 2007 yaitu sebanyak 150 orang.
3.2.2 Sampel
Mengingat keterbatasan tenaga, waktu dan dana, maka tidak semua populasi dijadikan sebagai sampel penelitian. “Sampel adalah bagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut” Sugiyono, 2006 : 73. Dalam
Universitas Sumatera Utara