Pengaruh Alokasi Dana Kelurahan terhadap Perkembangan Kelurahan di Kecamatan Lubuk Pakam (Studi Kasus tentang Persepsi Masyarakat Kelurahan Paluh Kemiri)”

(1)

PENGARUH ALOKASI DANA KELURAHAN TERHADAP

PERKEMBANGAN KELURAHAN DI KECAMATAN

LUBUK PAKAM (STUDI KASUS TENTANG

PERSEPSI MASYARAKAT KELURAHAN

PALUH KEMIRI)

TESIS

Oleh

MUHAMMAD IDRIS RITONGA

097003010/PWD

S

E K O L A H

P A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

PENGARUH ALOKASI DANA KELURAHAN TERHADAP

PERKEMBANGAN KELURAHAN DI KECAMATAN

LUBUK PAKAM (STUDI KASUS TENTANG

PERSEPSI MASYARAKAT KELURAHAN

PALUH KEMIRI)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

MUHAMMAD IDRIS RITONGA

097003010/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

Judul Tesis : PENGARUH ALOKASI DANA KELURAHAN TERHADAP PERKEMBANGAN KELURAHAN DI KECAMATAN LUBUK PAKAM (STUDI KASUS TENTANG PERSEPSI MASYARAKAT KELURAHAN PALUH KEMIRI)

Nama Mahasiswa : Muhammad Idris Ritonga Nomor Pokok : 097003010

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Bachtiar Hasan Miraza, SE) Ketua

(Wahyu Ario Pratomo, SE. M. Ec) (Drs. Rujiman, MA)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada Tanggal :

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE Anggota : 1. Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec

2. Drs. Rujiman, MA


(5)

PENGARUH ALOKASI DANA KELURAHAN TERHADAP PERKEMBANGAN KELURAHAN DI KECAMATAN LUBUK PAKAM (STUDI KASUS TENTANG

PERSEPSI MASYARAKAT KELURAHAN PALUH KEMIRI) ABSTRAK

Muhammad Idris Ritonga, Pengaruh Alokasi Dana Kelurahan terhadap Perkembangan Kelurahan di Kecamatan Lubuk Pakam (Studi Kasus tentang Persepsi Masyarakat Kelurahan Paluh Kemiri) di bawah bimbingan Bapak Prof. Bachtiar Hasan Miraza, Wahyu Ario Pratomo, SE. M.Ec dan Bapak Drs. Rujiman, MA.

Sejak tahun 2004 Kabupaten Deli Serdang telah menjalankan Alokasi dana kelurahan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Deli Serdang dimaksudkan untuk membiayai program Pemerintah Kelurahan dalam melaksanakan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat. Populasi penelitian ini meliputi seluruh masyarakat Kelurahan Paluh Kemiri yaitu sebanyak 2.983 orang dengan 793 kepala keluarga. Besar sampel yang diambil sebanyak 93 responden. Tujuan penelitian ini adalah 1). Untuk menganalisis persepsi pimpinan kelurahan dan masyarakat Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam terhadap manfaat Alokasi Dana Kelurahan, 2). Untuk mengetahui peran Alokasi Dana Kelurahan dalam pembiayaan pengeluaran di Kecamatan Lubuk Pakam, 3). Untuk menganalisis bagaimana kondisi kelurahan dan masyarakat di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam setelah dilaksanakan Alokasi Dana Kelurahan.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa manfaat alokasi dana kelurahan bagi kegiatan operasional LKMD/PPMK, peningkatan pendidikan dan peningkatan kesehatan serta pembangunan infrastruktur kelurahan dan perekonomian masyarakat ialah bermanfaat di dalam pengembangan kelurahan baik bagi masyarakat kelurahan dan pimpinan kelurahan, akan tetapi bagi kegiatan bantuan operasional TP. PKK terdapat perbedaan manfaat. Pembiayaan pengeluaran kelurahan melalui alokasi dana kelurahan yaitu untuk penghasilan tetap Kepala Lingkungan, biaya operasional Pemerintah Kelurahan, bantuan operasional LKMD/LPMK, bantuan operasional TP. PKK, peningkatan pendidikan, peningkatan derajat kesehatan dan terkhir untuk pembangunan infrastruktur kelurahan dan perekonomian masyarakat. Kondisi kelurahan setelah adanya Alokasi Dana Kelurahan di Kelurahan Paluh Kemiri berdasarkan rata-rata skor nilai jawaban responden adalah berada pada kriteria baik, sedangkan untuk rata-rata skor nilai jawaban responden terhadap kondisi masyarakat kelurahan setelah adanya Alokasi Dana Kelurahan di Kelurahan Paluh Kemiri adalah berada pada kriteria cukup baik. Jumlah alokasi dana kelurahan di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam setiap tahunnya tetap (stagna) sejak dijalankannya alokasi dana kelurahan ini, kepada Pemerintah Kabupaten diharapkan untuk meningkatkan jumlah alokasi dana kelurahan mengingat jumlah dan kepadatan penduduk yang semakin bertambah setiap tahunnya.


(6)

THE INFLUENCE OF URBAN VILLAGE FUND ALLOCATION TO THE DEVELOPMENT OF URBAN VILLAGE AT SUB-DISTRICT OF LUBUK

PAKAM (CASE STUDY ON THE PERCEPTION OF LOCAL PEOPLE AT URBAN VILLAGE OF PALUH KEMIRI)

ABSTRACT

Muhammad Idris Ritonga, The Influence of Urban Village Fund Allocation to the Development of Urban village at sub-district of Lubuk Pakam (Case Study on the Perception of local people at Urban village of Paluh Kemiri) under supervision of Prof. Bachtiar Hasan Miraza, Wahyu Ario Pratomo, SE.M.Ec and Drs. Rujiman, MA Since 2004, regency of Deli Serdang distribute the urban village fund allocation from the Local Budget of regency of Deli Serdang to support the government program in urban village level either in government administration or to the strengthening of the society. The population in this research is all of local people at Urban Village of Paluh Kemiri for 2.983 persons and 793 household heads, while the sample is 93 respondents. This objective of this research are 1). To analyze the perception of urban village leadership and the local people of urban village of Paluh Kemiri sub-district of Lubuk Pakam to the benefit of the allocation of urban village fund. 2) To study the role of urban village fund allocation in expenditure at sub district of Lubuk Pakam, 3). To analyze the condition of urban village and the local people at the urban village of Paluh Kemiri, sub district of Lubuk Pakam post-allocation of urban village fund.

The results of research indicates that the benefit of the urban village fund allocation to the operational activity of LKMD/PPMK, the increasing of educational and health level and development of urban village infrastructure and society economic are useful for the development of urban village either for the local people or for the urban village leadership, but there is a different useful for the operational fund assistance for TP. PKK. The role of urban village fund allocation in support the urban village expenditure is the income for the Head of sub-urban village, urban village government operational cost, assistance fund for operational of LKMD/LPMK, TP.PKK, the assistance fund for educational and health operational and to for the development of urban village infrastructure and local people economic. The condition of urban village in post allocation of urban village fund at the urban village of Paluh Kemiri based on the average score of respond of respondent is in a good criteria while for average score of respond of the respondent to the condition of local people of urban village post allocation of urban village fund at urban village of Paluh Kemiri is in enough condition. The amount of urban village fund allocation at the urban village of Paluh Kemiri, sub-district of Lubuk Pakam is stagnant in each year since the implementation of this program, and it is suggested to the local government to increase the amount of fund allocation based on the growth rate of the population in each year.


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis sanjungkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini yang berjudul “Pengaruh Alokasi Dana Kelurahan terhadap Perkembangan Kelurahan di Kecamatan Lubuk Pakam (Studi Kasus tentang Persepsi Masyarakat Kelurahan Paluh Kemiri)”. Tesis ini dibuat sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, penulisan tesis ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, baik dukungan moril maupun materil. Ucapan terima kasih secara khusus penulis haturkan kepada Ibunda Afridah Nasution, S.Pd dan Ayahanda Drs. Suhatta Ritonga, SH tercinta, sumber “mata air” semangat yang tak pernah kering, kasih sayang yang telah merawat, kucuran materi dalam membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh ikhlas dan tawakkal serta doa yang selalu menyertai penulis, demi paripurnanya perjuangan penulis yang tidak akan pernah penulis dapat lunasi sampai kapanpun. Adik-adik penulis (Asmiyah Sari Ritonga dan Amysha Tri Rejeki Ritonga) yang selalu memberikan dukungan kepada penulis kepada penulis dalam menempuh pendidikan dan meniti karir serta Dinda Riszianti yang begitu spesial di hati penulis yang senantiasa memberikan warna dan semangat kepada penulis hingga tesis ini dapat terselesaikan.

Selain itu di dalam penulisan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari semua pihak, maka dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana USU yang banyak memberikan kemudahan dalam proses pendidikan di USU.


(8)

2. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara dan pengajar yang banyak memberikan wawasan tentang pembangunan wilayah dan pedesaan.

3. Bapak Prof. Bachtiar Hasan Miraza, SE selaku Ketua Komisi Pembimbing yang banyak meluangkan waktu memberikan bimbingan dan arahan dalam proses penyusunan tesis ini.

4. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE. M.Ec dan Bapak Drs. Rujiman, MA selaku Anggota Komisi Pembimbing yang yang tanpa rasa bosan dengan tulus, kearifan dan kesabaran telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penulis pada saat penyusunan tesis.

5. Ibu Prof. Erlina, SE. M.Si, Ph.D, Ak dan Bapak Dr. Drs. H.B. Tarmizi, SU selaku Pembanding dan Penguji yang telah mendukung dan menyampaikan berbagai masukan untuk perbaikan tesis ini hingga selesai.

6. Seluruh Dosen Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan pengetahuannya kepada penulis selama penulis masih dalam bangku perkuliahan pada Sekolah Pascasarjana PWD Universitas Sumatera Utara.

7. Civitas Akademika Pascasarjana PWD Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu proses administrasi dan kelancaran kegiatan akademik.

8. Rekan-rekan seangkatan PWD’09 Universitas Sumatera Utara, terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk menjadi ketua kelas dan terimakasih juga atas kebersamaan yang telah terbina dengan baik selama ini semoga terus berlanjut untuk kedepannya.

9. Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dimana penulis bertugas dan mengabdi sebagai PNS yang telah memberikan kesempatan dan izin belajar kepada penulis untuk dapat melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Sumatera Utara.

10. Bapak Khairil, ST selaku pimpinan di kantor Kelurahan Paluh Kemiri tempat penulis bertugas, dimana banyak memberikan masukan dan kelonggaran kepada


(9)

11. Bapak Safoan dan Bunda Rosmawati Purba serta Alfian Teguh Rianto yang sudah seperti keluarga bagi penulis, yang selalu mengingatkan dan memberi semangat kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini hingga gelar Magister Sians ini dapat penulis peroleh.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi bahasa maupun isi, oleh karena itu penulis dengan senang hati akan menerima kritikan sehat, saran dan masukan dari semua pihak. Kepada pihak yang telah banyak membantu namun tidak tercantum dalam tulisan ini, semoga segala bentuk kebaikan yang telah diberikan mendapat ganjaran yang berlipat ganda dari Allah SWT. Akhir kata penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukannya.

Medan, 28 Juli 2011 Penulis,

Muhammad Idris Ritonga NIM. 097003010


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Pembangunan ... 8

2.2. Keswadayaan Masyarakat... 9

2.3. Pemberdayaan Masyarakat... 10

2.4. Pembangunan Daerah... 16

2.4.1. Perencanaan Pembangunan Daerah ... 16

2.4.2. Tujuan Pembangunan Daerah Kab. Deli Serdang... 22

2.4.3. Sasaran Pembangunan Daerah Kab. Deli Serdang ... 22

2.5. Alokasi Dana Kelurahan ... 23

2.5.1. Pengertian Alokasi Dana Kelurahan ... 23

2.5.2. Tujuan Alokasi Dana Kelurahan... 23

2.5.3. Sasaran Alokasi Dana Kelurahan... 24


(11)

2.7. Penelitian Terdahulu ... 26

2.8. Kerangka Berfikir ... 28

2.9. Hipotesis Penelitian... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 31

3.1. Ruang Lingkup Penelitian... 31

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 31

3.3. Pengambilan Sampel... 32

3.4. Teknik Pengumpulan Data... 35

3.5. Metode Analisis Data... 37

3.6. Defenisi Variabel Operasional Penelitian ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 42

4.1. Gambaran Umum Kelurahan Paluh Kemiri... 42

4.1.1 Kondisi Geografis ... 42

4.1.2 Kondisi Demografi... 44

4.1.3 Keadaan Sosial Ekonomi ... 47

4.1.4 Sarana dan Prasarana... 48

4.1.5 Kelembagaan dan Hubungan Sosial Kemasyarakatan... 49

4.2. Deskripsi Alokasi Dana Kelurahan... 50

4.3. Persepsi Terhadap Manfaat Alokasi Dana Kelurahan ... 54

4.3.1 Manfaat Alokasi Dana Kelurahan bagi bantuan operasional terahadap LKMD/LPMK... 54

4.3.2 Manfaat Alokasi Dana Kelurahan bagi Peningkatan Pendidikan ... 56

4.3.3 Manfaat Alokasi Dana Kelurahan bagi Peningkatan Kesehatan kan ... 58

4.3.4 Manfaat Alokasi Dana Kelurahan bagi Pembangunan Infrastruktur Kelurahan dan Perekonomian Masyarakat... 60

4.4. Peran Alokasi Dana Kelurahan dalam pembiayaan pengeluran... 63

4.5. Kondisi Kelurahan dan Masyarakat di Kelurahan Paluh Kemiri setelah dilaksanakan Alokasi Dana Kelurahan... 67


(12)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

5.1. Kesimpulan ...70

5.1. Saran ...71


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 3.1 Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk di Kelurahan Paluh Kemiri

Kecamatan Lubuk Pakam Tahun 2010 ... 33

3.2 Jumlah Populasi dan Sampel... 35

3.3 Kriteria Hasil Skor Jawaban Responden ... 40

4.1 Penggunaan Tanah di Kelurahan Paluh Kemiri ... 43

4.2 Orbitasi/Jarak Kelurahan Paluh Kemiri dengan Pusat Pemerintahan Tahun 2010... 44

4.3 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan Paluh Kemiri... 45

4.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa di Kelurahan Paluh Kemiri... 45

4.5 Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama di Kelurahan Paluh Kemiri... 47

4.6 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 47

4.7 Rekapitulasi Alokasi Dana Kelurahan Paluh Kemiri dari Tahun 2004-2010 ... 53

4.8 Manfaat Alokasi Dana Kelurahan ditinjau dari kegiatan bantuan operasional terahadap LKMD/LPMK ... 55

4.9 Manfaat Alokasi Dana Kelurahan bagi Kegiatan Peningkatan Pendidikan ... 57

4.10 Manfaat Alokasi Dana Kelurahan bagi Kegiatan Peningkatan Kesehatan ... 59

4.11 Manfaat Alokasi Dana Kelurahan bagi Pembangunan Infrastruktur Kelurahan dan Perekonomian Masyarakat... 61

4.12 Rekapitulasi Perbedaan Tanggapan antara Masyarakat Kelurahan dengan Pimpinan Kelurahan tentang Manfaat Alokasi Dana Kelurahan ... 62

4.13 Rincian Pembiayaan Pengeluaran Kelurahan Paluh Kemiri ... 64

4.14 Rincian Alokasi Dana Kelurahan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010... 66


(14)

4.15 Tanggapan Masyarakat terhadap Kondisi Kelurahan

setelah adanya Alokasi Dana Kelurahan ... 67 4.16 Tanggapan Masyarakat terhadap Kondisi Masyarakat di Kelurahan setelah adanya Alokasi Dana Kelurahan ... 68


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian... 29


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman 1. Kuisioner Penelitian ... 75 2. Perhitungan Chi-Square Bagi Bantuan Operasional LKMD/LPMK ... 78 3. Perhitungan Chi-Square Bagi Peningkatan Pendidikan ... 79 4. Perhitungan Chi-Square Bagi Peningkatan Kesehatan ... 80 5. Perhitungan Chi-Square Bagi Pembangunan Infrastruktur Kelurahan

dan Perekonomian Masyarakat ... 81 6. Foto Penelitian... 82


(17)

PENGARUH ALOKASI DANA KELURAHAN TERHADAP PERKEMBANGAN KELURAHAN DI KECAMATAN LUBUK PAKAM (STUDI KASUS TENTANG

PERSEPSI MASYARAKAT KELURAHAN PALUH KEMIRI) ABSTRAK

Muhammad Idris Ritonga, Pengaruh Alokasi Dana Kelurahan terhadap Perkembangan Kelurahan di Kecamatan Lubuk Pakam (Studi Kasus tentang Persepsi Masyarakat Kelurahan Paluh Kemiri) di bawah bimbingan Bapak Prof. Bachtiar Hasan Miraza, Wahyu Ario Pratomo, SE. M.Ec dan Bapak Drs. Rujiman, MA.

Sejak tahun 2004 Kabupaten Deli Serdang telah menjalankan Alokasi dana kelurahan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Deli Serdang dimaksudkan untuk membiayai program Pemerintah Kelurahan dalam melaksanakan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat. Populasi penelitian ini meliputi seluruh masyarakat Kelurahan Paluh Kemiri yaitu sebanyak 2.983 orang dengan 793 kepala keluarga. Besar sampel yang diambil sebanyak 93 responden. Tujuan penelitian ini adalah 1). Untuk menganalisis persepsi pimpinan kelurahan dan masyarakat Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam terhadap manfaat Alokasi Dana Kelurahan, 2). Untuk mengetahui peran Alokasi Dana Kelurahan dalam pembiayaan pengeluaran di Kecamatan Lubuk Pakam, 3). Untuk menganalisis bagaimana kondisi kelurahan dan masyarakat di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam setelah dilaksanakan Alokasi Dana Kelurahan.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa manfaat alokasi dana kelurahan bagi kegiatan operasional LKMD/PPMK, peningkatan pendidikan dan peningkatan kesehatan serta pembangunan infrastruktur kelurahan dan perekonomian masyarakat ialah bermanfaat di dalam pengembangan kelurahan baik bagi masyarakat kelurahan dan pimpinan kelurahan, akan tetapi bagi kegiatan bantuan operasional TP. PKK terdapat perbedaan manfaat. Pembiayaan pengeluaran kelurahan melalui alokasi dana kelurahan yaitu untuk penghasilan tetap Kepala Lingkungan, biaya operasional Pemerintah Kelurahan, bantuan operasional LKMD/LPMK, bantuan operasional TP. PKK, peningkatan pendidikan, peningkatan derajat kesehatan dan terkhir untuk pembangunan infrastruktur kelurahan dan perekonomian masyarakat. Kondisi kelurahan setelah adanya Alokasi Dana Kelurahan di Kelurahan Paluh Kemiri berdasarkan rata-rata skor nilai jawaban responden adalah berada pada kriteria baik, sedangkan untuk rata-rata skor nilai jawaban responden terhadap kondisi masyarakat kelurahan setelah adanya Alokasi Dana Kelurahan di Kelurahan Paluh Kemiri adalah berada pada kriteria cukup baik. Jumlah alokasi dana kelurahan di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam setiap tahunnya tetap (stagna) sejak dijalankannya alokasi dana kelurahan ini, kepada Pemerintah Kabupaten diharapkan untuk meningkatkan jumlah alokasi dana kelurahan mengingat jumlah dan kepadatan penduduk yang semakin bertambah setiap tahunnya.


(18)

THE INFLUENCE OF URBAN VILLAGE FUND ALLOCATION TO THE DEVELOPMENT OF URBAN VILLAGE AT SUB-DISTRICT OF LUBUK

PAKAM (CASE STUDY ON THE PERCEPTION OF LOCAL PEOPLE AT URBAN VILLAGE OF PALUH KEMIRI)

ABSTRACT

Muhammad Idris Ritonga, The Influence of Urban Village Fund Allocation to the Development of Urban village at sub-district of Lubuk Pakam (Case Study on the Perception of local people at Urban village of Paluh Kemiri) under supervision of Prof. Bachtiar Hasan Miraza, Wahyu Ario Pratomo, SE.M.Ec and Drs. Rujiman, MA Since 2004, regency of Deli Serdang distribute the urban village fund allocation from the Local Budget of regency of Deli Serdang to support the government program in urban village level either in government administration or to the strengthening of the society. The population in this research is all of local people at Urban Village of Paluh Kemiri for 2.983 persons and 793 household heads, while the sample is 93 respondents. This objective of this research are 1). To analyze the perception of urban village leadership and the local people of urban village of Paluh Kemiri sub-district of Lubuk Pakam to the benefit of the allocation of urban village fund. 2) To study the role of urban village fund allocation in expenditure at sub district of Lubuk Pakam, 3). To analyze the condition of urban village and the local people at the urban village of Paluh Kemiri, sub district of Lubuk Pakam post-allocation of urban village fund.

The results of research indicates that the benefit of the urban village fund allocation to the operational activity of LKMD/PPMK, the increasing of educational and health level and development of urban village infrastructure and society economic are useful for the development of urban village either for the local people or for the urban village leadership, but there is a different useful for the operational fund assistance for TP. PKK. The role of urban village fund allocation in support the urban village expenditure is the income for the Head of sub-urban village, urban village government operational cost, assistance fund for operational of LKMD/LPMK, TP.PKK, the assistance fund for educational and health operational and to for the development of urban village infrastructure and local people economic. The condition of urban village in post allocation of urban village fund at the urban village of Paluh Kemiri based on the average score of respond of respondent is in a good criteria while for average score of respond of the respondent to the condition of local people of urban village post allocation of urban village fund at urban village of Paluh Kemiri is in enough condition. The amount of urban village fund allocation at the urban village of Paluh Kemiri, sub-district of Lubuk Pakam is stagnant in each year since the implementation of this program, and it is suggested to the local government to increase the amount of fund allocation based on the growth rate of the population in each year.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan Nasional merupakan pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Pembukaan UUD 1945 telah mengamanatkan bahwa tujuan pembangunan adalah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang adil dan makmur, baik material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pemerintah Daerah merupakan yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Dalam kenyataan kebangsaan saat ini, perwujudan kesejahteraan masyarakat masih jauh dari yang diharapkan. Kondisi ini terlihat dengan masih terdapatnya masalah kesenjangan sosial yang belum terselesaikan dengan baik. Salah satu masalah sosial yang perlu mendapat perhatian besar dan penanganan serius oleh Pemerintah dan seluruh elemen masyarakat adalah permasalahan kemiskinan.

Keberadaan kelurahan secara yuridis formal diakui di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan. Berdasarkan ketentuan ini Kelurahan diberi

pengertian sebagai wilayah kerja Lurah sebagai perangkat daerah Kabupaten/Kota dalam wilayah kerja kecamatan. Pemahaman kelurahan di atas menempatkan kelurahan sebagai suatu organisasi pemerintahan yang secara politis memiliki


(20)

posisi tersebut kelurahan memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang kesuksesan Pemerintahan Nasional dan secara luas. Kelurahan menjadi garda terdepan dalam menggapai keberhasilan dari segala urusan dan program dari pemerintah. Hal ini juga sejalan apabila dikaitkan dengan komposisi penduduk Indonesia menurut sensus terakhir pada tahun 2010 bahwa sebagian besar penduduk Indonesia saat ini masih bertempat tinggal di kawasan permukiman kelurahanan. Maka menjadi sangat logis apabila pembangunan kelurahan menjadi prioritas utama bagi kesuksesan pembangunan nasional.

Sebagai konsekuensi logis adanya kewenangan dan tuntutan dari pelaksanaan otonomi adalah tersedianya dana yang cukup. Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, antara lain disebutkan bahwa daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan-kebijakan tentang kelurahan terutama dalam memberi pelayanan, peningkatan peran serta, peningkatan prakarsa dan pemberdayaan masyarakat kelurahan yang ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat.

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menegaskan bahwa keseluruhan belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan

masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah. Sumber pendapatan kelurahan berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 73 Tahun 2005 tentang kelurahan, pasal 9 ayat (1) bahwa keuangan kelurahan bersumber dari:


(21)

a. APBD Kabupaten/Kota yang dialokasikan sebagaimana perangkat daerah lainnya; b. Bantuan pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan bantuan

pihak ketiga;

c. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

Sesuai dengan pasal 9 ayat (2) Peraturan Pemerintah nomor 73 Tahun 2005 tentang

kelurahan menyatakan bahwa alokasi anggaran kelurahan yang berasal dari APBD

Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada pasal 9 ayat (1) huruf a di atas, memperhatikan faktor-faktor sekurang-kurangnya yaitu jumlah penduduk, kepadatan penduduk, luas wilayah, kondisi geografis/karakteristik wilayah, jenis dan volume pelayanan serta besaran pelimpahan tugas yang diberikan.

Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005, Pasal 3 ayat (1) menyatakan Kelurahan merupakan Perangkat Daerah. Kelurahan-kelurahan yang ada di wilayah Kabupaten Deli Serdang, pada umumnya memerlukan bantuan keuangan dari Pemerintah Kabupaten guna menunjang dan memperlancar penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan Kemasyarakatan di Kelurahan termasuk biaya Operasional Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan (LKMK/LKMD) dan TP-PKK Kelurahan yang juga memerlukan anggaran tersendiri guna mendukung Operasional kegiatannya.

Ketentuan pasal tersebut mengamanatkan kepada Pemerintah Kabupaten untuk mengalokasikan dana perimbangan yang diterima kabupaten kepada kelurahan dengan memperhatikan prinsip keadilan dan menjamin adanya pemerataan. Sejak tahun 2004 Kabupaten Deli Serdang telah menjalankan Alokasi dana kelurahan yang


(22)

mana dalam kaitannya dengan pemberian alokasi dana kelurahan di Kabupaten Deli Serdang, Pemerintah Kabupaten Deli Serdang telah memberikan petunjuk teknis melalui Peraturan Bupati Deli Serdang Nomor 757 tahun 2010 perihal Petunjuk

Pelaksanan Pengelolaan Alokasi Anggaran Kelurahan Kabupaten Deli Serdang. Dalam Peraturan Bupati Deli Serdang Nomor 757 tahun 2010 alokasi dana kelurahan

merupakan bantuan keuangan dari Pemerintah Kabupaten Deli Serdang kepada Pemerintah Kelurahan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Deli Serdang dimaksudkan untuk membiayai program Pemerintah Kelurahan dalam melaksanakan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat.

Pemenuhan hak atas kelurahan dalam menyelenggarakan otonominya agar berkembang dan tumbuh mengikuti pertumbuhan dari kelurahan itu sendiri

berdasarkan keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat serta menghela percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis merupakan wujud dari pemberian alokasi dana kelurahan. Sehingga hal ini dapat mengembangkan wilayah tertinggal dalam suatu sistem wilayah pengembangan. Maksud pemberian langsung alokasi dana kelurahan adalah sebagai bantuan stimulan atau dana perangsang untuk mendorong dalam membiayai program Pemerintah Kelurahan yang ditunjang dengan partisipasi swadaya gotong royong masyarakat dalam melaksanakan kegiatan

pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat. Kemampuan dan keterampilan aparatur kelurahan merupakan dasar dari pelaksanaan pemerintah khususnya dibidang


(23)

Pelaksanaan alokasi dana kelurahan dilakukan melalui fisik dan non fisik yang berhubungan dengan indikator perkembangan kelurahan meliputi tingkat perhubungan, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan serta peningkatan produksi. Perkembangan kelurahan merupakan wujud dari pembangunan fisik, akan tetapi pada saat ini sarana dan prasarana kelurahan masih kurang memadai dalam pencapaian pembangunan yang bekerlanjutan. Pelaksanaan pemerintah kelurahan akan terlaksana secara optimal apabila diikuti dengan pemberian sumber-sumber keuangan yang besarnya diselaraskan dengan pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan tuntutan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu dana merupakan faktor penunjang dalam pengembangan kelurahan. Pelaksanaan alokasi dana kelurahan membutuhkan persepsi dari pimpinan dan masyarakat kelurahan untuk melihat sejauh mana pelaksanaan dari alokasi dana kelurahan tersebut mengingat maksud dari alokasi dan kelurahan tersebut oleh pemerintah kabupaten ialah untuk membiayai program Pemerintah Kelurahan dalam melaksanakan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat. Sehubungan dengan hal yang diuraikan di atas, maka penulis tertarik melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Alokasi Dana Kelurahan terhadap Perkembangan Kelurahan di Kecamatan Lubuk Pakam (Studi Kasus tentang Persepsi Masyarakat Kelurahan Paluh Kemiri)”.


(24)

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah yang ada di atas, Penulis mengungkapkan permasalahan dalam penelitian ini ke dalam suatu perumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana persepsi pimpinan kelurahan dan masyarakat Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam terhadap manfaat Alokasi Dana Kelurahan?

2. Bagaimana peranan Alokasi Dana Kelurahan dalam pembiayaan pengeluaran kelurahan di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam?

3. Bagaimana kondisi kelurahan dan masyarakat di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam setelah dilaksanakan Alokasi Dana Kelurahan?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara spesifik, penelitian ini bertujuan:

1. Untuk menganalisis persepsi pimpinan kelurahan dan masyarakat Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam terhadap manfaat Alokasi Dana Kelurahan. 2. Untuk mengetahui peran Alokasi Dana Kelurahan dalam pembiayaan pengeluaran

di Kecamatan Lubuk Pakam.

3. Untuk menganalisis bagaimana kondisi kelurahan dan masyarakat di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam setelah dilaksanakan Alokasi Dana Kelurahan.

1.4 Manfaat Penelitian


(25)

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengambil keputusan dalam permasalahan Alokasi Dana Kelurahan serupa, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan Alokasi Dana Kelurahan.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, maupun bagi pihak-pihak yang terkait dalam pembuatan kebijakan yang berhubungan dengan Alokasi Dana Kelurahan.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan

Menurut Todaro (1998) pembangunan bukan hanya fenomena semata, namun pada akhirnya pembangunan tersebut harus melampaui sisi materi dan keuangan dari kehidupan manusia. Dengan demikian pembangunan idealnya dipakai sebagai suatu proses yang berdimensi jamak, yang melibatkan masalah pengorganisasian dan peninjauan kembali seluruh sistem ekonomi dan sosial. Berdimensi jamak dalam hal ini artinya membahas komponen-komponen ekonomi dan non ekonomi.

Sukirno (1985) mengemukakan pendapatnya tentang konsep pembangunan mempunyai 3 (tiga) sifat penting yaitu proses terjadinya perubahan secara terus menerus, adanya usaha untuk menaikkan pendapatan masyarakat dan kenaikan pendapatan masyarakat yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang.

Todaro (1998) menambahkan bahwa pembangunan ekonomi telah digariskan kembali dengan dasar mengurangi atau menghapuskan kemisikinan, ketimpangan dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi negara yang sedang berkembang.

Menurut Hanafiah (1982) pengertian pembangunan mengalami perubahan karena pengalaman pada tahun 1950-an sampai 1960-an menunjukkan bahwa pembangunan yang berorientasi pada kenaikan pendapatan nasional tidak bisa memecahkan pemasalahan pembangunan. Hal ini terlihat dari taraf hidup sebahagian


(27)

masyarakat tidak mengalami perbaikan kendatipun target kenaikan pendapatan

nasional pertahun meningkat. Dengan kata lain ada tanda-tanda kesalahan besar dalam mengartikan istilah pembangunan seara sempit. Akhirnya disadari bahwa pengertian pembangunan itu sangat luas bukan sekedar hanya menaikkan pendapatan nasional saja. Pembangunan ekonomi itu tidak bisa hanya diartikan sebagi kegiatan-kegiatan yang dilakukan negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. Pembangunan ekonomi pada umumnya didefenisikan sebagai suatu proses menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka panjang.

2.2 Keswadayaan Masyarakat

Raharjo (1992) keswadayaan berarti semangat untuk membebaskan diri dari ketergantungan pada sumber daya yang dimiliki. Keswadayan juga dapat dipahami sebagai semangat yakni upaya yang didasarkan kepada kepercayaan kemampuan diri dan berdasarkan sumber daya yang dimiliki.

Swadaya masyarakat merupakan semangat untuk membebaskan diri dari ketergantungan dari pihak luar atau kekuatan diri dengan sumber daya yang mereka miliki. Swadaya masyarakat juga kemampuan untuk memanfaatkan dan mengembangkan fasilitas-fasilitas yang telah tersedia sebagai hasil pembangunan yang dilaksanakan pemerintah (Raharjo, 1992).

Tidak berkembangnya swadaya masyarakat mengakibatkan penduduk miskin tetap terperangkap di dalam kemiskinan. Menurut Chambers (1983), kemiskinan itu


(28)

sendiri bukanlah hal yang sederhana. Kemiskinan berakar dari berbagai faktor internal dan eksternal yang melekat pada masyarakat miskin itu sendiri. Faktor inernal seperti ketidak berdayaan, kerawanan, isolasi, kelemahan fisik dan kemiskinan itu sendiri, sedangkan faktor eksternal seperti kebijaksanaan pembangunan yang lebih mementingkan perkembangan lapisan masyarakat ekonomi kuat ketimbang masyarakat yang ekonomi lemah.

2.3 Pemberdayaan Masyarakat

Shardlow (1998:32) dalam Adi (2003:54) melihat bahwa pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.

Pemberdayaan tergantung pada kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, karena kemiskinan mencerminkan ketiadaan pilihan bagi seseorang. Dasar pandangannya adalah bahwa upaya yang dilakukan harus diarahkan langsung pada akar persoalannya, yaitu meningkatkan kemampuan rakyat. Bagian yang tertinggal dalam masyarakat harus ditingkatkan kemampuannya dengan mengembangkan dan mendinamisasikan potensinya, dengn kata lain memberdayakannya. Mas’oed (1993) menyatakan bahwa pemberdayan masyrakat didefenisikan sebagai upaya memberi daya atau kekuatan kepada rakyat (empowerment). Bentuk, jenis dan cara pemberdayaan masyarakat atau penguatan masyarakat sangat beragam.


(29)

Menurut Adam Malik dalam Alfian (1980) upaya pemberdayaan itu adalah berwujud adanya kemauan untuk mengubah struktur masyarakat yang selama ini belaku. Oleh karena itu upaya mengentaskan orang miskin dari kemiskinannya secara hakiki (bersifat mendasar) sama sulitnya dengan usaha pemberdayaan masyarakat dan bukan merupakan pekerjaan yang mudah dan bersifat instant (segera ada hasilnya).

Oleh karena itu, pemberdayaan bertujuan dua arah. Pertama, melepaskan belenggu kemiskinan dan keterbelakangan. Kedua, memperkuat posisi lapisan masyarakat dalam struktur kekuasaan. Kedua-duanya harus ditempuh dan menjadi sasaran dari pada pemberdayaan.

Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari upaya pembangunannya sendiri.

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru

pembangunan, yakni yang bersifat people centered, participatory, empowering dan

sustainable (Chambers dalam Kartasasmita, 1997: 42). Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan (Hikmat, 2001: 3). Partisipasi merupakan komponen penting dalam pembangkitan kemandirian dan proses pemberdayaan (Craig dan Mayo dalam Hikmat, 2001: 4).

Pemberdayaan masyarakat pada prinsipnya meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan yang harus diberi kepercayaan untuk berperan dalam


(30)

pembangunan. Kepercayaan diberikan dalam bentuk peran aktif dalam setiap tahap pembangunan. Untuk itu program-program pembangunan harus dapat memperkuat masyarakat dan kelembagaan masyarakat dalam tingkat komunitas agar mereka secara formal dapat melaksanakan pembangunan dengan baik.

Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity), karena pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri. Dengan demikian, tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan dan membangun kemampuan untuk memajukan diri kearah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.

Dalam pemberdayaan masyarakat ada beberapa aspek yang dapat dikembangkan sehingga menumbuhkan keberdayaan, aspek ini menurut Ndraha (2000: 80-81) adalah:

1. Pemberdayaan politik, bertujuan meningkatkan bargaining position yang diperintah terhadap pemerintah. Melalui bargaining tersebut, yang diperintah mendapatkan apa yang merupakan haknya dalam bentuk barang, jasa, layanan dan kepedulian tanpa merugikan orang lain.

2. Pemberdayaan ekonomi, dimaksudkan sebagai upaya untuk mening-katkan kemampuan yang diperintah sebagai konsumer untuk berfungsi sebagai penanggung dampak negatif pertumbuhan, pembayar resiko salah urus, pemikul beban pembangunan, kambing hitam kegagalan program, dan penderitaan kerusakan lingkungan.


(31)

3. Pemberdayaan sosial budaya, bertujuan meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia (human invesment), penggunaan (human utilization), dan perlakuan seadil-adilnya terhadap manusia.

4. Pemberdayaan lingkungan, dimaksudkan sebagai program perawatan dan pelestarian lingkungan, supaya antara yang diperintah dengan lingkungannya terdapat hubungan saling menguntungkan.

Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Masyarakat miskin harus diberdayakan untuk dapat berpartisipasi lebih efektif dalam proyek dan program pembangunan yang dicanangkan pemerintah. Dasar pandangnya adalah bahwa upaya yang dilakukan harus diarahkan langsung pada akar persoalannya yaitu meningkatkan kemampuan rakyat. Bagian yang tertinggal dalam masyarakat harus ditingkatkan kemampuannya dengan mengembangkan dan mendinamisasikan potensinya.

Upaya memberdayakan masyarakat menurut Kartasasmita (1996: 159) harus dilakukan melalui 3 (tiga) cara, yakni:

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling).

2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering). 3. Melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah.


(32)

Pemberdayaan dimaksudkan untuk menciptakan keberdayaan masyarakat. Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat, akan memiliki keberdayaan yang tinggi. Namun selain nilai fisik seperti di atas, ada pula nilai-nilai intrinsik dalam masyarakat yang juga menjadi sumber keberdayaan seperti kekeluargaan, kegotongroyongan dan bagi bangsa Indonesia kebhinekaan.

Menurut Kartasasmita (1996: 144) keberdayaan masyarakat adalah: Unsur dasar yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan dan dalam pengertian yang dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Keberdayaan masyarakat ini menjadi sumber dari apa yang didalam wawasan politik disebut sebagai ketahanan nasional.

Lebih lanjut Kartasasmita (1996: 159) mengemukakan bahwa: “yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya adalah dengan perkuatan yang meliputi langkah-langkah nyata dan menyangkut berbagai masukan serta pembukaan akses kepada berbagai peluang. Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan dan derajat kesehatan, serta akses kepada sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja dan pasar”.


(33)

1. Motivasi masyarakat yakni adanya suatu proses penciptaan kondisi yang membangkitkan kesadaran akan potensi yang diiliki masyarakat dan ada usaha untuk mengembangkannya.

2. Empowering yakni memperkuat potensi dan daya yang dimiliki masyarakat dengan memberikan input dan membuka peluang untuk berkembang.

3. Proteksi yakni memberikan perlindungan agar yang lemah tidak semakin lemah. Selanjutnya, Sumodiningrat (1997: 164) mengemukakan bahwa Masyarakat dianggap berdaya bila ia mampu meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya melalui peningkatan kualitas sumberdaya manusia, peningkatan kemampuan permodalan, pengembangan usaha dan pengembangan kelembagaan usaha bersama dengan menerapkan prinsip gotong royong, keswadayaan dan partisipasi.

Selain itu pemberdayaan kepada masyarakat harus diikuti pemberdayaan kepada pemerintah sebagai agen pembangunan yang memberikan arahan, bimbingan dan pembinaan kepada masyarakat dalam melaksanakan setiap program pembangunan. Hal-hal yang perlu diperkuat yaitu kemampuan aparat pemerintah sebagi pembimbing dan pembina masyarakat dan lembaga sosial masyarakat. Penguatan lembaga sosial masyarakat harus diarahkan untuk dapat menumbuhkan tanggung jawab masyarakat dalam penyelenggaran pembangunan. Peran serta masyarakat di satu daerah berkaitan erat dengan pemahaman tentang potensi daerah, kemampuan untuk menciptakan dan memanfaatkan peluang dalam pembangunan daerah.

Terdapat 2 (dua) hal yang dilakukan aparat dalam proses pemberdayaan masyarakat yaitu:


(34)

1. Bahwa peran tidak seharusnya berupaya melakukan sendiri, tetapi mengarahkan. Artinya kalau dilakukan masyarakat jangan dilakukan oleh pemerintah.

2. Masyarakat hendaknya diikutsertakan mulai dari proyek survei, perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi pembangunan juga proses pengambilan keputusan (Sumodiningrat, 1997).

Peningkatan peran serta masyarakat juga dapat dilakukan dengan cara medayagunakan perencanaan masyarakat di tingkat kelurahan dengan menghidupkan musyawarah yang diperankan oleh masyarakat kelurahan yang dihimpun dalam wadah LKMD. Kartodirjo (1987) mengemukakan bahwa tokoh masyarakat memegang peran penting dalam mendukung pembangunan masyarakat pada umunya. Hal ini karena tokoh masyarakat dengan otoritas tradisionalnya mempunyai pengaruh yang efektif dalam pelaksanaan berbagai macam program pembangunan di kelurahan.

2.4 Pembangunan Daerah

2.4.1 Perencanaan Pembangunan Daerah

Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu sistem yang dibentuk dari unsur-unsur perencanaan, pembangunan dan daerah. Menurut Riyadi dan Deddy (2005) unsur-unsur perencanaan meliputi:

1. Adanya asumsi yang didasarkan pada fakta-fakta, ini berarti bahwa perencanaan hendaknya disusun dengan berdasarkan asumsi yang didukung dengan fakta-fakta atau bukti yang ada. Hal ini menjadi penting karena hasil perencanaan merupakan dasar bagi pelaksanaan suatu kegiatan.


(35)

2. Adanya alternatif atau pilihan sebagai dasar penentuan kegiatan yang akan dilakukan, ini berarti bahwa dalam menyusun rencana perlu memperhatikan berbagai alternatif sesuai dengan kegiatan yang akan dilaksanakan.

3. Adanya tujuan yang ingin dicapai, dalam hal ini perencanaan merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan kegiatan.

4. Bersifat memprediksi sebagai langkah untuk mengantisipasi kemungkinan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan perencanaan.

5. Adanya kebijaksanaan sebagai hasil keputusan yang harus dilaksanakan.

Dalam hubungannya dengan suatu daerah sebagai area pembangunan dimana terbentuk konsep perencanaan pembangunan daerah, dapat dinyatakan bahwa perencanaan pembangunan daerah adalah suatu perencanaan pembangunan yang dimaksudkan untuk melakukan perubahan menuju arah perkembangan yang lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat, pemerintah dan lingkungan dalam wilayah tertentu. Melalui pemanfaatan atau pendayagunaan berbagai sumber daya yang ada dan harus memiliki orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap tetapi tetap berpegang pada azas prioritas. Melakukan perencanaan pembangunan daerah berbeda dengan melakukan perencanaan proyek atau perencanaan kegiatan yang bersifat lebih spesifik dan mikro.

Proses perencanaan pembangunan daerah jauh lebih rumit karena menyangkut perencanaan pembangunan bagi suatu wilayah dengan berbagai komunitas, lingkungan dan kondisi sosial yang didalamnya. Dalam kegiatan perencanaan pembangunan daerah tidak bisa dilakukan secara individual, melainkan harus dilakukan secara tim maupun kerjasama dalam arti institusional. Disamping itu keterlibatan masyarakat


(36)

sangatlah penting, karena masyarakat dapat melakukan pengkajian dan analisis yang akurat dalam rangka perumusan hasil perencanaanya. Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan daerah akan sangat mendorong terciptanya suatu hasil perencanaan yang baik, karena masyarakat sebagai salah satu unsur dalam pembangunan, tentunya dapat mengetahui sekaligus memahami apa yang ada diwilayahnya. Perencanaan pembangunan daerah memiliki beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian agar perencanaan pembangunan dapat menghasilkan rencana pembangunan yang baik serta dapat diimplementasikan dilapangan. Menurut Riyadi dan Deddy (2005) ada beberapa aspek-aspek antara lain:

1. Aspek lingkungan

2. Aspek potensi dan masalah 3. Aspek institusi perencana 4. Aspek ruang dan waktu 5. Aspek legalisasi kebijakan

Dalam proses pembangunan daerah dapat dilihat dengan tiga cara pandang yang berbeda, yaitu; pertama, pembangunan bagi suatu kota, daerah, atau wilayah sebagai wujud bebas yang pengembangannya tidak terikat dengan kota, daerah, atau wilayah lain, sehingga penekanan perencanaan pembangunannya mengikuti pola yang lepas dan mandiri; kedua, pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional; ketiga, perencanaan pembangunan daerah sebagai instrumen bagi penentuan alokasi sumber daya pembangunan dan lokasi kegiatan di daerah yang telah


(37)

direncanakan terpusat yang berguna untuk mencegah terjadinya kesenjangan ekonomi antar daerah.

Pada tanggal 15 Oktober 2004 diundangkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang “PEMERINTAHAN DAERAH” yakni sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang isinya penyempurnaan undang-undang No.22 tahun 1999. Pada waktu yang hampir bersamaan yakni pada tanggal 5 oktober 2004 diundangkan undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pembangunan Nasional yang isinya meliputi pengaturan Perencanaan Pembangunan Nasional yang didalamnya Mencakup Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional dan Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional dan Daerah. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, perencanaan pembangunan daerah perlu disusun secara berjangka yakni Rencana Pembangunan Jangka Panjang daerah disingkat dengan RPJP daerah untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang mengacu kepada RPJP nasional. RPJP daerah kabupaten/kota, dalam hal ini Kabupaten Deli Serdang, disusun dengan tahapan dan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Tahap pertama: Penyiapan Rancangan RPJP daerah Kabupaten/Kota untuk mendapatkan gambaran awal dari visi, misi, dan arah pembangunan Kabupaten Deli Serdang yang merupakan tanggung jawab Kepala Bappeda, dan selanjutnya menjadi bahasan dalam Musrenbang Jangka Panjang Daerah kabupaten/kota. Rancangan RPJP daerah Kabupaten/kota dimaksud dilampiri


(38)

dengan hasil analisis yang menggambarkan kondisi umum daerah dalam periode perencanaan 20 tahun kedepan, sebagai bahan masukan bagi para pemangku kepentingan (stake holder) pembangunan merumuskan dan menyepakati visi, misi, dan arah pembangunan daerah.

b. Tahap kedua: Penyelenggaraan Musrenbang Jangka Panjang Daerah Kabupaten/Kota yakni merupakan forum konsultasi dengan para pemangku-kepentingan pembangunan untuk membahas visi, misi dan arah pembangunan yang telah disusun, dibawah koordinasi Kepala Bappeda; dan untuk mendapatkan komitmen para pemangku-kepentingan pembangunan yang menjadi bahan masukan dalam penyempurnaan rancanagan RPJP daerah Kabupaten/Kota.

c. Tahap ketiga: Penyusunan rancangan akhir RPJP daerah Kabupaten/Kota yakni merupakan tanggung jawab Kepala Bappeda, dengan bahan masukan utama hasil Musrenbang Jangka Panjang daerah. Rancangan akhir ini disampaikan kepada Kepala Daerah, dan selanjutnya diproses untuk ditetapkan dalam Peraturan Daerah.

d. Tahap keempat: Penetapan Peraturan Daerah Tentang RPJP Daerah. Untuk memenuhi perundang-undangan yang berlaku, maka RPJP daerah Kabupaten/Kota dilakukan, selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah penetapan RPJP Daerah provinsi. Dengan demikian RPJP Daerah kabupaten/kota merupakan dokumen perencanaan jangka panjang daerah yang menjadi pedoman dalam penyusunan.


(39)

Penyusunan RPJP dimaksudkan agar penyelenggaraan pembangunan disetiap tingkatan pemerintahan terarah dan mempunyai target pencapaian (visi dan misi) yang jelas dalam kurun waktu 20 tahun kedepan. Selanjutnya, tujuan daripada penyusunan RPJP Daerah Kabupaten Deli Serdang adalah untuk dijadikan sebagai arah kebijakan pembangunan Kabupaten Deli Serdang untuk periode 20 tahun kedepan dan sebagai acuan dalam menyusun rencana pembangunan jangka menengah atau RPJM Kabupaten Deli Serdang.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang Peraturan Tahapan, Tata Cara Penyusunan Pengendalian Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Bab III, Paragraf satu pasal 11 ayat 3. Rancangan Awal RPJMD berpedoman pada RPJPD dan memperhatikan RPJM Nasional, kondisi lingkungan strategis di daerah serta hasil evaluasi terhadap RPJMD periode sebelumnya. Dalam rangka memenuhi ketentuan yang diamanatkan dalam peraturan tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Deli Serdang menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2014, yang memuat visi, misi, dan program Kepala Daerah.

Maksud penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Deli Serdang tahun 2009 - 2014 adalah untuk menjabarkan visi, misi dan program Bupati dan wakil bupati Deli Serdang terpilih pada saat kampanye Pilkada 2008, dalam bentuk program dan kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan oleh setiap SKPD di Kabupaten Deli Serdang lima tahun kedepan sebagai bagian dari proses Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Deli Sedang.


(40)

Adapun tujuan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah untuk menggambarkan dan mewujudkan keadaan yang diinginkan dalam waktu 5 (lima) tahun mendatang, sebagai bagian dari Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang, untuk mewujudkan cita-cita pembangunan masyarakat Kabupaten Deli Serdang.

2.4.2 Tujuan Pembangunan Daerah Kabupaten Deli Serdang

Melalui RPJM Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat tujuan dari pembangunan Kabupaten Deli Serdang sebagai berikut:

1. Mewujudkan kualitas sumber daya manusia.

2. Mewujudkan infrastruktur perhubungan, irigasi dan permukiman yang baik. 3. Meningkatkan perekonomian daerah.

4. Mewujudkan kualitas kehidupan masyarakat berlandaskan nilai nilai sosial, budaya dan agama.

5. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas tata kelola pemerintahan yang berbasis good governance.

2.4.3 Sasaran Pembangunan Daerah Kabupaten Deli Serdang

Adapun sasaran dari pembangunan Kabupaten Deli Serdang yang tertuang di dalam RPJM Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat sebagai berikut:

1. Terwujudnya peningkatan aksesbilitas pelayanan pendidikan dan kesehatan kepada seluruh masyarakat.

2. Terwujudnya ketersediaan infrastruktur dan permukiman yang memadai baik kuantitas dan kualitas.


(41)

3. Terwujudnya peningkatan ketahanan ekonomi masyarakat.

4. Terwujudnya kehidupan masyarakat yang harmoni dalam keberagaman. 5. Terwujudnya pemerintahan yang responsif, transparan dan akuntabel.

2.5 Alokasi Dana Kelurahan

2.5.1 Pengertian Alokasi Dana Kelurahan

Alokasi dana kelurahan merupakan salah satu instrumen penting dalam penyelenggaraan otonomi dan desentralisasi di tingkat kelurahan, pelaksanaan kebijakan alokasi dan kelurahan yang sesuai dengan amanat Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang bertujuan untuk mengembangkan pemerintahan kelurahan yang mandiri dan mampu menjalankan fungsi desentralisasi. Dalam Peraturan Bupati Deli Serdang Nomor 757 tahun 2010 alokasi dana kelurahan merupakan bantuan keuangan dari Pemerintah Kabupaten Deli Serdang kepada Pemerintah Kelurahan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Deli Serdang dimaksudkan untuk membiayai program Pemerintah Kelurahan dalam melaksanakan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat.

2.5.2 Tujuan Alokasi Dana Kelurahan

Sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor: 757 tahun 2010 tanggal 27 Juli 2010 tentang Pelaksanaan Pengelolaan Dana Alokasi Kelurahan Kabupaten Deli Serdang, tujuan alokasi dana kelurahan ialah untuk:

1. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan kelurahan dalam melaksanakan pelayanan pe merintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai kewenangan.


(42)

2. Meningkatkan kemampuan Lembaga Kemasyarakatan di kelurahan dalam melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian Pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi kelurahan.

3. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat kelurahan.

4. Mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat.

2.5.3 Sasaran Alokasi Dana Kelurahan

Adapaun sasaran alokasi dana kelurahan sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor: 757 tahun 2010 tanggal 27 Juli 2010 tentang Pelaksanaan Pengelolaan Dana Alokasi Kelurahan Kabupaten Deli Serdang, ialah untuk:

1. Meningkatnya efektifitas penyelenggaraan pemerintahan kelurahan. 2. Meningkatnya pelaksanaan pembangunan kelurahan.

3. Meningkatnya kualitas pelayanan masyarakat.

4. Meningkatnya partisipasi dan pemberdayaan masyarakat kelurahan.

2.5.4 Pengelolaan Alokasi Dana Kelurahan

Secara umum agar pemanfaatan alokasi dana kelurahan dapat mencapai tujuan yang diinginkan, maka pengelolaan alokasi dana kelurahan harus berpegang pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Pengelolaan dan pemanfaatan alokasi dana kelurahan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan keuangan kabupaten dalam APBD.

b. Seluruh kegiatan yang didanai oleh alokasi dana kelurahan dimusyawarahkan antara Pemerintah Kelurahan dengan masyarakat dan


(43)

dilaksanakan serta dievaluasi secara terbuka dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat di kelurahan.

c. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggung jawabkan secara teknis administratif dan hukum.

d. Alokasi dana kelurahan dilaksanakan dengan menggunakan prinsip hemat,

terarah dan terkendali.

e. Alokasi dana kelurahan digunakan untuk menigkatkan pelayanan terhadap

masyarakat, menunjang perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatannya tidak diperbolehkan untuk ganti rugi tanah, bangunan-bangunan mercusuar yang tidak memiliki nilai manfaat ekonomis dan sosial, misalnya tugu batas kelurahan/lingkungan, gapura dll, maupun untuk membangun tempat ibadah.

2.6 Persepsi Masyarakat

Menurut Langevelt (Permana, 1992) persepsi adalah pandangan individu terhadap suatu stimulus/obyek sehingga individu tersebut memberi reaksi/respon yang berhubungan dengan penerimaan atau penolakan. Persepsi juga berhubungan dengan pendapat dan penilaian yang berakibat motivasi, kemauan, tanggapan-tanggapan, perasaan dan fantasi terhadap stimulus.

Thoha (1988) menyatakan persepsi merupakan proses kognitif yang dialami setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Dia juga


(44)

mengemukakan persepsi merupakan penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi.

Sarwono (1986) mengemukakan kemampuan untuk membedakan, mengelompokkan, memfokuskan dan sebagainya sebagai kemampuan untuk mengorganisasikan persepsi. Organisasi persepsi mengikuti beberapa prinsip yaitu wujud, latar belakang dan pengelompokan.

Memahami persepsi menurut Santoso (Permana, 1992) sangat penting sesuai dengan masyarakat di mana kita mengerjakan sesuatu. Sebab, apapun yang menjadi tujuan kegiatan kita apakah itu di bidang pertanian, tata laksana pemerintahan, pendidikan dan sebagainya, kesemuanya tidak terlepas dari faktor manusiawi.

Dalam hubungannya dengan pemanfaatan dana bantuan kelurahan, persepsi masyarakat terbentuk dari latar belakang, pengelompokan dan wujud kegiatan pembangunan yang dilaksanakan, serta objek yang dilihat oleh masyarakat karena adanya kedekatan dalam ruang tertentu dan berhubungan dengannya.

2.7. Penelitian Terdahulu

Sulistianto (2001), melakukan penelitian yang berjudul "Pengaruh Program dana Bantuan Desa Terhadap Perkembangan Desa Di Kecamatan Stabat". Dalam Penelitian ini menunjukkan bahwa desa-desa di Kecamatan Stabat menyatakan ada hubungan yang positif dan signifikan antara Dana Bantuan Desa dengan indikator Perkembangan Desa dari tahun 1995 sampai dengan tahun 1999.


(45)

Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun" Dalam penelitian ini menyatakan tujuan untuk menggambarkan proses dan peran masyarakat dalam pelaksanaan Proyek Pemberdayaan Kecamatan Terpadu (P2KT) dan mengetahui manfaat Proyek Pemberdayaan Kecamatan Terpadu (P2KT) di Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa Proyek Pemberdayaan Kecamatan Terpadu (P2KT) memberikan Pengaruh yang positif terhadap Pembangunan Desa.

Sinaga (2006), melakukan analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Dalam Pengembangan Wilayah Kabupaten Deli Serdang. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pajak, retribusi dan lain-lain PAD yang sah serta otonomi daerah terhadap PDRB Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitiannya tersebut menyimpulkan bahwa PAD berpengaruh nyata terhadap PDRB sehingga merupakan salah satu aspek Pengembangan Wilayah dalam Bidang Ekonomi di Kabupaten Deli Serdang.

Purba (2007), dengan judul tesis Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Bantuan Pembangunan Desa di Kecamatan Gunung Malela Kabupaten Simalungun. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa karakteristik umur, pendidikan serta pendapatan berpengaruh positif terhadap partisipasi masyarakat, sehingga Partisipasi Masyarakat dapat berpengaruh dalam keberhasilan program bantuan pembangunan Desa.

Simanjuntak (2010), melakukan penelitian yang berjudul Analisis Alokasi Dana Desa APBD Serdang Bedagai Terhadap Pengembangan Desa di Kecamatan Sei


(46)

Rampah. Dalam Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pendapatan rata-rata rumah tangga sebelum dan sesudah pelaksanaan alokasi dana desa di Kecamatan Sei Rampah.

2.8 Kerangka Berpikir

Pemerintah Kabupaten Deli Serdang memberikan alokasi dana kelurahan ke setiap kelurahan sebagai wujud nyata pemenuhan hak kelurahan dalam membiayai program pemerintahan kelurahan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di kelurahan. Alokasi dana kelurahan tersebut digunakan dalam pembangunan fisik atau non fisik dengan tujuan pengembangan kelurahan. Dalam melakukan pengembangan kelurahan ini ada beberapa indikator yang dijadikan ukuran yaitu dalam hal ini meliputi tingkat pendapatan serta manfaat alokasi dana kelurahan menurut tanggapan pemimpin kelurahan dan masyarakat kelurahan.


(47)

Perubahan Sarana Perhubungan

APBD DELI SERDANG ALOKASI DANA

KELURAHAN

Persepsi Pimpinan dan Masyarakat Kelurahan

Perubahan Sarana

Kesehatan

Perubahan Sarana

Pendidikan

Perubahan Sarana

Peningkatan Produksi

Pengembangan Wilayah


(48)

2.9 Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan tanggapan masyarakat kelurahan dan pimpinan kelurahan tentang manfaat alokasi dana kelurahan.

2. Ada perubahan kondisi kelurahan dan masyarakat di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam setelah dilaksanakan Alokasi Dana Kelurahan.


(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Penelitian akan dilaksanakan di 4 (empat) lingkungan di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Pemilihan lokasi penelitian ini dikarenakan keterbatasan waktu, biaya sehingga dengan mudah dalam pengambilan data-data yang dibutuhkan serta lebih mengenal keadaan kelurahan ini.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data Sekunder diperoleh Penulis dari buku-buku, data yang didapat dari lembaga yang berkaitan dengan penelitian berupa BPS dan dokumen-dokumen dalam Pengelolaan Alokasi Dana Kelurahan. Data Primer diperoleh Penulis dengan menggunakan pedoman wawancara terhadap Pemimpin Kelurahan dan masyarakat kelurahan, observasi serta kuesioner dari perseorangan masyarakat dan pemimpin kelurahan sesuai dengan sasaran penelitian.

Menurut Arikunto (2006) sumber data adalah "subjek dari mana data dapat diperoleh". selanjutnya Arikunto (2002) menyebutkan tiga sumber data yaitu:


(50)

1. Person adalah sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket.

2. Place adalah sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak. Misalnya kelengkapan alat, ruangan, wujud benda, warna, surat pribadi dan notulen. Bergerak misalnya bekerja. Paper adalah sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf,angka,gambar atau simbol-simbol lainnya.

3. Paper dalam penelitian ini antara lain: Kabupaten Serdang Bedagai Dalam

Angka, dokumen-dokumen, buku-buku, peraturan perundang-undangan dan data yang berkaitan dalam penelitian ini.

3.3. Pengambilan Sampel

Dalam melakukan suatu penelitian, terlebih dahulu menentukan populasi yang akan diteliti. Yang dimaksud dengan populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian dengan demikian populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam lain yang merupakan subyek atau obyek yang berada pada suatu wilayah serta memenuhi syarat-syarat tertentu yang memiliki hubungan dengan permasalahan yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2002: 57) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Menurut Arikunto (2002: 115) “populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang menjadi sasaran untuk mendapatkan dan memperoleh data atau keterangan”.


(51)

Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi dalam penelitian ini adalah perangkat kelurahan dan masyarakat di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam seperti yang ada di Tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1. Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Tahun 2010

No Lingkungan Jumlah Populasi (KK) Jumlah Penduduk

1. 2. 3. 4.

I II III IV

263 282 148 100

1057 988 563 375

Jumlah 793 2983

Sumber: Kelurahan Paluh Kemiri, 2010.

Teknik sampel yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah teknik

probability sampling untuk pengambilan sampel terhadap Perangkat Kelurahan dan Masyarakat di Kelurahan. Menurut Sugiyono (2008) probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)". Teknik probability sampling digunakan Penulis karena penelitian ini harus sesuai dengan strata karena pengaruh Alokasi Dana Kelurahan terhadap Pengembangan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam dapat berbeda tingkat efektivitasnya dari setiap latar belakang responden. Dengan jumlah populasi tersebut di atas Penulis menarik sampel berdasarkan teknik Proportionate Stratified


(52)

sebanyak 2.983 rumah tangga, maka untuk mengetahui besarnya jumlah respoden yang akan dijadikan sampel digunakan rumus dari Frank Lynk dalam Ediwarsyah (1987):

Adapun penentuan besar sampel digunakan rumus “solivin” dalam Umar (2003: 108) sebagai berikut:

N.Z2.P (1-P)

n =

Keterangan:

n : Jumlah sampel N : Jumlah Populasi

Z : Nilai normal dari variabel (1,96) untuk tingkat kepercayaan 95% P : Harga Patokan tertinggi (0,5)

d : Sampling Error (0,1)

Bila di hitung dengan menggunakan rumus di atas, maka diketahui sebagai berikut: ) ( 93 104792 , 93 18 , 8 5972 , 761 ) 5 , 0 1 ( 5 , 0 1 , 0 . 793 ) 5 , 0 1 .( 5 , 0 . 96 , 1 . 793 2 2 dibulatkan sampel n       

Secara detail dapat dijelaskan jumlah responden dari masing-masing kelurahan tersebut seperti yang terlihat pada Tabel 3.2 dibawah ini:


(53)

Tabel 3.2. Jumlah Populasi dan Sampel No Lingkungan Jumlah Populasi

(KK) Perhitungan Sampel

1.

2.

3.

4.

I

II

III

IV

263

282

148

100

31

33

17

12

Jumlah 793 93

Sumber: Data yang diolah

Selain itu juga dilakukan indepth interview terhadap perangkat kelurahan yang terdiri dari Lurah, Sekretaris Lurah, pegawai kelurahan, LKMD dan TP-PKK beserta Kepala Ligkungan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data primer dilakukan dengan cara: 1. Observasi dan Pengamatan Langsung

Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti maka penulis mengadakan observasi terhadap objek atau sasaran pelaksanaan alokasi dana kelurahan. Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik


(54)

Observasi dilakukan penulis dengan pengamatan langsung ke lapangan agar memperoleh data yang aktual.

2. Wawancara

Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan mewawancarai atau tanya jawab terhadap sumber informasi yang mempunyai pengetahuan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab responden. Menurut Moh. Nasir (1999:234) wawancara adalah “proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara penanya atau pewawancara dengan penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara”.

Arikunto (2006) menyebutkan bahwa " interview yang sering disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara". Wawancara dilakukan kepada Lurah, Sekretaris Kelurahan, Ketua LKMD, Ketua TP-PKK Kelurahan dan Masyarakat Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam. 3. Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Menurut Sugiyono (2008) teknik pengumpuian data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Kuesioner dilakukan kepada perangkat kelurahan dan masyarakat


(55)

responden untuk menjaring pendapat dan opini masyarakat serta untuk menyaring data dari masyarakat yang berhubungan dengan variabel yang akan dievaluasi penelitian ini.

3.5 Metode Analisis Data

Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode penelitian yang dapat mempermudah tujuan penelitian. Metode penelitian merupakan suatu proses pencarian sesuatu secara sistematis dalam waktu tertentu.

Menurut Nazir (2005) "bahwa desain dari penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian".

Metode penelitian kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistic karena berlandaskan pada filsafat positivitik.

Menurut Sugiyono (2008): Metode penelitian Kuantitatif adalah "suatu metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis atau metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru atau data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistic.

Menurut Nasir (1999: 63) metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu system


(56)

membuat deskripsi gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Dalam penelitian kuantitatif dapat melihat hubungan variabel terhadap objek yang diteliti lebih bersifat sebab akibat (kausal), sehingga dalam penelitiannya ada variabel independen dan dependen. Dari variabel tersebut selanjutnya dicari seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Analisis data dalam penelitian kuantitatif merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul, sebab melalui analisislah data tersebut diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.

Selanjutnya menurut Nazir (2005), analisis adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah dibaca. Menurut Arikunto (1997) dijelaskan bahwa analisis data meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1. Persiapan 2. Tabulasi Data

3. Penerapan Data sesuai dengan penelitian

Dalam menjawab rumusan masalah dilakukan secara metode analisis data sebagai berikut:

1. Untuk menjawab permasalahan pertama dilakukan Analisis inferensial atau analisis statistic nonparametris (x atau Chi-Square) untuk menganalisis manfaat penggunaan Alokasi Dana Kelurahan dari tanggapan pemimpin kelurahan dan


(57)

Rumus perhitungan chi-square sebagai berikut:

Keterangan:

r = jumlah baris c = jumlah kolom i = baris ke i j = baris ke j

Oij = frekuensi observasi pada baris i kolom j

Eij = frekuensi yang diharapkan pada baris i kolom j Selanjutnya untuk menghitung Eij digunakan rumus:

Keterangan :

ni = jumlah frekuensi pada baris i nj = jumlah frekuensi pada kolom j n = total frekuensi.

2. Untuk melihat peranan Alokasi Dana Kelurahan dalam pembiayaan pengeluaran kelurahan di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam maka dianalisis


(58)

melalui pendekatan deskriptif berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

3. Untuk mengetahui bagaimana kondisi kelurahan dan masyarakat di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam setelah dilaksanakan Alokasi Dana Kelurahan, data dari hasil kuesioner dikelompokkan, disusun dan dimasukkan ke dalam tabel frekuensi. Adapun jawaban dari kuesioner ditentukan dengan Skala Likert. Nilai skala yang ditetapkan antara 1–5 dengan kategori jawaban a diberi skor 5; kategori jawaban b diberi skor 4; kategori jawaban c diberi skor 3; kategori jawaban d diberi skor 2; kategori jawaban e diberi skor 1. Selanjunya dilakukan penentuan kriteria hasil skor dengan skala interval. Menurut Nazir (1999: 445) bahwa besarnya interval dapat diketahui dengan menggunakan range

dan jumlah kelas. Interval

Interval


(59)

dengan demikian kriteria hasil skor dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 3.3. Kriteria Hasil Skor Jawaban Responden

Skor Kriteria

1,0 – 1,8 > 1,8 ≤ 2,6 > 2,6 ≤ 3,4 > 3,4 ≤ 4,2 > 4,2 ≤ 5,0

Tidak Baik Kurang BAik

Cukup Baik Baik Sangat Baik

3.6 Definisi Variabel Operasional Penelitian

Adapun definisi variabel operasional dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Kelurahan diberi pengertian sebagai wilayah kerja Lurah sebagai perangkat

daerah Kabupaten/Kota dalam wilayah kerja kecamatan.

2. Alokasi dana kelurahan merupakan bantuan keuangan dari Pemerintah Kabupaten Deli Serdang kepada Pemerintah Kelurahan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Deli Serdang dimaksudkan untuk membiayai program Pemerintah Kelurahan dalam melaksanakan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat. Adapun pembiayaan program Pemerintah Kelurahan yaitu meliputi penghasilan tetap Kepala Lingkungan, untuk biaya operasional Pemerintah Kelurahan, bantuan operasional LKMD/LPMK, bantuan operasional TP. PKK, peningkatan pendidikan dan peningkatan derajat kesehatan serta untuk pembangunan infrastruktur kelurahan dan perekonomian masyarakat.


(60)

3. Pemberdayaan Masyarakat adalah kemampuan menciptakan keberdayaan masyarakat dalam mengembangkan diri dan mencapai kemajuan kearah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan yang ditinjau dari dimensi; penguatan kemampuan usaha masyarakat, dimensi bargaining power/Kapasitas masyarakat dan dimensi kemandirian dan etos kerja masyarakat.

4. Pendapatan rata-rata rumah tangga adalah pendapatan rata-rata atau hasil yang diperoleh dari sumber pendapatan yang diterima secara aktual oleh masing-masing rumah tangga miskin dengan menggunakan pendekatan pengeluaran konsumsi yang diukur dengan nilai rupiah (Rp).


(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kelurahan Paluh Kemiri 4.1.1 Kondisi Geografis

Kabupaten deli serdang memiliki 23 (dua puluh tiga) kecamatan dan 14 (empat belas) kelurahan. Kelurahan Paluh Kemiri merupakan salah satu dari 7 (tujuh) kelurahan dan 6 (enam) desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.

Secara geografis dengan luas areal ± 187 Ha, Kelurahan Paluh Kemiri mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Bakaran Batu Sebelah Selatan : Kelurahan Petapahan

Sebelah Timur : Kelurahan Lubuk Pakam Pekan Sebelah Barat : Kecamatan Tanjung Morawa

Sebagai salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Lubuk Pakam, wilayah Kelurahan Paluh Kemiri terdiri dari 4 (empat) lingkungan. Adapun peruntukan wilayah sebagai tempat perkantoran, persawahan, sekolah, peribadatan sedangkan selebihnya adalah tempat pemukiman penduduk.

Untuk lebih jelasnya luas tanah dan penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:


(62)

Tabel 4.1. Penggunaan Tanah di Kelurahan Paluh Kemiri Tahun 2010 No. Jenis Penggunaan Tanah Luas

Penggunaan %

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pemukiman Kuburan Taman Perkantoran Persawahan

Tempat Peribadatan (masjid, gereja)

Sekolah

60 Ha 2 Ha - Ha 0,5 Ha 123 Ha 1,5 Ha 0,5 Ha 32,08 1,06 - 0,26 65,77 0,80 0,26

Total Luas 187 Ha 100

42

Sumber: Kelurahan Paluh Kemiri, 2010

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa penggunaan wilayah kelurahan untuk pemukiman adalah seluas 60 Ha atau 32,08 %. Sedangkan selebihnya seluas 127 Ha atau 67,92 % digunakan untuk persawahan, peribadatan, kuburan dan sekolah.

Dari orbitrasi atau jarak tempuh dengan pusat-pusat pemerintahan, Kelurahan Paluh Kemiri dengan Kantor Pemerintah Kecamatan dan dengan Pusat Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang yang berjarak lebih kurang 1 Km, sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa akses informasi dan kebijakan Pemerintah Daerah dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Sedangkan jarak tempuh ke Pusat Pemerintahan Provinsi lebih kurang berjarak 30 Km. Secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.2.


(63)

Tabel 4.2 Orbitasi/Jarak Kelurahan Paluh Kemiri dengan Pusat Pemerintahan Tahun 2010

No Orbitrasi Jarak (km)

1. 2. 3.

Dengan Kecamatan Lubuk Pakam

Dengan Kantor Bupati Kabupaten Deli Serdang Dengan Ibukota Provinsi Sumatera Utara

± 1 ± 1 ± 30 Sumber: Kelurahan Paluh Kemiri, 2010.

4.1.2. Kondisi Demografi

Salah satu modal dasar yang menentukan bagi keberhasilan pembangunan adalah penduduk sebagai sumber daya manusia, karena sumber daya manusia merupakan subyek sekaligus obyek dalam kegiatan pembangunan. Sumber daya manusia juga merupakan faktor utama keberhasilan pembangunan karena keberhasilan penyelenggaraan pemerintah kelurahan dalam penyelenggaraan roda pemerintah diwilayahnya sangat ditentukan oleh jumlah, komposisi dan karakter penduduknya.

Jumlah penduduk Kelurahan Paluh Kemiri menurut data statistik tahun 2010 sebanyak 793 Kepala Keluarga atau 2983 jiwa yang terdiri dari 1500 jiwa penduduk laki-laki dan 1483 jiwa penduduk perempuan.

Menurut status kewarganegaraannya, penduduk Kelurahan Paluh Kemiri secara keseluruhan adalah WNI (Warga Negara Indonesia), yang dibagi kedalam status WNI pribumi dan keturunan, yaitu:


(64)

Adapun klasifikasi jumlah penduduk Kelurahan Paluh Kemiri berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3. Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan Paluh Kemiri

No Kelompok Umur Jumlah %

1 2 3 4 5 6 7

0 s/d < 1 Tahun 1 s/d < 5 Tahun 5 s/d 6 Tahun 7 s/d 15 Tahun 16 s/d 21 Tahun 22 s/d 59 Tahun > 60 Tahun

38 258 163 407 375 1597 145 1,27 8,65 5,47 13,64 12,57 53,54 4,86

Jumlah 2983 100

Sumber: Kelurahan Paluh Kemiri, 2010.

Dalam hal suku dan agama, keadaan penduduk Kelurahan Paluh Kemiri juga sangat heterogen. Adapun keadaan penduduk berdasarkan suku bangsa adalah sebagai berikut:


(65)

Tabel 4.4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa di Kelurahan Paluh Kemiri

No. Suku Bangsa Jumlah %

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Jawa Melayu Karo Simalungun Toba Mandailing Minang Aceh Lainnya 831 824 386 241 259 238 23 17 164 27,86 27,62 12,94 8,08 8,68 7,99 0,77 0,57 5,49

Jumlah Keseluruhan 2983 100

Sumber: Kelurahan Paluh Kemiri, 2010

Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa jumlah penduduk Kelurahan Paluh Kemiri berdasarkan kelompok suku bangsa lebih didominasi oleh suku Jawa yaitu sebanyak 831 jiwa atau sebesar 27,86%, sedangkan yang paling sedikit jumlahnya adalah suku Aceh yaitu 0,57% atau sebanyak 17 jiwa. Suku lainnya yang mendiami Kelurahan Paluh Kemiri yaitu sekitar 5,49% dimana penduduk tersebut berasal dari WNI Keturunan, seperti suku bangsa India, Pakistan, Cina, dll. Selanjutnya bila dilihat antara suku bangsa Melayu, Karo, Simalungun, Toba, Mandailing dan Minang tidak terlalu jauh perbedaannya, sehingga komposisi suku bangsa di Kelurahan Paluh Kemiri benar-benar sangat heterogen.

Keadaan penduduk Kelurahan Paluh Kemiri berdasarkan agama yang dianut sebagaimana pada Tabel 4.5.


(66)

Tabel 4.5 Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama di Kelurahan Paluh Kemiri

No. Agama yang Dianut Jumlah %

1. 2. 3. 4

Islam Kristen Khatolik Budha

2375 413

39 156

79,62 13,85 1,30 5,23

Jumlah Keseluruhan 2983 100,00

Sumber: Kelurahan Paluh Kemiri, 2010.

Tabel 4.5 menunjukkan mayoritas penduduk Kelurahan Paluh Kemiri menganut Agama Islam yaitu 2375 orang (79,62%), selanjutnya diikuti oleh penganut Agama Kristen yaitu sebanyak 413 orang (13,85%) sedangkan selebihnya adalah penduduk yang menganut agama Budha dan Khatolik yang secara berurut sebanyak 156 jiwa atau 5,23% dan 39 jiwa atau 1,30%.

4.1.3. Keadaan Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi erat kaitannya dengan mata pencaharian penduduk. Tingkat kehidupan suatu masyarakat dipengaruhi oleh keadaan ekonominya, dimana keadaan ekonomi tersebut selanjutnya menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam seluruh aspek, baik pembangunan, pemerintahan dan kemasyarakatan.

Berdasarkan mata pencahariannya, penduduk Kelurahan Paluh Kemiri mayoritas bermata pencaharian sebagai buruh dan jasa, yaitu sebanyak 874 orang (53,75%), selanjutnya didominasi bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 385


(67)

orang (23,68%). Bermata pencaharian sebagai Pedagang sebanyak 163 orang (10,02%). Selebihnya dapat dilihat sebagaimana Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah %

1. 2. 3. 4. 5. 6. PNS ABRI Pedagang Pertanian Buruh dan Jasa Wiraswasta 68 13 163 385 874 123 4,18 0,80 10,02 23,68 53,75 7,57

Jumlah Keseluruhan 1626 100

Sumber: Kelurahan Paluh Kemiri, 2010

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa jenis mata pencaharian atau pekerjaan penduduk Kelurahan Paluh Kemiri beraneka ragam dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian bertani dan buruh/jasa yaitu sebanyak 997 orang (61,31%). Dari segi pendapatan yang diperoleh penduduk yang bekerja bertni dan buruh/jasa ini biasanya tidak dapat dipastikan. Oleh karena itu, banyak penduduk yang merasa pendapatan yang diperoleh tidak sesuai dengan biaya yang harus dikeluarkannya untuk memenuhi kebutuhan hidup.

4.1.4. Sarana dan Prasarana

Mobilitas kegiatan pembangunan ekonomi dan sosial budaya sangat dipengaruhi oleh tersedianya sarana dan prasarana di daerah tersebut. Untuk mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang pendidikan, sampai


(68)

dengan tahun 2010 di Kelurahan Paluh Kemiri terdapat 1 (satu) sekolah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dengan 4 guru dan 62 siwa, kemudian 1 (satu) SD dengan 14 guru dan 249 siswa.

Di bidang Kesehatan, sampai dengan tahun 2010 Kelurahan Paluh Kemiri memiliki Bidan Desa yang merangkap dalam pengurusan Balai Pengobatan Umum (BPU) dan Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) serta 2 (dua) Posyandu. Mengingat wilayah Kelurahan Paluh Kemiri berada tidak jauh dari Pusat Kota Pemerintahan Kecamatan Lubuk Pakam, maka sarana umum kesehatan berupa Puskesmas dan Badan Rumah Sakit Umum Daerah (BRSUD) dapat juga dengan mudah diakses oleh seluruh masyarakat kelurahan dengan jarak tempuh yang tidak terlalu jauh. Adapun petugas kesehatan yang berdomisili di Kelurahan Paluh Kemiri sebanyak 1 (satu) orang dokter, 5 (lima) orang bidan, 10 (sepuluh) orang kader posyandu.

Di bidang Keagamaan terdapat beberapa sarana dan prasarana peribadatan di Kelurahan Paluh Kemiri yaitu terdiri dari 3 (tiga) bangunan Masjid, 4 (empat) bangunan Mushalla.

4.1.5. Kelembagaan dan Hubungan Sosial Kemasyarakatan

Kelembagaan di Kelurahan Paluh Kemiri relatif berjalan baik. Pertemuan-pertemuan dilakukan oleh institusi formal dilakukan secara rutin sebulan sekali di kantor kelurahan. Pertemuan ini, umumnya dimanfaatkan untuk membicarakan permasalahan-permasalahan yang ada dilingkungan masing-masing antara lain tentang keamanan, ketertiban, kependudukan. Kelembagaan formal ini antara lain


(1)

Lampiran 3. Perhitungan Chi-Square Bagi Peningkatan Pendidikan Masyarakat Pimpinan

Manfaat

orang orang Total

Sangat bermanfaat Sedikit bermanfaat Tidak bermanfaat 46 29 6 7 4 1 53 33 7

Jumlah Keseluruhan 81 12 93

1. 2.

3. 4.

5. 6.


(2)

Lampiran 4. Perhitungan Chi-Square Bagi Peningkatan Kesehatan Masyarakat Pimpinan

Manfaat

orang orang Total

Sangat bermanfaat Sedikit bermanfaat Tidak bermanfaat 38 30 13 7 3 2 45 33 15

Jumlah Keseluruhan 81 12 93

1. 2.

3. 4.

5. 6.


(3)

Lampiran 5. Perhitungan Chi-Square Bagi Pembangunan Infrastruktur Kelurahan dan Perekonomian Masyarakat

Masyarakat Pimpinan Manfaat

orang orang Total

Sangat bermanfaat Sedikit bermanfaat Tidak bermanfaat 39 34 8 8 2 2 47 36 10

Jumlah Keseluruhan 81 12 93

1. 2.

3. 4.

5. 6.


(4)

Lampiran 6. Foto Penelitian

Foto Pembangunan Kantor Kelurahan Paluh Kemiri


(5)

(6)

84


Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan (Studi Kasus : Desa Bakaran Batu Dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang)

1 53 152

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan (Studi kasus : Desa Bakaran Batu dan Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang).

14 80 152

Persepsi Masyarakat Terhadap Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima Pasar Sukaramai (Studi Kasus Pada Masyarakat Kelurahan Tegal Sari I Kecamatan Medan Area Kota Medan )

5 118 98

Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Televisi Lokal DELI TV (DTV) Medan (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Televisi Lokal Deli TV (DTV) Medan)

5 51 141

Respon Pasangan Usia Subur Terhadap Program Keluarga Berencana Gratis Di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang

1 30 90

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin Di Kelurahan Lubuk Pakam I-II Kecamatan Lubuk Pakam

14 111 222

Pengaruh Pupuk Terhadap Optimasi Produksi Padi Sawah Di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus : Kelurahan Paluh Kemiri, Kecamatan Lubuk Pakam)

15 106 86

PENGARUH KEGIATAN POS PELAYANAN TERPADU LANSIA TERHADAP KESEHATAN LANSIA DI KELURAHAN LUBUK PAKAM PEKAN KECAMATAN LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI SERDANG.

0 5 29

PENGARUH PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TINGKAT KESADARAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (STUDI KASUS DI KELURAHAN SYAHMAD KECAMATAN LUBUK PAKAM).

0 1 21

Analisis Peran Stakeholder dalam Program Dana Pembangunan Kelurahan di Kelurahan Kadipiro, Kecamatan Banjarsari IMG 20160520 0001

0 0 1