Pengamatan yang dilakukan secara langsung untuk memperoleh data-data yang ada pada KPP Pratama Medan Polonia yang bersangkutan
mengenai sistem pemotongan dan perhitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai Negeri Sipil.
IV. Pengumpulan Data
Penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan mengenai sistem pemotongan dan perhitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai Negeri Sipil
melalui : a.
Penelitian Kepustakaan Library Research, yaitu dengan melakukan penelitian terhadap berbagai sumber bacaan,
maupun literatur yang ada mengenai sistem pemotongan dan perhitungan PPh Pasal 21 atas pegawai.
b. Penelitian Lapangan Field Research, yaitu dengan
melakukan penelitian langsung ke lapangan KPP Pratama Medan Polonia.
V. Analisis Data dan Evaluasi
Analisa data adalah uraian tentang data-data yang dikumpulkan. Teknik analisa dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif yaitu teknik
analisis yang berlandaskan pada pemikiran atau teori yang telah ada serta menjelaskannya dengan kata-kata yang sistematis sehingga
permasalahan dalam penelitian terungkap dengan jelas dan objektif.
E. Metode Pengumpulan Data
Universitas Sumatera Utara
I. Metode Observasi Observation Guide
Mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan data dan informasi yang akurat serta pencatatan terhadap
hasil pengamatan.
II. Metode Wawancara Interview Guide
Melakukan tanya jawab langsung yang melibatkan bendaharawan dan pegawai key informan pada KPP Pratama Medan Polonia yang
berhubungan dengan objek bahasan yang dianggap mampu memberikan masukan berupa data dan informasi bagi penyusunan
laporan ini.
III. Metode Dokumentasi Optional
Mengumpulkan data-data berupa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pemotongan dan perhitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai
Negeri Sipil pada KPP Pratama Medan Polonia.
F. Sistematika Penulisan Laporan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai Latar Belakang yang menjadi dasar penulisan, Tujuan dan Manfaat PKLM, Ruang Lingkup
PKLM, Metode PKLM, Metode Pengumpulan Data, dan Sistematika Penulisan.
BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PKLM
Universitas Sumatera Utara
Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum dari KPP Pratama Medan Polonia,meliputi Sejarah Singkat berdirinya KPP
Pratama Medan Polonia, Stuktur Organisasi, Uraian Tugas Pokok dan Fungsi dan gambaran pegawai KPP Pratama Medan
Polonia.
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
Dalam bab ini akan dibahas tentang pengertian, dasar hukum, ketentuan, objek dan subjek PPh Pasal 21, sistem pemotongan
dan perhitungan PPh Pasal 21 serta teori-teori perpajakan yang mendukung tentang pemotongan dan perhitungan PPh Pasal 21
atas gaji pegawai yang dilakukan oleh Bendaharawan Pemerintah.
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Pada bab ini dibahas tentang analisa dan evaluasi dari setiap data yang diperoleh sebelumnya meliputi sistem pemotongan dan
perhitungan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai yang dilakukan oleh Bendaharawan Pemerintah di KPP Pratama Medan
Polonia serta pengaruhnya terhadap penerimaan negara.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Universitas Sumatera Utara
Bab ini berisi kesimpulan dan saran penulis berdasarkan analisa dari setiap data yang diperoleh penulis pada saat melakukan
riset pada KPP Pratama Medan Polonia.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II
Universitas Sumatera Utara
GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM
A. SEJARAH UMUM KPP PRATAMA MEDAN POLONIA
Sebelum disebut Kantor Pelayanan Pajak KPP dulunya bernama Kantor Inspeksi Pajak KIP. Hal ini berlangsung sampai tahun 1989, mulai bulan April,
Kantor Inspeksi Pajak diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak. Tahun 1976 di Sumatera Utara berdiri 2 dua kantor yaitu:
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara yang berada di Jl. Asrama 17A
Medan yang wilayah kerjanya meliputi: a.
Kecamatan Medan Timur b.
Kecamatan Medan Barat c.
Kecamatan Medan Labuhan d.
Kecamatan Medan Deli e.
Kecamatan Medan Belawan f.
Kotamadya Binjai g.
Kabupaten Langkat 2.
Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan yang berada di Jl. Ponegoro No. 30 Medan yang wilayah kerjanya meliputi:
a. Kecamatan Medan Baru
b. Kecamatan Medan Denai
c. Kecamatan Medan Deli Serdang
d. Kabupaten Karo
Universitas Sumatera Utara
e. Kotamadya Tebing Tinggi
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 276KMK.011989 pada tanggal 25 maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jenderal Pajak,
Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak. Sehingga tanggal 1 April 1989 Kantor Inspeksi Pajak di seluruh Indonesia diubah menjadi
Kantor Pelayanan Pajak, dari dua Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara dan Kantor Inspeksi Medan Selatan dipecah menjadi tiga Kantor
Pelayanan Pajak yaitu: 1.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang berada di Jl. Asrama No. 17 Medan yang wilayah kerjanya meliputi:
a. Kecamatan Medan Timur
b. Kecamatan Medan Barat
c. Kecamatan Medan Labuhan
d. Kecamatan Medan Denai
e. Kecamatan Medan Belawan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan yang berada di Jl. Ponegoro
No. 30 Medan yang wilayah kerjanya meliputi: a.
Kecamatan Medan Baru b.
Kecamatan Medan Denai c.
Kecamatan Medan Polonia d.
Kecamatan Medan Maimun
Universitas Sumatera Utara
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang berada di Jl. Sukamulia
No.27A Medan yang wilayah kerjanya meliputi: a.
Kecamatan Medan Tuntungan b.
Kecamatan Medan Sunggal c.
Kecamatan Medan Binjai d.
Kabupaten Langkat e.
Kabupaten Karo f.
Kotamadya Tebing Tinggi dan Kabupaten Deli Serdang menjadi Kantor Pelayanan Pajak Tebing Tinggi
Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 94KMK1994 tanggal 29 Maret, Kantor Pelayanan Pajak pada jajaran Kantor Wilayah I Sumatera bagian Utara
terhitung tanggal 1 April 1994 menjadi 4 empat Kantor Pelayanan Pajak yang baru dibentuk yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang berada di Jl. Asrama No.
17 Medan yang wilayah kerjanya meliputi: a.
Kecamatan Medan Belawan b.
Kecamatan Medan Marelan c.
Kecamatan Medan Labuhan d.
Kecamatan Medan Deli 2.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang berada di Jl. Sukamulia No. 27A Medan yang wilayah kerjanya meliputi:
a. Kecamatan Medan Barat
Universitas Sumatera Utara
b. Kecamatan Medan Petisah
c. Kecamatan Medan Polonia
d. Kecamatan Medan Maimun
e. Kecamatan Medan Baru
f. Kecamatan Medan Selayang
g. Kecamatan Medan Sunggal
h. Kecamatan Medan Helvetia
i. Kecamatan Medan Tuntungan
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dengan alamat Jl. Ponegoro No.
30A Medan dengan wilayah kerjanya meliputi: a.
Kecamatan Medan Timur b.
Kecamatan Medan Perjuangan c.
Kecamatan Medan Area d.
Kecamatan Medan Denai e.
Kecamatan Medan Tembung f.
Kecamatan Medan Kota g.
Kecamatan Medan Amplas h.
Kecamatan Medan Johor 4.
Kantor Pelayanan Pajak Binjai dengan alamat Jl. Asrama No 7A Medan dengan wilayah kerjanya meliputi:
a. Kotamadya Binjai
b. Kabupaten Langkat
Universitas Sumatera Utara
c. Kabupaten Tanah Karo
d. Enam kecamatan di Deli Serdang yaitu:
1 Kecamatan Medan Sunggal
2 Kecamatan Pancur Batu
3 Kecamatan Hamparan Perak
4 Kecamatan Sibolangit
5 Kecamatan Kutalinbaru
6 Kecamatan Labuhan Deli
Kemudian sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 443KMK.012001 tanggal 23 Juli 2001, Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
dipecah menjadi dua kantor yaitu Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dan Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, yang berlaku sejak 25 Januari 2002.
Tahun 2008 pemerintah melakukan modernisasi pada lingkungan Direktorat Jendral Pajak dengan merubah Kantor Pelayanan Pajak menjadi Kantor Pelayanan
Pajak Pratama berdasarkan keputusan Menteri Keuangan No. 67PMK.012008. Kantor Pelayanan Pajak Pratama mulai beroperasi pada tanggal 27 Mei 2008. KPP
Pratama ada delapan yaitu : 1.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai 2.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat 3.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan 4.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota 5.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
Universitas Sumatera Utara
6. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia
7. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
8. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia mencakup wilayah kerja : 1. Kecamatan Medan Tuntungan
2. Kecamatan Medan Selayang 3. Kecamatan Medan Johor
4. Kecamatan Medan Baru 5. Kecamatan Medan Polonia
6. Kecamatan Medan Maimun
B. STRUKTUR ORGANISASI KPP PRATAMA MEDAN POLONIA
Struktur organisasi adalah suatu kerangka yang menggambarkan sistematika penerapan tugas-tugas, fungsi, wewenang serta tanggungjawab masing-masing bagian
pada suatu organisasi dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Struktur organisasi berfungsi untuk menyelenggarakan tugas kedinasan dengan tujuan
yang diinginkan. Dengan struktur organisasi masing-masing pegawai akan mengetahui kewajiban, wewenang dan tanggungjawabnya. Agar penyelenggaraan
kegiatan kedinasan dapat berjalan dengan lancar hendaknya pegawai ditempatkan pada tempat dan tugas yang tepat sesuai dengan bakat dan pendidikan, pengalaman,
dan keahliannya. Dengan adanya struktur organisasi yang baik maka dapat ditentukan
Universitas Sumatera Utara
kepada siapa tugas diberikan dan setiap orang harus mempertanggungjawabkan tugas yang diberikan kepadanya.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia menerapkan struktur organisasi lini dan staff. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dipimpin
oleh seorang kepala kantor yang secara operasional bertanggungjawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia terdiri dari : 1.
Sub Bagian Umum 2.
Seksi Ekstensifikasi 3.
Seksi Pengolahan Data Informasi PDI 4.
Seksi Penagihan 5.
Seksi Pengawasan dan Konsultasi 6.
Seksi Pemeriksaan 7.
Kelompok Fungsional 8.
Seksi Pelayanan 9.
Unit Fiskal Luar Negeri Struktur organisasi KPP Pratama Medan Polonia:
- Kepala Kantor
= 1
orang -
Kepala Seksi =
6 orang
- Supervisor
= 2
orang -
Account Representative = 16
orang -
Pemeriksa Pajak =
6 orang
Universitas Sumatera Utara
- Pelaksana
Jumlah =
85 orang
= 54 orang
Hasil Riset pada tanggal 07 Juni 2010
C. DESKRIPSI KERJA KPP PRATAMA MEDAN POLONIA
Adapun tugas pokok dan fungsi masing-masing seksi adalah sebagai berikut : 1.
Sub Bagian Umum Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha,
kepegawaian, keuangan dan rumah tangga. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut sub bagian umum mempunyai fungsi:
a. Pengurusan tata usaha dan kepegawaian
b. Pengurusan keuangan kantor misalnya pengurusan gaji pegawai,
pengajuan usul pengangkatan bendahara, penyusunan daftar realisasi anggaran belanja, pembayaran tagihan, lembur pegawai
dan lain-lain. c.
Pengurusan rumah tangga dan perlengkapan yang dibutuhkan d.
Penerimaan dokumen, pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di Sub bagian Umum dan penyampaian dokumen.
2. Seksi Ekstensifikasi
Seksi Ekstensifikasi mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha wajib pajak, penerimaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Tahunan
Universitas Sumatera Utara
serta penerbitan Surat Ketetapan Pajak. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut seksi ini mempunyai fungsi:
a. Pendaftaran Objek Pajak baru dengan penelitian kantor dan
lapangan. b.
Penerbitan Surat Himbauan untuk ber-NPWP c.
Pelaksanaan penilaian individual objek PBB d.
Pembuatan daftar biaya komponen bangunan. e.
Pemeliharaan data ojek dan subjek PBB f.
Pendaftaran Wajib Pajak 3.
Seksi Pengolahan Data dan Informasi PDI Memiliki tugas dalam hal pengumpulan, pengolahan data, penyajian
informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian, dan penatausahaan penerimaan dan
bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, dan penyiapan
laporan kinerja. 4.
Seksi Penagihan Memiliki tugas dalam hal penatausahaan dan pelaksanaan penagihan
aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak dan usulan penghapusan piutang pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dan
untuk mernyelenggarakan tugas tersebut seksi ini mempunyai fungsi sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Penatausahaan Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat
Keputusan PembetulanKeberatanPutusan bandingPengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan
Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi. b.
Menjawab konfirmasi data tunggakan Wajib Pajak c.
Usulan pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak d.
Penghapusan piutang pajak e.
Penerbitan dan penyampaian Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Pelaksanaan Penyitaan, Pencabutan Sita, Pelaksanaan
Lelang dan Permohonan Pembatalan Lelang. 5.
Seksi Pengawasan dan Konsultasi Waskon Memiliki tugas pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib
Pajak Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Tanah dan bangunan dan pajak lainnya,
bimbinganhimbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi
data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu
Kantor Pelayanan Pajak Pratama terdapat empat seksi pengawasan dan konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah
tertentu.
Universitas Sumatera Utara
6. Seksi Pemeriksaan
Memiliki tugas dalam hal pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan
penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
7. Kelompok Fungsional
Kelompok Fungsional yang terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung
kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia. Dalam melaksanakan pekerjaannnya, Pejabat Fungsional Pemeriksa berkoordinasi
dengan Seksi Pemeriksaan. 8.
Seksi Pelayanan. Memiliki tugas dalam hal penertiban dan penetapan produk hokum
perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya,
penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta kerjasama perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
9. Unit Fiskal Luar Negeri
Unit Fiskal Luar Negeri bertugas memberi pelayanan fiskal luar negeri kepada warga Negara yang hendak berpergian ke luar negeri. Unit
ini berada di Bandara Internasional Polonia Medan dan bertugas setiap hari.
Universitas Sumatera Utara
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
A. DASAR-DASAR DALAM PERPAJAKAN
1. Pengertian Pajak Secara Umum
Secara umum ada beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain:
a. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal
kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Mardiasmo, 2006: 1
b. S. I. Djajadiningrat
Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak
ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum. Siti Resmi, 2007: 1
c. Dr. N. J. Feldmann
Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum, tanpa
Universitas Sumatera Utara
adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum. Siti Resmi, 2007: 2
d. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1
Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Fungsi Pajak
Terdapat dua fungsi pajak, yaitu: a.
Fungsi Budgetair Sumber Keuangan Negara Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah satu
sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah
berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi
pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seperti Pajak Penghasilan PPh, Pajak Pertambahan Nilai PPN, Pajak
Penjualan atas Barang Mewah PPnBM, Pajak Bumu dan Bangunan PBB dan lain-lain.
b. Fungsi Regularend Pengatur
Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang social dan
Universitas Sumatera Utara
ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi pengatur adalah:
1. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah. PPnBM
dikenakan pada saat terjadi transaksi jual beli barang mewah. Semakin mewah suatu barang maka tarif pajaknya semakin tinggi sehingga
barang tersebut semakin mahal harganya. Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak berlomba-lomba untuk mengonsumsi
barang mewah mengurangi gaya hidup mewah. 2.
Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan, dimaksudkan agar pihak yang memperoleh penghasilan tinggi memberikan kontribusi
membayar pajak yang tinggi pula, sehingga terjadi pemerataan pendapatan.
3. Tarif pajak ekspor sebesar 0, dimaksudkan agar para pengusaha
terdorong mengekspor hasil produksinya di pasar dunia sehingga dapat memperbesar devisa Negara.
4. PPh dikenakan atas penyerahan barang hasil industri tertentu seperti
industri semen, rokok, baja dan lain-lain, dimaksudkan agar terdapat penekanan produksi terhadap industri tersebut karena dapat
mengganggu lingkungan atau polusi membahayakan kesehatan. 5.
Pembebasab PPh atas sisa hasil usaha koperasi, dimaksudkan untuk mendorong perkembangan koperasi di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
6. Pemberlakuan tax holiday, dimaksudkan untuk menarik investor asing
agar menanamkan modalnya di Indonesia.
3. Jenis Pajak
Terdapat berbagai jenis pajak, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengelompokan menurut golongan, sifat, dan lembaga pemungutnya.
a. Menurut Golongan
Pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1.
Pajak Langsung: pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh WP dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain.
Pajak harus menjadi beban WP yang bersangkutan. Contoh: PPh. PPh dibayar atau ditanggung oleh pihak-pihak tertentu yang
memperoleh penghasilan tersebut. 2.
Pajak Tidak Langsung: pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak
langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan
barang atau jasa. Contoh: PPN. PPN terjadi karena terdapat pertambahan nilai terhadap
barang atau jasa. Pajak ini dibayarkan oleh produsen atau pihak yang menjual barang tetapi dapat dibebankan kepada konsumen baik secara
eksplisit maupun implisit dimasukkan dalam harga jual barang atau jasa.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menentukan apakah sesuatu termasuk pajak lagsung atau pajak tidak langsungdalam arti ekonomis, yaitu dengan cara melihat ketiga
unsur yang terdapat dalam kewajiban pemenuhan perpajakannya. Ketiga unsur tersebut terdiri atas:
1. Penanggungjawab Pajak, adalah orang yang secara formal yuridis
diharuskan melunasi pajak.
2. Penanggung Pajak, adalah orang yang dalam faktanya memikul
terlebih dahulu beban pajaknya.
3. Pemikul Pajak, adalah orang yang menurut Undang-undang harus
dibebani pajak. Jika ketiga unsur tersebut ditemukan pada seseorang maka pajaknya
disebut Pajak Langsung, sedangkan jika ketiga unsur tersebut terpisah atau terdapat pada lebih dari satu orang maka pajaknya disebut Pajak
Tidak Langsung. b.
Menurut Sifat Pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Pajak Subjektif: pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan
pribadi WP atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya.
Contoh: PPh. Dalam PPh terdapat subjek pajak WP Orang Pribadi. Pengenaan PPh untuk orang pribadi tersebut memperhatikan keadaan
pribadi WP status perkawinan, banyaknya anak, dan tanggungan
Universitas Sumatera Utara
lainnya. Keadaan pribadi WP tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan besarnya penghasilan tidak kena pajak PTKP.
2. Pajak Objektif: pajk yang pengenaannya memperhatikan objeknya
baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa
memperhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak Wajib Pajak maupun tempat tinggal.
Contoh: PPN dan PPnBM, serta PBB. c.
Menurut Lembaga Pemungut Pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Pajak Negara Pajak Pusat: pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada
umumnya. Contoh: PPh, PPN dan PPnBM, PBB, serta BPHTB.
3. Pajak Daerah: pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik
daerah tingkat I pajak provinsi maupun daerah tinkgat II pajak kabupatenkota yang digunakan untuk membiayai rumah tangga
daerah masing-masing. Contoh: Pajak Provinsi meliputi Pajak Kendaraan Bermotor dan
Kendaraan di atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, serta
Universitas Sumatera Utara
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.
Pajak KabupatenKota meliputi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan
Bahan Galian Golongan C, dan Pajak Parkir.
4. Sistem Pemungutan Pajak
Dalam pemungutan pajak dikenal beberapa system, yaitu: a.
Official Assessment System Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur
perpajakan untuk menentukan swendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan para
aparatur perpajakan. Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada aparatur
perpajakan peranan dominant ada pada aparatur perpajakan. b.
Self Assessment System Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang WP dalam
menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan WP. WP dianggap mampu
Universitas Sumatera Utara
menghitung pajak, mampu memahami undang-undang perpajakan yang sedang berlaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi, serta
menyadari akan arti pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu, WP diberi kepercayaan untuk:
1. menghitung sendiri pajak yang terutang,
2. memperhitungkan sendiri pajak yang terutang,
3. membayar sendiri jumlah pajak yang terutang,
4. melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang, dan
5. mempertanggungjawabkan pajak yang terutang.
Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada WP itu sendiri peranan dominant ada pada
WP. c.
With Holding System Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak
ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh WP sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan
yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan, keputusan Presiden, dan peraturan
lainnya untuk memotong dan memungut pajak, menyetor, dan mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia.
Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk.
Universitas Sumatera Utara
Subjek Pajak
Dalam Negeri
Luar Negeri
Warisan Badan
Orang Pribadi
Orang Pribadi bukan BUT Badan bukan BUT
BUT
5. Subjek Pajak
Subjek pajak adalah orang pribadi, warisan atau badan, termasuk Bentuk Usaha Tetap BUT, baik yang berada di dalam negeri maupun berada di luar negeri
yang mempunyai atau memperoleh penghasilan dari Indonesia. Subjek pajak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
Gambar III.A.1 Subjek Pajak
Djoko Muljono, 2009: 1
Sebagai WP, orang pribadi, badan, warisan belum terbagi dan BUT sudah mempunyai kewajiban dalam pemenuhan perpajakan. Kewajiban ini lebih dikenal
sebagai Kewajiban Subjektif, atau kewajiban perpajakan yang terkait dengan subjek pajak tersebut.
Kewajiban perpajakan tersebut antara lain menghitung dan memperhitungkan, memotong, memungut, membayar dan membayarkan serta melapor dan melaporkan
pajak yang terutang padanya atau yang terutang pihak lain yang harus dipotong atau dipungut.
Subjek pajak dapat dibedakan menurut kedudukan atau keberadaannya, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Subjek pajak dalam negeri
Subjek pajak dalam negeri adalah orang pribadi atau badan yang bertempat tinggal atau bertempat kedudukan di dalam
wilayah Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia atau luar Indonesia, baik melalui
ataupun tanpa melalui BUT di luar negeri dan juga warisan yang belum terbagi.
Subjek pajak dalam negeri dapat berbentuk seperti berikut: a.
Orang Pribadi Orang Pribadi sebagai subjek pajak dalam negeri dapat
dibedakan sebagai berikut: a.
Orang Pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia. b.
Atau Orang Pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau Orang
Pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal
di Indonesia. b.
Warisan Warisan menjadi subjek pajak dalam negeri apabila warisan
yang ditinggalkan oleh subjek pajak dalam negeri tersebut belum terbagi, dan menggantikan kewajiban pewaris,
sampai dengan warisan tersebut dibagi.
Universitas Sumatera Utara
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak,
yaitu ahli waris. Penunjukan warisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak pengganti dimaksudkan agar
pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.
c. Badan
Kewajiban pajak subjektif badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia dimulai pada saat badan
tersebut didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia dan berakhir pada saat dibubarkan atau tidak lagi bertempat
kedudukan di Indonesia. Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan
kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha, yang meliputi:
a. Perseroan Terbatas PT
b. Perseroan Komanditer CV
c. Perseroan lainnya PT.Persero
d. Badan Usaha Milik Negara BUMN
e. Badan Usaha Milik Daerah BUMD
f. Firma, Kongsi, Persekutuan, Perkumpulan
g. Koperasi
Universitas Sumatera Utara
h. Dana Pensiun
i. Yayasan
j. Organisasi Massa, Organisasi sejenis
k. Organisasi Politik
l. Lembaga
m. BUT
n. Kontrak Investasi Kolektif
o. Badan Lainnya
2. Subjek pajak luar negeri
Subjek pajak luar negeri adalah orang pribadi atau badan yang bertempat tinggal atau bertempat kedudukan di luar Indonesia yang
dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia, baik melalui ataupun tanpa melalui bentuk usaha tetap.
Subjek pajak luar negeri dapat dibedakan menjadi sebagai berikut : a.
Orang pribadi tidak melalui BUT Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal atau yang berada
tidak lebih 183 hari dalam 12 bulan atau tidak berniat tinggal di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
usaha di Indonesia baik dengan atau tanpa BUT. Orang pribadi yang bertempat tinggal atau bertempat kedudukan
di luar Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh
Universitas Sumatera Utara
penghasilan dari Indonesia, baik melalui ataupun tanpa melalui BUT.
b. Badan tidak melalui BUT
Badan sebagai subjek pajak luar negeri adalah badan yang bertempat kedudukan di luar Indonesiayang dapat menerima
atau memperoleh penghasilan dari Indonesia, baik melalui ataupun tanpa melalui BUT.
c. BUT
BUT adalah suatu tempat usaha diman seluruh atau sebagian usaha dari suatu perusahaan dijalankan oleh subjek pajak luar
negeri. BUT adalah suatu sarana bagi non-resident tax payer untuk melaksanakan bisnis di negara lain, yang berupa agen,
perwakilan dagang, cabang atau anak perusahaan. BUT dapat berupa orang pribadi atau badan usaha.
6. Tidak termasuk Subjek Pajak
Yang tidak termasuk subjek pajak adalah sebagai berikut : a.
Badan perwakilan negara asing beserta pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat
Sesuai dengan kelaziman internasional, badan perwakilan negara asing beserta pejabat-pejabat perwakilan
diplomatik, konsulat dan pejabat-pejabat lainnya,
Universitas Sumatera Utara
dikecualikan sebagai subjek pajak di tempat mereka mewakili negaranya.
Pengecualian sebagai subjek pajak bagi pejabat-pejabat tersebut tidak berlaku apabila mereka memperoleh
penghasilan lain di luar jabatannya atau mereka adalah warga negara Indonesia.
Dengan demikian apabila pejabat perwakilan suatu negara asing memperoleh penghasilan lain di Indonesia di luar
jabatan atau pekerjaannya tersebut, maka ia termasuk subjek pajak yang dapat dikenakan pajak atas penghasilan
lain tersebut. b.
Organisasi internasional Organisasi Internasional yang tidak menjalankan usaha atau
kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia yang diputuskan oleh Menteri Keuangan bukan merupakan
objek pajak.
7. Wajib Pajak
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban
perpajakan, termasuk sebagai pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. a.
Hubungan antara Subjek Pajak dengan Wajib Pajak
Universitas Sumatera Utara
Subjek Pajak Orang Pribadi
Dalam Negeri
Luar Negeri
Penghasilan diatas PTKP dari Indonesia
maupun Luar Negeri
Penghasilan dari Indonesia
Wajib Pajak Dalam Negeri
Wajib Pajak Luar Negeri
Hubungan antara subjek pajak dengan wajib pajak dapat dibedakan sesuai dengan subjek pajak yang menjadi wajib
pajaknya seperti berikut ini : 1.
Subjek pajak orang pribadi 2.
Subjek pajak badan b.
Hubungan Subjek Pajak Orang Pribadi dengan Wajib Pajak Subjek pajak orang pribadi menjadi wajib pajak apabila telah
memenuhi kewajiban subjektif maupun objektif. Hubungan antara subjek pajak dengan wajib pajak dapat digambarkan
seperti berikut :
Gambar III.A.2 Subjek Pajak Orang Pribadi Djoko Muljono, 2009: 16
c. Hubungan Subjek Pajak Badan dengan Wajib Pajak
Subjek pajak badan menjadi wajib pajak apabila telah memenuhi kewajiban subjektif maupun objektif. Hubungan
antara subjek pajak badan dengan wajib pajak badan dapat digambarkan seperti berikut :
Universitas Sumatera Utara
Subjek Pajak Badan
Dalam Negeri
Luar Negeri
Penghasilan dari Indonesia maupun
Luar Negeri
Penghasilan dari Indonesia
Wajib Pajak Dalam Negeri
Wajib Pajak Luar Negeri
Gambar III.A.3 Subjek Pajak Badan
Djoko Muljono, 2009: 16
d. Perbedaan antara Wajib Pajak Dalam Negeri dengan Wajib
Pajak Luar Negeri adalah sebagai berikut :
Tabel III.A.1 Perbedaan Wajib Pajak Dalam dan Luar Negeri
Djoko Muljono, 2009: 16
8. Objek Pajak
Objek pajak penghasilan adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
No. Keterangan Wajib Pajak
Dalam Negeri Wajib Pajak
Luar Negeri
1 Asal
Penghasilan Penghasilan
dari maupun di luar Indonesia
Penghasilan dari Indonesia
2 Dasar
Pengenaan Pajak
Penghasilan Neto
Penghasilan Bruto
3 Penghasilan
Tarif Umum
Sepadan 4
Kewajiban Menyampaikan
SPT Tidak
menyampaikan SPT
Universitas Sumatera Utara
menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.
a. Macam Objek Pajak
Penghasilan sebagai objek pajak dapat diperoleh dari Indonesia maupun dari luar Indonesia. Berdasarkan asal negara sumber penghasilan
tersebut didapat, maka objek pajak dapat dibedakan menjadi : 1.
Objek Pajak Dalam Negeri Objek pajak dalam negeri adalah penghasilan yang diperoleh
subjek pajak dalam negeri termasuk BUT maupun subjek pajak luar negeri yang berasal dari Indonesia.
Penghasilan yang diperoleh dari dalam negeri bisa didapat dari berbagai kegiatan, seperti usaha, pekerjaan bebas, karyawan,
pemanfaatan modal, dan berbagai cara lain yang menimbulkan adanya penghasilan yang didapat di Indonesia.
2. Objek Pajak Luar Negeri
Objek pajak luar negeri adalah penghasilan yang diperoleh subjek pajak dalam negeri termasuk BUT yang berasal dari luar
Indonesia. Penghasilan yang berasal dri luar negeri yang sudah atau belum
dipotong pajak di tempat penghasilan tersebut didapat, tetap merupakan objek pajak penghasilan di Indonesia, sedangkan
bagi objek pajak luar negeri yang sudah dipotong pajak di luar
Universitas Sumatera Utara
negeri dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak di Indonesia sesuai dengan ketentuan pasal 24 Undang-undang PPh.
9. Macam Penghasilan
Pengenaan PPh tidak semuanya dikenakan dari objek pajak yang sudah berupa penghasilan, tetapi dengan berbagai alas an seperti kemudahan, kepraktisan atau
alasan adanya kemampuan maka pengenaan PPh dapat dikenakan pada saat terjadinya transaksi penjualan bahkan pada saat terjadinya transaksi pembelian.
Rincian objek PPh berdasarkan jenis PPh yang berkaitan dengan penghasilan tersebut dapat digambarkan seperti berikut :
Universitas Sumatera Utara
Gambar III.A.4 Objek Pajak Penghasilan
Objek Pajak Penghasilan
Terhutang PPh ps.21
Terhutang PPh ps.22
Terhutang PPh ps.23
Terhutang PPh ps.24
Terhutang PPh ps.2529
Terhutang PPh ps.26
Terhutang PPh ps.4 2
Terhutang PPh ps.15
Pegawai Tetap Pegawai Tidak Tetap
Mantan Pegawai Bukan Pegawai
Dipungut Pembeli Dipungut Penjual
Dibayar Pembeli Modal
Jasa Lainnya
Dari Luar Negeri Akhir Tahun
Saat Diperoleh Gaji, Jasa, Lividen, Royalti, Bunga diperoleh WP Luar Negeri
Perbankan Bursa Efek
Tanah Bangunan Pelayaran, Penerbangan
Hasil Migas BOT
Perusahaan Dagang Gaji, Tunjangan, Lembur, Rapel, THR
Upah Harian, Upah Mingguan, Upah Borongan Pensiun, Tantiem, Jasa Produksi
Honorarium, Komisi, Hadiah Bendaharawan, Hasil Pertanian
Rokok, Semen, Baja, Kertas, Otomotif Migas, Import
Dividen, Royalti, Bunga, Sewa Teknik, Konsultan, Manajemen, Konstruksi,
Lain2 Hadiah
Laba Usaha, Laba Selisih Kurs, Laba Penjualan Harta, Penerimaan Kembali Pajak
Laba Revaluasi, Restrukturisasi
Bunga, Premium, Diskonto Saham, Bunga, Premium, Diskonto, Capital
Universitas Sumatera Utara
Djoko Muljono, 2009: 20
B. PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PPh Pasal 21 2. Dasar Hukum PPh Pasal 21
a. Undang-undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No.16 Tahun 2009.
b. Undang-undang No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No.36 Tahun 2008.
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.45 Tahun 1994
tentang Pajak Penghasilan bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota ABRI, dan para Pensiunan atas
Penghasilan yang Dibebankan kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah.
d. Peraturan Pemerintah No.149 Tahun 2000 tentang
Pemotongan PPh Pasal 21 atas Penghasilan berupa Uang Pesangon, Uang Tebusan, dan Tunjangan Hari Tua THT.
e. Peraturan Menteri Keuangan No.250pmk.032008 tentang
Besarnya Biaya Jabatan atau Biaya Pensiun yang dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto Pegawai Tetap atau
Pensiunan.
Universitas Sumatera Utara
f. Peraturan Menteri Keuangan No.252PMK.032008 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak atas Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang
Pribadi. g.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-57PJ2009 tanggal 25 Mei 2009 tentang Perubahan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak No. PER-31PJ2009 tanggal 25 Mei 2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran
dan Pelaporan PPh Pasal 21 danatau PPh Pasal 26 sehubungan dengan Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi.
h. Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-32PJ2009
tanggal 25 Mei 2009 tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21 dan atau Pasal 26 dan
Bukti PemotonganPemungutan PPh Pasal 21 danatau Pasal 26.
i. Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-38PJ2009
tanggal 23 Juni 2009 tentang Bentuk Formulir Surat Setoran Pajak SSP.
3. Pengertian PPh Pasal 21
Pajak penghasilan PPh adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu
tahun pajak.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, kegiatan dengan nama dan bentuk apapun
yang diterima atau diperoleh WP orang pribadi dalam negeri. Besarnya PPh Pasal 21 dikenakan tarif sesuai dengan pasal 17 Undang-
undang PPh, kecuali pada berbagai kegiatan yang dikenakan tarif sesuai dengan peraturan pemerintah.
4. Pemotong PPh Pasal 21
Pemotong PPh Pasal 21, yang selanjutnya disingkat sebagai pemotong pajak adalah orang pribadi, badn atau BUT yang membayar kepada
wajib pajak perseorangan dalam negeri, baik berupa gaji, pension, jasa, dan yang sejenisnya. Adapun pemotong PPh Pasal 21 adalah
sebagi berikut : a.
Pemberi kerja orang pribadi atau badan, baik merupakan pusat maupun cabang, perwakilan, unit, atau BUT yang membayar
gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan
oleh pegawai atau bukan pegawai. b.
Bendaharawan pemerintah termasuk bendaharawan pemerintah pusat, pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah,
lembaga-lembaga negara lainnya dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri yang membayar gaji, upah,
Universitas Sumatera Utara
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan.
c. Yayasan termasuk yayasan di bidang kesejahteraan, rumah
sakit, pendidikan, kesenian, olahraga, kebudayaan, lembaga, kepanitiaan, asosiasi, perkumpulan, organisasi, massa,
organisasi sosial politik, dan organisasi lain dalam bentuk apapun, dalam segala bidang kegiatan yang membayar gaji,
upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan bentu apapun sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa. d.
Dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja, dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun dan
Tabungan Hari Tua THT atau Jaminan Hari Tua JHT kepada wajib pajak.
e. Perusahaan, badan, dan BUT yang membayar honorarium atau
pembayaran lainnya sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan dan jasa atau kepada peserta pendidikan, pelatihan,
dan pemagangan. f.
Penyelenggara kegiatan termasuk badan pemerintah, organisasi termasuk organisasi internasional, perkumpulan,
orang pribadi serta lembaga lain yang menyelenggarakan
Universitas Sumatera Utara
kegiatan yang membayar honorarium, hadiah atau penghargaan dalam bentu apapun.
Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan Bendahara yang ditunjuk sebagai Pemungut Pajak adalah :
a. Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara; b.
Pejabat yang ditunjuk oleh MenteriKetua Lembaga sebagai BendaharaBendahara proyek sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat 4 huruf c dan Pasal 18 ayat2 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004; c.
Bendahara Pemerintah Pusat dan Daerah. Istilah lain untuk jabatan Bendahara adalah Pemegang Kas.
5. Kewajiban Bendahara Pemotong PPh Pasal 21
a. Bendahara mendaftarkan diri ke KPP atau Kantor Penyuluhan Pelayanan dan Konsultasi Pajak KP2KP untuk mendapatkan NPWP.
b. Bendahara mengambil sendiri formulir-formulir yang diperlukan dalam rangka pemenuhan kewajiban perpajakn ke KPP atau KP2KP
atau dapat di-download melalui website Direktorat Jenderal Pajak yaitu
http:www.pajak.go.id
Universitas Sumatera Utara
c. Bendahara menghitung, memotong, menyetor dan melapor PPh yang terutang setiap bulan kalender termasuk laporan penghitungan PPh
yang nihil. d. Bendahara membuat catatan atau kertas kerja perhitungan PPh Pasal
21 untuk masing-masing penerima penghasilan, yang menjadi dasar pelaporan PPh Pasal 21 yang terutang untuk setiap masa pajak dan
wajib menyimpan catatan atau kertas kerja perhitungan tersebut. e. Bendahara dalam hal terjadi kelebihan penyetoran PPh Pasal 21 yang
terutang pada suatu bulan, kelebihan tersebut dapat diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 yang terutang pada bulan berikutnya melalui SPT
Masa PPh Pasal 21. f. Bendahara membuat dan memberikan Bukti Pemotongan pada saat
dilakukan pemotongan PPh Pasal 21. g. Bendahara wajib meminta surat pernyataan yang berisi jumlah
tanggungan keluarga pada awal tahun kalender atau pada saat mulai menjadi Subjek Pajak dalam negeri sebagai dasar penentuan PTKP.
Pendaftara NPWP oleh Bendahara dapat juga dilakukan secara elektronik yaitu melalui internet di situs Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat
www.pajak.go.id pada menu e-Reg electronic registration.
a. Penghapusan NPWP
Penghapusan NPWP dilakukan apabila terjadi : 1.
Perubahan organisasi reorganisasi
Universitas Sumatera Utara
Perubahan organisasi lama menjadi organisasi baru yang mengakibatkan nama unit instansinya berubah. Bendahara diwajibkan melapor kepada
Kepala KPP Paratam setempat guna penghapusan NPWP lama yang kemudian diganti dengan NPWP baru sesuai dengan nama instansi yang
baru akibat reorganisasi tersebut. 2.
Proyek telah selesai Bendahara proyek yang proyeknya telah selesai diwajibkan melapor kepada
Kepala KPP Pratama setempat guna penghapusan NPWP. Dalam hal proyek baru maka wajib mendaftarkan diri ke KPP Pratama setempat guna
mendapatkan NPWP yang baru. Tata cara penghapusan NPWP bagi Bendahara, cukup dengan mengisi formulir yang ditentukan dan
menyerahkannya kepada KPP Pratama tempat Bendahara yang bersangkutan terdaftar.
Apabila terjadi penggantian Pejabat Bendahara, tidak perlu dilakukan perubahan NPWP, tetapi Bendahara pengganti tersebut cukup melaporkan
secara tertulis tentang penggantiannya dan tidak perlu meminta NPWP baru.
b. Sanksi-sanksi Perpajakan
Bendahara adalah sama dengan wajib pajak WP, maka segala sanksi perpajakan yang berlaku bagi WP maka berlaku juga bagi Bendahara.
6. Subjek PPh Pasal 21
Penerima Penghasilan Yang Dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21
Universitas Sumatera Utara
a. pegawai; b. penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun,
tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;
c. bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain
meliputi: 1.
tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan
aktuaris; 2.
pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto
model, peragawanperagawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;
3. olahragawan
4. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan
moderator; 5.
pengarang, peneliti, dan penerjemah; 6.
pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi,
ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan; 7.
agen iklan;
Universitas Sumatera Utara
8. pengawas atau pengelola proyek;
9. pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang
menjadi perantara; 10.
petugas penjaja barang dagangan; 11.
petugas dinas luar asuransi; 12.
distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya;
d. peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain
meliputi : 1.
peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan,
teknologi dan perlombaan lainnya; 2.
peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, dan kunjungan kerja; 3.
peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu;
4. peserta pendidikan, pelatihan, dan magang;
5. peserta kegiatan lainnya.
6. Bukan Subjek PPh Pasal 21
Penerima Penghasilan Yang Tidak Dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 1.
Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada
Universitas Sumatera Utara
mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat:
a. Bukan warga negara Indonesia, dan; b. Di Indonesia tidak menerima atau memperoleh
penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta Negara yang bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik; 2.
Pejabat Perwakilan Organisasi Internasional yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sepanjang bukan warga negara
Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.
7. Penerima Penghasilan yang PPh Pasal 21-nya Ditanggung Pemerintah
Penerima Penghasilan yang PPh Pasal 21-nya Ditanggung Pemerintah adalah :
a. Pejabat Negara berupa gaji kehormatan dan tunjangan-tunjangan lain yang terkait atau imbalan tetap sejenisnya;
b. PNS dan anggota ABRI berupa gaji dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya tetap dan terkait dengan gaji;
c. Pensiunan termasuk janda atau duda danatau anak-anaknya berupa uang pensiun dan tunjangan lain yang sifatnya tetap dan terkait
dengan uang pensiun; d. Yang dibebankan kepada Keuangan NegaraDaerah, PPh Pasal 21
Universitas Sumatera Utara
yang ditanggung pemerintah.
8. Objek PPh Pasal 21
Penghasilan Yang Dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 1.
penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap, baik berupa penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur;
2. penghasilan yang diterima atau diperoleh Penerima pensiun
secara teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya; 3.
penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima secara
sekaligus berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran lain
sejenis 4.
penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau
upah yang dibayarkan secara bulanan; 5.
imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan sejenisnya dengan nama
dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan;
6. imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang
saku, uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan
Universitas Sumatera Utara
sejenis dengan nama apapun. 7.
penerimaan dalam bentuk natura danatau kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh:
a. bukan Wajib pajak; b. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat
final; atau c. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan
berdasarkan norma penghitungan khusus deemed profit. 8.
Pengenaan PPh Pasal 21 bagi pejabat negara, pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia, serta para pensiunannya atas penghasilan yang menjadi beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, diatur berdasarkan ketentuan yang ditetapkan khusus
mengenai hal dimaksud.
9. Bukan Objek PPh Pasal 21
Tidak Termasuk Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21 1.
Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
2. Penerimaan dalam bentuk natura danatau kenikmatan dalam
Universitas Sumatera Utara
bentuk apapun diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali kecuali penghasilan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat 2 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31PJ.2009;
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada badan
penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja;
4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib
bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk
atau disahkan oleh Pemerintah sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di
antara pihak-pihak yang bersangkutan; 5.
Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 3 huruf l Undang-Undang Pajak Penghasilan.
10. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak PPh Pasal 21
Hak-hak Wajib Pajak PPh Pasal 21 adalah :
Universitas Sumatera Utara
a. Wajib Pajak berhak meminta bukti pemotongan PPh Pasal 21 kepada pemotong pajak. Jumlah PPh Pasal 21 yang telah dipotong
dapat dikreditkan dari PPh untuk tahun pajak yang bersangkutan, kecuali PPh Pasal 21 yang bersifat final.
b. Wajib Pajak berhak mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak, jika PPh Pasal 21 yang dipotong oleh pemotong
pajak tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. c. Wajib Pajak berhak mengajukan banding dengan alasan yang jelas
kepada Badan Peradilan Pajak terhadap keputusan keberatan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Kewajiban Wajib Pajak PPh Pasal 21 adalah : a. Wajib Pajak berkewajiban menyerahkan surat pernyataan kepada
pemotong pajak yang menyatakan jumlah tanggungan keluarga pada permulaan tahun takwim atau pada permulaan menjadi
Subjek Pajak dalam negeri. Surat pernyataan tersebut dibuat untuk mendapatkan pengurangan PTKP. Surat pernyataan tersebut
diserahkan pada saat seseorang mulai bekerja atau mulai pensiun. b. Wajib Pajak juga berkewajiban menyerahkan surat pernyataan
kepada pemotong pajak dalam hal ada perubahan jumlah tanggungan keluarga pada permulaan tahun takwim.
c. Wajib Pajak berkewajiban melaporkan SPT Tahunan, jika wajib pajak mempunyai penghasilan lebih dari satu pemberi kerja.
Universitas Sumatera Utara
11. Tarif Dan Penerapannya
1. Pegawai tetap, Penerima Pensiun Berkala yang Dibayarkan Secara
Bulanan, Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas yang Dibayarkan Secara Bulanan, dikenakan tarif Pasal 17 Undang-
Undang PPh dikalikan dengan Penghasilan Kena Pajak PKP. Penghasilan Kena Pajak dihitung berdasarkan sebagai berikut:
a. Pegawai Tetap Penghasilan Bruto dikurangi Biaya Jabatan 5 dari
Penghasilan Bruto, maksimum Rp6.000.000,- setahun atau Rp500.000,- sebulan; dikurangi Iuran Pensiun,
Iuran Jaminan Hari Tua, dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP.
b. Penerima Pensiun Bulanan Penghasilan Bruto Dikurangi Biaya Pensiun 5 dari
penghasilan bruto, maksimum Rp2.400.000,-setahun atau Rp 200.000,- sebulan; dikurangi Penghasilan Tidak Kena
Pajak PTKP. c. Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas yang
Dibayarkan Secara Bulanan Penghasilan Bruto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak
PTKP yang Dihitung Secara Bulanan.
Universitas Sumatera Utara
2. Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, Pemagang dan Calon
Pegawai yang Menerima Upah Harian, Upah Mingguan, Upah Satuan, Upah Borongan, Uang Saku Harian atau Mingguan
a. Dalam hal upahuang saku harian atau rata-rata upahuang saku harian belum melebihi Rp150.000,00 dan
jumlah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam bulan kalender yang bersangkutan belum melebihi
Rp1.320.000,00, maka tidak ada PPh Pasal 21 yang harus dipotong.
b. Dalam hal upahuang saku harian atau rata-rata upahuang harian telah melebihi Rp150.000,00 dan
sepanjang jumlah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam bulan kalender yang bersangkutan belum melebihi
Rp1.320.000,00, maka PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar upahuang saku harian atau rata-rata
upahuang saku harian setelah dikurangi Rp150.000,00, dikalikan 5.
c. Dalam hal jumlah upah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam bulan kalender yang bersangkutan telah
melebihi Rp1.320.000,00 dan kurang dari Rp6.000.000,00, maka PPh Pasal 21 yang yang harus dipotong adalah sebesar
Universitas Sumatera Utara
upahuang saku harian atau rata-rata upahuang saku harian setelah dikurangi PTKP sehari, dikalikan 5.
d. Dalam hal jumlah upah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam satu bulan kalender telah melebihi
Rp6.000.000,00, maka PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan Tarif Pasal 17 ayat 1 huruf a UU PPh atas
jumlah upah bruto dalam satu bulan yang disetahunkan setelah dikurangi PTKP, dan PPh Pasal 21 yang harus
dipotong adalah sebesar PPh Pasal 21 hasil perhitungan tersebut dibagi 12.
3. Tenaga Ahli yang Melakukan Pekerjaan Bebas Dikenakan Tarif PPh
Pasal 17 atas Jumlah Kumulatif dari 50 dari Jumlah Penghasilan Bruto yang Dibayarkan atau Terutang Dalam 1 satu Tahun
Kalender. Dalam Hal Tenaga Ahli tersebut adalah Dokter yang
Melakukan Praktik di Rumah Sakit danatau Klinik maka besarnya Jumlah Penghasilan Bruto adalah Sebesar Jasa Dokter
yang Dibayarkan Pasien melalui Rumah Sakit danatau Klinik Sebelum Dipotong Biaya-Biaya atau Bagi Hasil oleh Rumah
Sakit danatau Klinik.
Universitas Sumatera Utara
4. Orang Pribadi Dalam Negeri Bukan Pegawai dapat dibagi menjadi dua
kelompok : a. Orang Pribadi Dalam Negeri Bukan Pegawai, Selain
Tenaga Ahli, atas Imbalan yang Bersifat Berkesinambungan a. Bagi yang Telah Memiliki NPWP dan Hanya Menerima
Penghasilan Dari Pemotong Pajak yang Bersangkutan PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17
ayat 1 huruf a UU PPh atas jumlah kumulatif penghasilan kena pajak. Besarnya penghasilan kena
pajak adalah sebesar penghasilan bruto dikurangi PTKP per bulan.
b. Bagi yang Tidak Memiliki NPWP atau Menerima Penghasilan dari Selain Pemotong Pajak yang
Bersangkutan PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat 1 huruf a UU PPh atas jumlah
kumulatif Penghasilan Bruto dalam Tahun Kalender yang bersangkutan.
b. Orang Pribadi Dalam Negeri Bukan Pegawai, Selain Tenaga Ahli, atas Imbalan yang Tidak Bersifat
Berkesinambunga PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat
huruf a UU PPh atas Jumlah Penghasilan Bruto.
Universitas Sumatera Utara
5. Peserta Kegiatan
PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat 1 huruf a UU PPh atas jumlah penghasilan bruto untuk setiap kali
pembayaran yang bersifat utuh dan tidak dipecah, yang diterima oleh peserta kegiatan.
6. Penerima pesangon, tembusan pensiun, Tunjangan Hari Tua atau
Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus dikenakan tarif PPh Final, sebaga berikut:
a. 5 Dari Penghasilan Bruto Diatas Rp 25.000.000 s.d. Rp 50.000.000
b. 10 Dari Penghasilan Bruto Diatas Rp 50.000.000 s.d. Rp 100.000.000
c. 15 Dari Penghasilan Bruto Diatas Rp 100.000.000 s.d. Rp 200.000.000
d. 25 Dari Penghasilan Bruto Diatas Rp 200.000.000 Penghasilan Bruto sampai dengan Rp25.000.000 Dikecualikan dari
Pemotongan Pajak. 7.
Pejabat Negara, PNS, anggota TNIPOLRI yang menerima honorarium dan imbalan lain yang sumber dananya berasal dari
Keuangan Negara atau Keuangan Daerah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif 15 dari penghasilan bruto dan bersifat final, kecuali
Universitas Sumatera Utara
yang dibayarkan kepada PNS Gol. IId kebawah, anggota TNIPOLRI Peltu ke bawah Ajun Insp.Tingkat I Kebawah.
8. PTKP : 2006-2008
2009 Untuk Diri Pegawai
Rp13.200.000 Rp15.840.000 Tambahan untuk
Pegawai yang Kawin Rp1.200.000
Rp1.320.000 Tambahan untuk
Anggota Keluarga Paling Banyak 3 Tiga
Orang Rp1.200.000
Rp1.320.000
Tabel III.B.1 Tabel PTKP
Undang-undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 7 ayat 1
Anggota keluarga adalah anggota keluarga sedarah dan semenda dalam satu garis keturunan lurus serta anak angkat
yang menjadi tanggungan sepenuhnya. 9. Tarif Pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan
Tahun 2008 ke Bawah Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Tarif s.d. Rp25.000.000
5 Diatas Rp25.000.000 s.d Rp50.000.000
10 Diatas Rp50.000.000 s.d Rp100.000.000
15 Diatas Rp100.000.000 s.d Rp200.000.000 25
Diatas Rp200.000.000 35
Tabel III.B.2 Tabel Tarif PPh Pasal 21 Tahun 2008
Undang-ungdang No. 17 Tahun 2000 Pasal 17 ayat 1
Universitas Sumatera Utara
Tahun 2009 dst Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Tarif s.d. Rp50.000.000
5 Diatas Rp50.000.000 s.d Rp250.000.000
15 Diatas Rp250.000.000 s.d Rp500.000.000 25
Diatas Rp500.000.000 30
Tabel III.B.3 Tabel Tarif PPh Pasal 21 Tahun 2009
Undang-undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 ayat 1 LAIN-LAIN
1. Formulir 1721–I wajib disampaikan hanya pada Masa Pajak
Desember. Pemotong Pajak tidak perlu menyampaikan formulir 1721-A2 sebagai lampiran dari SPT Masa PPh Pasal
21, namun wajib baik diminta ataupun tidak diminta untuk memberikan bukti pemotongan 1721-A2 kepada Pegawai
Tetap atau Penerima Pensiun atau Tunjangan Hari TuaTabungan Hari TuaJaminan Hari Tua maupun kepada Pegawai Negeri Sipil,
Anggo ta TNI, Polri, Pejabat Negara dan Pensiunannya. 2.
Formulir 1721–II wajib disampaikan hanya pada saat ada Pegawai Tetap yang keluar danatau ada Pegawai Tetap yang masuk
danatau ada Pegawai yang baru memiliki NPWP. 3.
Formulir 1721–T wajib dilampirkan pada saat pertama kali Wajib Pajak berkewajiban untuk menyampaikan SPT Masa
Pajak Penghasilan Pasal 21.
Universitas Sumatera Utara
4. Penggunaan Surat Setoran Pajak SSP adalah sebagai berikut :
a. Lembar ke-1 untuk BendaharaPemegang Kas sebagai bukti pembayaran.
b. Lembar ke-2 untuk KPP PratamaKPP melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara KPPN.
c. Lembar ke-3 untuk KPP PratamaKPP sebagai lampiran SPT Masa Bendahara.
d. Lembar ke-4 untuk Kantor Penerima Pembayaran Bank PersepsiKantor Pos
e. Lembar ke-5 untuk Pemungut BendaharaPemegang Kas PPh Pasal 21.
Contoh Perhitungan PPh Pasal 21 Tahun 2009 : 1. Kurniawan yang bekerja pada perusahaan PT. Maju Bersama dengan memperoleh
gaji kotor Rp. 1.650.000,00 perbulan dan membayar iuran pensiun sebesar Rp. 125.000,00. Kurniawan sudah menikah tetapi belum mempunyai anak.
Perhitungan PPh Pasal 21-nya adalah sebagai berikut : Gaji Sebulan
Rp. 1.650.000 Pengurangan :
1. Biaya jabatan : 5 X Rp. 1.650.000
Rp. 82.500 2. Iuran Pensiun
Rp. 125.000
Universitas Sumatera Utara
Penghasilan Neto Sebulan Rp. 1.442.500
Rp. 207.500
Penghasilan Neto Setahun 12 X Rp. 1.442.500
Rp. 17.310.000 3. PTKP setahun
- untuk WP sendiri Rp. 15.840.000
- tambahan WP kawin Rp. 1.320.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp. 150.000
Rp. 17.160.000
PPh Pasal 21 terutang : 5 X Rp. 150.000 Rp. 7.500
PPh Pasal 21 sebulan : Rp. 7.500 : 12 Rp. 625
2. Polan tidak kawin adalah PNS golongan IIIa, menerima gaji Rp. 1.700.000,00 per bulan, tunjangan beras Rp. 200.000,00 perbulan, dan tunjangan fungsional Rp.
100.000,00 perbulan. Perhitungan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut :
Gaji Sebulan Rp. 1.700.000
Tunjangan Beras Rp. 200.000
Tunjangan Fungsional Penghasilan Kotor Sebulan
Rp. 2.000.000 Rp. 100.000
Pengurang : 1. Biaya Jabatan :
Universitas Sumatera Utara
5 X Rp. 2.000.000 Rp. 100.000
2. Iuran Pensiun Rp. 100.000
Penghasilan Neto Sebulan Rp. 1.800.000
Rp. 200.000
Penghasilan Neto Setahun 12 X Rp. 1.800.000
Rp. 21.600.000 3. PTKP Setahun
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp. 5.760.000
Rp. 15.840.000
PPh Pasal 21 terutang : 5 X Rp. 5.760.000 Rp. 288.000 PPh Pasal 21 Sebulan : Rp. 288.000 : 12
Rp. 24.000
ditanggung pemerintah
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI
A. Sistem Pemotongan PPh Pasal 21 atas Gaji Pegawai Negeri Sipil pada
KPP Pratama Medan Polonia
Pengenaan PPh Pasal 21 adalah tindakan yang wajib dilakukan oleh petugas pajak pada setiap WP yang penghasilannya telah memenuhi syarat untuk dikenakan
pajak. Dalam pengenaan PPh kepada WP Orang Pribadi Dalam Negeri diberikan pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP yang telah ditentukan
dalam Pasal 7 ayat 1 Undang-undang No. 36 Tahun 2008 tentang PPh. Adapun prosedur PPh terutang atas gaji pegawai yang dilakukan oleh
Bendaharawan Pemerintah pada KPP Pratama Medan Polonia adalah : a.
Pengecekan pada daftar gaji pegawai Sebelum mendaftarkan pegawainya untuk menjadi seorang WP dan
memperoleh NPWP, KPP Pratama Medan Polonia terlebih dahulu melakukan pengecekan guna mengklasifikasikan besar gaji atau
penghasilan pegawai. Pengecekan tersebut dilakukan dengan sistem komputerisasi yang secara otomatis dapat diketahui besarnya jumlah
penghasilan dan jumlah pajak yang terutang atas penghasilan pegawai tersebut sehingga dapat diketahui pula jumlah pegawai yang dapat
dipotong PPh Pasal 21. Dalam hal ini, khusus pada penghasilan PNS pada
Universitas Sumatera Utara
KPP Pratama Medan Polonia yang dipotong PPh Pasal 21 adalah golongan II-a ke atas.
b. Pemotongan gaji pegawai KPP Pratama Medan Polonia Untuk mempermudah pegawai KPP Pratama Medan Polonia dalam hal
pembayaran PPh terutang, maka Bendaharawan KPP Pratama Medan Polonia langsung memotong gaji pegawainya yang tentunya telah memiliki NPWP.
Pemotongan ini dilakukan setiap bulan sesuai dengan jumlah pajak yang terutang pada masing-masing pegawai. Selain itu untuk meringankan hal
tersebut, sistem pemotongan ini sangat membantu dalam menghindari penunggakan hutang pajak yang dapat menimbulkan denda administrasi
apabila PPh terutang tidak dibayarkan tepat pada waktunya.
B. Subjek dan Objek PPh Pasal 21 pada KPP Pratama Medan Polonia