3 Menyelamatkan umat dari kehancuraan.
38
3. Pengertian Dakwah di Panti Sosial
Menurut Didin Hafifuddin dalam bukunya Dakwah Aktual mengatakan bahwa aktifitas dakwah adalah “salah satu kegiatan kerja yang
dilakukan di setiap bagian, atau suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah
agar bersedia masuk ke jalan Allah SWT dan secara bertahap menuju kehidupan yang islami”.
39
Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa aktifitas dakwah adalah merupakan aktivitas keagamaan yang di dalamnya
mengandung seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha mengubah situasi yang buruk kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik
terhadap pribadi maupun masyarakat.
D. Pembinaan Mantan Wanita Tuna Susila di Panti Sosial
1. Pengertian Pembinaan
Pembinaan berasal dari “bahasa Arab “bina” yang berarti bangun, bentuk. Setelah dilakukan ke dalam bahasa Indonesia, jika diberi awalan
“pe” dan akhiran “an” maka menjadi pembinaan, mempunyai arti pembaharuan, penyempurnaan usaha, tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil
38
Ibid, Sayyid Al Wakil, h. 103-105.
39
Didin Hafifuddin, Dakwah Aktual Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999, Cet ke-1, h. 14.
yang lebih baik”.
40
Sedangkan Pembinaan menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer “adalah proses membina, membangun atau
menyempurnakan, upaya mendapatkan sesuatu yang lebih baik”.
41
Dari segi terminologi arti kata “pembinaan” mempunyai dua arti yaitu:
a. Pembinaan adalah segala upaya pengelolahan berupa merintis,
meletakan dasar,
melatih, membisakan,
mengarahkan serta
mengembangkan kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan, mewujudkan manusia dengan mengadakan dan menggunakan segala
dana dan daya yang dimiliki.
42
b. Pembinaan adalah suatu upaya kegiatan yang terus menerus untuk
memperbaiki, meningkatkan, menyempurnakan, mengarahkan dan mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan agar sarana
pembinaan mampu menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sebagai pola kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga,
maupun kehidupan sosial masyarakat. Menurut Majid Al-Halali dalam bukunya 38 Sifat Generasi
Unggulan , pembinaan adalah ”membangun dan mengisi akal dengan ilmu
40
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Kamus Besar Bahasa Indonesi, Jakarta: Balai Pustaka, 1997, cet ke-9, h. 117.
41
Peter Salim dan Yeni,, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer Jakarta: Modern English, 1991, h. 119.
42
BP4, Pusat Pembinaan Keluarga Bahagia Sejahtera Jakarta: 1989, h. 3.
yang berguna, mengarahkan hati lewat berbagai zikir dan menguatkan lewat intropeksi diri”.
43 Dari pengertian yang dikemukan para ahli tentang pembinaan maka penulis akan mencoba
menggabungkan dari pendapat yang ada dan menyimpulkan, pembinaan itu ialah usaha yang dilakukan secara sadar, berencana, teratur dan terarah, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan anak dengan
tindakan pengarahan dan pengawasan untuk tujuan yang diharapkan.
2. Mantan Wanita Tuna Susila
Sebelum adanya istilah Pekerja Sek Komersil PSK di Indonesia oleh Pemerintah di perkenalkan istilah Wanita Tuna Susila WTS bagi
kaum pelacur pengguna istilah ini menunjukan bahwa pelacuran hanya dilihat dari aspek “kesusilaan” dan hanya ditujukan pada perempuan yang
menjadi “pelacurnya” tetapi tidak pada lelaki “germo” atau konsumen yang mengunakan jasa mereka.
Penggunaan istilah Pekerja Seks Komersil PSK selalu berkembang dari masa ke masa, maka banyak istilah-istilah yang digunakan dapat
diartikan denghan wanita publik, pelacur, lonte dan pekerja seks komersial yang mengandung pengertian sama. Wanita yang bermata pencaharian dari
praktek pelacuran disebut dengan PSK, pelacur atau wanita tuna susila, tuna susila diartikan sebagai kurang beradap karena keroyalan reaksi
seksnya, dalam bentuk penyerahan diri pada banyak laki-laki untuk pemuasan seksualnya, dan mendapatkan imbalan jasa atau uang bagi
pelayanannya. Tuna susila juga diartikan sebagai “salah tingkah, tindak
43
Majid Al-Halali, 38 Sifat Generasi Unggulan Jakarta: Bumi Aksara 1998, cet ke-1, h. 17.
susila, atau gagal dalam menyesuaikan diri terhadap norma-norma susila”.
44
3. Panti Sosial
Panti Sosial “adalah unit melaksanakan teknis di lingkungan Departemen Sosial yang memberi pelayanan kesejahteraan sosial yang
berada di bawah tanggung jawab langsung kepada kepala kantor wilayah Departemen Sosial KEPMEN 22HUKTgl.22.April. 95”.
45
Salah satu misi Dinas Sosial Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah dalam usaha kesejahtraan sosial di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, yaitu
didirikannya Panti Sosial. Panti Sosial adalah unit pelaksanaan teknis di lingkungan Dinas
Sosial dalam memberikan pelayanan dan bantuan sosial kepada penyandang masalah PMKS Penyandang Masalah Kesejahtraan Sosial
warga DKI Jakarta.
46
4. Pembinaan Mantan Wanita Tuna Susila di Panti Sosial
Sebagaimana yang telah digaris bawahi oleh Dinas Sosial DKI Jakarta bahwa tugas Panti Sosial adalah memberikan pelayanan dan
bantuan sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
44
Kartini Kartono, Patologi Sosial Jakarta: CV Rajawali Pers, Edsi I, Cet ke-4, h. 177
45
Departemen Sosial Republik Indonesia Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Jak-Tim, 2002, h. 1.
46
Lintas Informasi Panti Sosial Jakarta: Dinas Sosial DKI Jakarta. 2000, h. 27.
Adapun pembinaan terhadap mantan wanita tuna susila di panti sosial meliputi:
a. Penanganan melalui pembinaan fisik kepada para warga binaan sosial
dengan memberikan latihan-latihan fisik yang meliputi olah raga, b.
Penanganan melalui pemeriksaan kesehatan kepada para warga binaan sosial dilakukan dengan memberikan penyuluhan kesehatan dan juga
pelayanan kesehatan yang optimal kepada para warga binaan sosial dari rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat panti tersebut.
c. Penanganan melalui bimbingan sosial kepada para warga binaan sosial
yaitu, mording meeting yang dilakukan setiap pagi tujuan ini untuk menjalin rasa kebersamaan, kepedulian, keterbukaan, kedisiplinan, dan
tanggung jawab antara sesama warga binaan sosial. d.
Penanganan melalui bimbingan psikologis kepada para warga binaan sosial dilakukan dengan membantu mereka dalam menyelesaikan
masalah dan juga membantu dalam mengubah persepsi, pola pikir dan tingkah laku para warga binaan sosial.
e. Penanganan melalui bimbingan kadarkum kesadaran hukum kepada
para warga binaan sosial dengan memberikan pengertian kepada mereka bahwa apa yang mereka lakukan tersebut adalah melanggar
hukum, baik negara dan agama. Hal ini dilakukan dengan metode diskusi dan hanya perkelompok saja.
f. Penanganan melalui perpustakaan dan rekreasi kesenian kepada para
warga binaan sosial dengan membiasakan kebiasaan membaca sebagai
penambah pengetahuan para warga binaan sosial yang notabenenya sebagian besar dari warga binaan sosial, sepereti: menyanyi, membuat
dan membaca puisi, dan lain-lain. Penampilan mereka sering dipentaskan dalam acara-acara peringatan hari-hari besar keagamaan
dan nasional sepereti Isra Mi’raj, 17 Agustusan dan lain-lain. g.
Penanganan melalui bimbingan mental keagamaan kepada para warga binaan sosial dengan memberikan kegiatan-kegiatan berupa: Ceramah
agama Islam, muhasabah dan membaca surat yasin bersama-sama, sholawat Rosulullah SAW.
h. Penanganan melalui pelatihan keterampilan praktis seperti: Tata boga,
menjahit, menyusun hantaran Parcel, tata rias dan beby sitter.
47
47
Brosur, Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya, 2008.
BAB III GAMABARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA KARYA WANITA