tumbuhnya kegiatan tindak tuna susila tersebut. Berbagai upaya terus dilakukan oleh pemerintah baik yang bersifat preventif, represif, rehabilitatif
dan pelayanan resosialisasi dengan menggunakan pola pembinaan dalam panti.
Atas dasar pemahaman tersebut, Pemerintah Propinsi DKI Jakarta melalui Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial telah
membangun dan mengoperasionalkan Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia Kedoya yang menyelenggarakan pelayaan resosialisasi bagi
wanita tuna susila hasil penertiban sebagai upaya pemulihan harkat, martabat, kepercayaan, dan harga diri wanita tuna susila sehingga diharapkan dapat
kembali menjadi warga masyarakat yang hidup secara layak, manusiawi, normatif, produktif dan mandiri.
Adapun tujuan didirikannya Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia Kedoya sebagai pedoman pelaksanaan dan menciptakan satu kesamaan
persepsi dalam penyelenggaraan pelayanan sosialisasi terhadap wanita tuna susila oleh petugas panti.
53
H. Peran Dakwah
Panti Sosial Bina Kara Wanita Harapan Mulia Kedoya merupakan Unit pelaksana teknis Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial
Propinsi DKI Jakarta yang berperan dalam memberikan pelayanan resosialisasi terhadap wanita tuna susila dengan maksud tujuan agar terbina
53
Ibid., h. 1-3.
dan berkembangnya tata kehidupan dan penghidupan warga binaan sosial yang diliputi pulihnya kembali rasa harga diri, kepercayaan diri, memiliki
kembali konsep diri, tanggung jawab sosial serta berkemauan dan berkemampuan
melaksanakan fungsi
sosialnya dalam
kehidupan bermasyarakat.
Adapun kegiatan pelayanan resosialisasi wanita tuna susila yang dilaksanakan di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia Kedoya
meliputi 8 delapan tahap kegiatan, yaitu: 1.
Tahap Penjangkauan Sosial Penjangkauan sosial adalah rangkaian kegiatan yang mempertemukan
kepentingan pelayanan antara lembaga dengan calon warga binaan sosial. Kegiatan penjangkauan sosial ini merupakan proses kontak awal yang
dilakukan melalui suatu mekanisme penerimaan calon warga binaan sosial. Penjangkauan sosial pada Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia
Kedoya meliputi: a.
Rujukan dari Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya PSBI. Wanita tuna susila rujukan dari PSBI Bangun Daya merupakan hasil
penertiban yang dilakukan oleh Dinas Bintal Kesos bekerja sama dengan unsurinstansi terkait. Setelah melalui peroses seleksi di Panti
Sosial Bina Insan Bangun Daya, mereka dirujuk untuk mendapatkan pelayanan di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia Kedoya.
b. Pendekatan sosial oleh petugas panti.
Pendekatan sosial oleh petugas panti pekerja sosial dilakukan secara terpadu dengan beberapa instansi terkait pada tempat-tempat tindak
tuna susila atau tempat-tempat yang diduga rawan terjadi tindak tuna susila, seperti penginapan, panti-panti pijat, warung remang-remang,
taman dan tempat-tempat umum lainnya. c.
Penyerahan dari masyarakat atau lembagainstansi terkait. Calon warga binaan sosial berasal dari penyerahan masyarakat atau
lembaga atau instansi terkait, yang secara kebetulan atau sengaja menemukan wanita tuna susila yang tertarik untuk mengikuti kegiatan
pembinaan di dalam Panti. d.
Penyerahan diri secara sukarela. Penyerahan diri secara sukarela dilakukan melului kegiatan pendekatan
sosial sehingga para wanita tuna susila termotivasi dan mau datang melakukan penyerahan diri secara sukarela guna mengikuti pembinaan
di dalam panti. Untuk mengikuti kegiatan pembinaan, calon warga binaan sosial
harus memenuhi persyaratan sebagi berikut: a.
Memiliki identitas yang jelas. b.
Sehat jasmani dan rohani. c.
Rekomendasi atau surat pengantar dari dinas, bagi yang bersal dari penyerahan masyarakat, lembaga lain atau penyerahan diri secara
sukarela. d.
Bersedia mengikuti program bimbingan dan pelatihan.
2. Tahap Pendekatan Awal
Pendekatan awal merupakan kegiatan kontak awal yang dilakukan untuk menjalin relasi professional dengan calon warga binaan sosial.
Kegiatan ini terdiri dari: a.
Motivasi terhadap warga binaan sosial. Kegiatan ini ditujukan untuk menumbuhkan kemauan dan kemampuan
dalam diri warga binaan sosial agar mau berpartisipasi dan menerima program pelayanan yang dilaksanakan di panti. Pelaksanaan kegiatan
motivasi ini dilakukan dengan pendekatan perseorangan dan pendekatan kelompok dalam bentuk kegiatan kelompok. Motivasi juga
diberikan kepada keluarga binaan sosial dalam bentuk komunikasi, konsultasi, pemberian informasi dan penerimaan kunjungan keluarga
warga binaan sosial. b.
Orientasi dan Konsultasi. Kegiatan orientasi dan konsultasi dilakukan agar calon WBS
memperoleh gambaran awal tentang situasi dan pelayanan yang ada pada panti serta untuk mengetahui lebih awal permasalahan yang
dihadapi calon warga binaan tersebut. Dalam kegiatan ini dilakukan pengenalan tentang tugas-tugas panti, tujuan pembinaan dan
bagaimana proses pembinaan di dalam panti tersebut dilaksanakan. c.
Seleksi Seleksi merupakan kegiatan pengelompokanpemilahan calon warga
binaan sosial yang memenuhi persyaratan untuk dapat menjadi warga
binaan sosial definitive panti dan dapat mengikuti kegiatan pelayanan yang diberikan.
3. Tahap Penerimaan Tahap ini merupakan proses penerimaan warga binaan sosial untuk
diterima secara definitive di panti, meliputi: a.
Registrasi. Registrasi merupakan kegiatan pendaftaran sebagai rangkaian kegiatan
warga binaan sosial dalam panti b.
Kelengkapan administasi. Warga binaan sosial telah mengisi formulir dan menyerahkan
kelengkapan administrasi lainnya kepada petugas panti c.
Penempatan atau pengasramaan Setelah menjadi warga binaan sosial definitive panti, warga binaan
tersebut tersebut ditempatkan dalam asrama dan siap mengikuti kegiatan pembinaan. Selanjutnya diberikan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari meliputi kebutuhan pokok permakanan, selimut, peralatan mandi, dll dan kesehatan obat-obatan selama warga binaan sosial
berada di dalam panti.
4. Tahap Asesmen
Suatu kegiatan penelaahan, pengungkapan, pemahaman serta penganalisaan
permasalahan warga
binaan sosial
dan kondisi
lingkungannya untuk menentukan langkah-langkah pelayanan yang sesuai, sehingga dapat tercapai hasil-hasil yang diharapkan.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi mengenai latar belakang permasalahan serta potensi warga
binaan sosial yang dapat digunakan untuk mendukung upaya pemecahan masalah serta upaya lain untuk mengembangkan kemampuannya.
5. Tahap Pembinaan
Pembinaan dan bimbingan sosial dilakukan secara komprehansif. Adapun kegiatan pembinaan dan bimbingan meliputi:
a. Pembinaan Fisik.
Serangkaian kegiatan melalui bimbingan penanaman kedisiplinan berupa kegiatan jasmaniolah raga untuk menjaga, merawat dan
meningkatkan kesehatan serta ketahanan fisik warga binaan sosial. Pembinaan fisik dimaksudkan agar warga binaan sosial mempunyai
kondisi kesehatan yang baik dan terhindar dari segala penyakit. Dengan kondisi kesehatan yang mantap memudahkan mereka untuk
dapat mengikuti berbagai program resosialisasi yang diselenggarakan di panti.
b. Pembinaan Mental Spiritual
Serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kemampuan individual dan sosial yang meliputi penerimaan diri, kesadaran menjadi bagian dari
lingkungan sosial, kemauan untuk mengubah dan mengembangkan
diri, peningkatan motivasi diri, penyesuaian diri, kemampuan kendali diri, rasa percaya diri, penghayatan nilai-nilai diri dan lingkungan
sosial baik secara vertical manusia dengan Tuhan maupun horizontal hubungan manusia dengan manusia.
Dengan kegiatan ini diharapkan warga binaan sosial dapat menyadari kekeliruan yang telah diperbuatnya sehingga mau mengubah
sikapnya dengan melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki kesadaran untuk meninggakan pencarian nafkah melaui
kegiatan tindak tuna susila. Pembinaan mental spiritual bertujuan agar warga binaan sosial:
1 Mempunyai kesadaran dan penghayatan terhadap agama, mempunyai
kemampuan beribadah dengan melaksanakan ajaran-ajaran agama masing-masing.
2 Pembinaan sikap dengan tujuan agar klien memiliki sikap-sikap yang
sesuai dengan nilai sosial dan norma masyarakat, memiliki sikap tenggang rasa saling membantu sesama serta memiliki sikap
bertanggung jawab dan disiplin. 3
Pembina etika, agar memiliki rasa kesopanan atau kesusilaan berdasarkan tuntutan sosial budaya masyarakat yang didasari oleh
nilai-nilai keagamaan.
c. Bimbingan Sosial
Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pekerja sosial untuk membantu warga binaan sosial dengan menggunakan metode
bimbingan sosial individu, kelompok maupun masyarakat dalam meningkatkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan, menghadapi
dan mengatasi masalah dan dalam menjalin serta mengendalikan hubungan-hubungan sosial dalam lingkungan masyarakat.
Bimbingan sosial terdiri dari: 1
Bimbingan Sosial Perorangan Bimbingan
ini diarahkan
untuk mengatasi
berbagai permasalahan yang dialami oleh masing-masing warga binaan
sosial secara individu yang memerlukan keahlian khusus dari seorang pekerja sosial.
Bimbingan sosial perorangan dilakukan melalui tahapan- tahapan pelayanan sebagai berikut:
a Pemahaman dan pengungkapan masalah secara dua arah antara
warga binaan sosial dengan pekerja sosial. b
Perumusan rencana pelayanan dan bimbingan dimana WBS turut menentukan kebutuhan pelayanan apa yang dibutuhkan.
c Pelaksanaan bimbingan.
2 Bimbingan Sosial Kelompok
Suatu metode intervensi pekerja sosial dimana sejumlah warga binaan sosial berkumpul dengan berbagai isu-isu topik
atau masalah yang mereka hadapi dengan didampingi oleh pekerja sosial.
Kelompok ini bertemu secara teratur dan kegiatan dalam kelompok
ini dirancang
agar mereka
dapat mengatasi
permasalahannya secara bersama-sama melalui pertukaran
informasi dan pengembangan kemampuan anggota kelompok dalam melakukan perubahan nilai-nilai dan perubahan sikap panti
sosial kearah sikap yang normatif. Bentuk-bentuk bimbingan sosial kelompok:
a Kelompok tolong-menolong self help group
Biasanya kelompok ini terbentuk oleh kelompok sebaya yang bersama-sama menginginkan untuk dapat saling membantu
dalam mencapai kebutuhan untuk mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi.
b Kelompok penyembuhan
Kelompok penyembuhan umumnya terdiri dari anggota- anggota yang memiliki masalah-masalah dan emosi yang lebih
parahmendalam. Dalam kelompok ini diperlukan seseorang yang memiliki kemampuan, persepsi dan pengetahuan yang
luas tentang sifat-sifat manusia, dinamika kelompok, kemampuan dalam konseling dan kemampuan untuk
menggunakan kelompok untuk dapat mengadakan perubahan perilaku.
c Kelompok sosialisasi sosialization group
Bertujuan untuk mengembangkan atau mengubah perilaku dan sikap anggota kelompok agar dapat membentuk sikap dan
perilaku yang lebih dapat diterima dalam lingkungan sosial. Dalam kegiatan ini termasuk pembentukan pengembangan
keterampilan sosial, meningkatkan rasa percaya diri dan pengembangan hidup untuk masa depan.
d Kelompok Rekreasi
Menyediakan kegiatan yang menyenangkan, sering bersifat spontan seperti kegiatan kesenian.
3 Bimbingan Sosial Masyarakat
Kegiatan ini ditujukan kepada masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran terhadap permasalahan yang
dihadapi para wanita tuna susila sengga dapat turut berpartisipasi membantu memecahkan permasalahan klien.
Dengan mendapatkan bimbingan sosial diharapkan warga binaan sosial mempunyai kemauan dan kemampuan untuk
memotivasi dirinya dan menolak melakukan kegiatan tuna susila dalam bentuk apapun juga sebagai perwujudan dari pulihnya harga
diri, kepercayaan diri serta kesadaran akan norma-norma kehidupan di masyarakat.
d. Pelatihan Keterampilan
Serangkaian kegiatan untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada warga binaan sosial yang dipersiapkan untuk
bekerja atau berusaha secara layak dan normatif dan dapat diandalkan sehingga mereka mampu mengalihkan usahanya ke bidang usaha lain
yang layak bagi kemanusiaan. Kurikulum pelatihan ketrampilan dititik beratkan kepada pendidikan dasar yang bersiat praktis yang dapat
dijangkau dan diserap oleh warga binaan sosial serta sesuai dengan pasaran kerja yang ada. Selain diberikan pelatihan ketrampilan,
diberikan pula bimbingan usaha kerja dan bantuan stimulant usaha produktif. Kegiatan ini bertujuan agar warga binaan sosial siap bekerja
baik perorangan maupun kelompok sesuai dengan rencana penyaluran masing-masing.
6. Tahap Penyaluran
Tahap penyaluaran ini merupakan suatu bentuk kegiatan akhir dari proses pembinaan di panti sosial.
Bentuk-bentuk penyaluran antara lain: a
Usaha berwiraswasta dengan diberikan stimulant berupa peralatan yang dapat dipergunakan untuk menunjang
keberhasilan kemandirian klien.
b Bekerja pada perusahaan maupun usaha milik perorangan
konfeksi, salon, baby sitter, dll c
Dinikahkan
d Kembali kepada keluarga atau masyarakat
Dalam tahap penyaluran juga diadakan kegiatan konsultasi antara keluarga warga binaan sosial dengan pihak panti guna mempersiapkan
keluarga dan masyarakat dalam menerima warga binaan sosial kembali ke masyarakat, kegiatan ini diharapkan:
a Keluarga dan masyarakat dapat menerima kembali, memberikan
dan mengusahakan kesempatan lapangan pekerjaan secara layak kepada bekas tuna susila yang telah direhabilitasi di panti.
b Masyarakat telah memiliki daya tangkal terhadap kemungkinan
berkembang dan timbulnya permasalahan sosial tuna susila terutama di daerah penyandang tuna susila.
c Memberikan kesempatan secara terbuka kepada bekas tuna susila
untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan di masyarakat.
7. Tahap Bina Lanjut
Usaha untuk lebih memantapkan kemandirian warga binaan sosial yang telah berada di tengah-tengah keluarga dan masyarakat
terutama mereka yang masih memerukan bimbingan berupa konsultasi, bantuan lanjutan yang dapat mempurkuat kondisi warga binaan sosial.
Kegiatan bina lanjut meliputi: a
Pendampingan untuk meningkatkan peran serta dalam kehidupan bermasyarakat
b Supervisi, bimbingan dan konsultasi pengembangan usaha
ekonomi produktif c
Persiapan teminasi Tahap bina lanjut dilakukan karena warga binaan yang telah
disalurkan masih memerlukan intervensi usaha kesejahteraan sosial mengingat tingkat instabilitasnya untuk warga binaan kembali
melakukan pekerjaan tuna susila sangat tinggi.
8. Tahap Terminasi
Terminasi merupakan tahap penghentian pelayanan yang diberikan oleh panti kepada warga binaan sosial setelah mampu hidup layak,
normatif, produktif dan mandiri serta dapat menjalankan fungsi sosialnya secara wajar dalam masyarakat.
Terminasi dilakukan apabila telah ada pemutusan hubungan karena: a
Warga binaan sosial menolakmenghentikan intervensi b
Warga binaan sosial telah mandiri c
Terbatasnya waktu dan atau tempat Hasil dari tahapan kegiatan pelayanan adalah pengembalian harga
diri dan kemandirian warga binaan sosial yang ditandai dengan: a
Tidak melacurkan diri lagi. b
Mampu menolak setiap ajakan yang mengarah pada tindak tuna susila. c
Meliliki rasa harga diri, kepercayaan diri, mandiri dan bertingkah laku normatif.
d Sudah dapat mengatasi masalahnya sendiri.
e Sudah berdaptasi dengan lingkungan sosialnya.
f Sudah mau dan mampu berperan serta dalam proses pembangunan.
BAB IV DAKWAH DALAM PEMBINAAN MANTAN