BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beberapa  tahun  terakhir  ini  energi  merupakan  persoalan  yang  krusial  di dunia. Permintaan energi  yang  meningkat  disebabkan oleh pertumbuhan populasi
penduduk,  menipisnya  sumber  cadangan  minyak  dunia,  dan  permasalahan  emisi dari  bahan  bakar  fosil  memberikan  tekanan  kepada  setiap  negara  untuk  segera
memproduksi dan menggunakan energi alternatif Pambudi, 2008. Untuk  mengurangi  ketergantungan  terhadap  bahan  bakar  minyak,
pemerintah  telah  menerbitkan  Peraturan  Presiden  Republik  Indonesia  Nomor  5 Tahun  2006  tentang  kebijakan  energi  nasional  untuk  mengembangkan  sumber
energi   alternatif   sebagai   pengganti   bahan   bakar   minyak.   Kebijakan   tersebut menekankan   pada   sumber   daya   yang   dapat   diperbaharui   sebagai   alternatif
pengganti bahan bakar  minyak. Salah satu sumber energi alternatif adalah biogas Pambudi, 2008.
Pembuatan   biogas   merupakan   teknologi   yang   mudah   dan   sederhana. Biogas  merupakan  salah  satu  sumber  energi  atau  bahan  bakar  berupa  gas  yang
mudah terbakar dan murah. Sifat dari biogas ini adalah bersih, tidak berbau, tidak larut  dalam air, dan tidak reaktif.  Biogas dihasilkan apabila  bahan-bahan organik
terdegradasi dari  senyawa-senyawa  pembentuknya  dalam keadaan  tanpa  oksigen atau kondisi anaerob Firdaus, 2005. Biogas mengandung gas metan sebesar 50-
80  dan  karbondioksida  sebesar  20-50.  Biogas  akan  menghasilkan  energi
1
ketika  dilakukan  pembakaran.  Energi  ini  dapat  dimanfaatkan  untuk  memasak, menjalankan  mesin-mesin
pembakaran,  alat  penerangan,  dan  lain-lain Nandiyanto, 2007.
Pada   umumnya   semua   jenis   bahan   organik   dapat   diproses   untuk menghasilkan  biogas.  Tetapi  hanya  bahan  organik  yang  homogen,  baik  padat
maupun  cair   yang  cocok  untuk  sistem  biogas  sederhana  Hermawan,  2005. Bahan  organik   yang  dapat  dijadikan  sebagai  bahan  baku  biogas  diantaranya
adalah limbah pertanian, sampah pasar, daun-daunan, kotoran hewan yang berasal dari   sapi,
kambing,  kuda,   dan  lain-lain,  bahkan  kotoran  manusia   atau campurannya, atau bahan lain yang mengandung bahan organik Hidayati, 1999.
Masalah  sampah  memang  sangat  kompleks  karena  penanggulangannya melibatkan   beberapa   aspek   yang   bukan   hanya   tanggung   jawab   pemerintah
melainkan partisipasi masyarakat juga sangat diperlukan. Tumpukan sampah kota yang   menggunung   dengan   bau   yang   sangat   menusuk   hidung   merupakan
pandangan  yang  tidak  terpisahkan  dari  lingkungan  pasar  tradisional.  Sampah merupakan
bagian  realita  hidup   yang  harus  dihadapi.  Hal  yang  perlu dikembangkan dalam setiap individu masyarakat adalah mencari solusi bagaimana
cara  menjadikan  sampah  sebagai  objek  yang  memberikan  manfaat  bagi  manusia dan lingkungannya Farid, 2005.
Bila kita melihat dari segi komposisi kandungan sampah, ternyata sampah memiliki potensi yang luar biasa untuk dikelola. Kandungan materi dan komposisi
sampah  terdiri  dari  sejumlah  mikroorganisme  bermanfaat,  bahan  organik  dan
2
anorganik.  Salah  satu  solusi  yang  dapat  menangani  masalah  sampah  tersebut adalah dengan cara mengubah sampah menjadi sumber biogas.
Proses  pembuatan  biogas  melalui  biokonversi  energi  yang  dibantu  oleh mikroorganisme  bakteri  pembusuk  dan  bakteri  penghasil  metan.  Dalam  proses
pembuatan biogas ini menggunakan dua tahap proses fermentasi, yaitu fermentasi aerob  dan  fermentasi  anaerob.  Dalam  proses  fermentasi  aerob  akan  dihasilkan
asam-asam  organik  seperti  asam  asetat  dan  energi  yang  akan  digunakan  oleh bakteri  metanogen  pada  proses  anaerob  sehingga  menghasilkan  gas  metan  lebih
cepat. Sebelum  proses   fermentasi  aerob  dilakukan,   salah   satu   sampel   yang
digunakan  ditambahkan  bioaktivator  Effective  Microorganism  4  EM4. Kandungan  mikroba  dalam  EM4  sangat  efektif  digunakan  untuk  limbah  rumah
tangga,  limbah pasar,  limbah  pabrik,  dan  lain-lain.  Manfaat  dari  bioaktivator  ini diantaranya  adalah  mempercepat  proses  fermentasi  limbah  organik,  menurunkan
kadar   COD,   menekan   bau   yang   tidak   sedap   H
2
S   dan   NH
3
,   menekan perkembangan mikroorganisme patogen, dan sebagainya Hanifah, 2001.
Penambahan bioaktivator
ini bertujuan
untuk mempercepat
pendegradasian  bahan  baku.  Menurut  Ginting  2007,  penambahan  bioaktivator biasanya  dilakukan  pada  awal  pengomposan  untuk  merangsang  perkembangan
mikroorganisme  tersebut  dalam  menguraikan  bahan  organik.  Laju  pembentukan biogas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah suhu dan rasio
CN.  Hermawan  2005  mendapatkan  kondisi  optimum  pembuatan  biogas  dari
3
sampah organik sayur-sayuran dan buah-buahan adalah pada suhu 35°C dan rasio CN 20-30.
1.2. Rumusan Masalah