Fermentasi Aerob Fermentasi Anaerob Analisis yang dilakukan selama Proses Fermentasi

3.3. Cara Kerja 3.3.1. Perlakuan Sampel Sampel sampah buah-buahan dikecilkan ukurannya menjadi 1-2 cm dan dihomogenkan. Setelah homogen, dilakukan pengukuran kadar air sampel.

3.3.2. Fermentasi Aerob

Fermentasi aerob dilakukan pada suhu ruang 28 o C selama + 5 hari. Sampel yang telah homogen ditimbang sebanyak 200 g dan dimasukan ke dalam 2 buah bejana, lalu ditambahkan air masing-masing sebanyak 200 ml 1:1 = wv. Pada bejana 1 tanpa penambahan bakteri B dan bejana 2 dengan penambahan bakteri EM4 sebanyak 2 mL B 2 . Ke dalam masing-masing bejana tersebut dialirkan udara melalui aerator. Analisis yang dilakukan pada tahap ini adalah pengukuran pH, kadar air, Total Solid TS, Volatile Fatty Acid VFA, Chemical Oxygen Demand COD, kandungan karbon, dan kandungan nitrogen.

3.3.3. Fermentasi Anaerob

Hasil dari fermentasi aerob digunakan sebagai substrat untuk fermentasi anaerob. Rasio CN substrat ditambahkan feses sapi sehingga dicapai rasio CN yang diinginkan yaitu 25, 30, dan 35. Percobaan ini dilakukan tanpa oksigen. Substrat hasil fermentasi aerob ditambahkan feses sapi yang sudah dicampur dengan rezazury, mikromineral, makromineral, aquadest, larutan pereduksi, dan natrium karbonat sehingga didapatkan rasio CN 25, 30, dan 35 Lampiran 4. Hasil campuran tersebut diambil sebanyak 20 ml dan di masukan ke dalam digester. Suhu water bath incubator diatur 25°C, 30°C, dan 35°C. Analisis pada 25 tahap ini adalah pengukuran COD, VFA, dan pH yang dilakukan pada awal dan akhir proses fermentasi, hal ini dikarenakan digester yang digunakan berupa digester tipe batch. Volume gas terakumulasi dilakukan pengukuran setiap hari selama + 15 hari.

3.3.4. Analisis yang dilakukan selama Proses Fermentasi

· Analisis pH Sampel dibiarkan dahulu lalu diencerkan dengan air dengan perbandingan 1:1 wv kemudian diaduk selama + 5 menit dan ditentukan nilai pH dengan menggunakan kertas indikator pH. · Analisis Kadar Air metode oven, SNI 01-3555-1998 Cawan porselen dikeringkan dalam oven selama 1 jam pada temperatur 105°C lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga mendapatkan bobot tetap A. Ditimbang berat sampel sebanyak 2 g B, dimasukan ke dalam cawan porselen dan dipijarkan + 1 jam. Kemudian cawan didinginkan dalam desikator dan ditimbang lagi hingga mendapatkan bobot yang tetap C. Pemanasan diulang sampai diperoleh berat konstan. Sisa sampel dihitung sebagai total padatan dan pengurangan berat menunjukan banyaknya air dalam bahan. Kadar Air = B - A - B - C - A A ´ 100 · Total Solid TS APHA ed 20 th 1996 Cawan porselen dikeringkan dalam oven selama 1 jam pada temperatur 105°C lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga mendapatkan bobot 26 tetap A. Ditimbang berat sampel sebanyak 2 g B, dimasukan ke dalam cawan porselen dan dipijarkan + 2 jam pada temperatur 105°C. Kemudian cawan didinginkan dalam desikator dan ditimbang lagi hingga mendapatkan bobot yang tetap C. Total Solid = C - A ´ 100 B - A · Volatile Fatty Acid VFA Total Sebanyak 5 ml sampel diambil lalu ditambahkan 1 ml H 2 SO 4 15. Dimasukan 2 ml supernatan ke dalam labu distilasi yang kemudian didistilasi. Distilat diambil dan dimasukan ke dalam gelas erlemeyer. Distilat ditritasi dengan NaOH 0,1 N dengan ditambahkan indikator PP terlebih dahulu. Titrasi dihentikan setelah terjadi perubahan warna dari tidak berwarna manjadi ungu muda. Volume NaOH 0,1 N yang digunakan untuk titrasi dicatat. VFA mgml = ml NaOH x N NaOH x vSampel + vH 2SO4 ´ mlSuperna tan vDestilat mlSampel · Chemical Oxygen Demand COD APHA ed 20 th , 1996 1 ml sampel yang telah diencerkan dengan aquades dimasukan ke dalam labu erlemeyer kemudian ditambahkan 2 ml K 2 CrO 7 0,025 N ditambah 2 ml H 2 SO 4 pekat. Setelah dingin, larutan tersebut dititrasi dengan FeNH 4 2 SO 4 0,025 N dengan indikator ferroin. Titrasi dihentikan setelah terjadi perubahan warna dari biru kehijauan menjadi merah anggur. Volume FeNH 4 2 SO 4 0,025 N yang digunakan untuk titrasi dicatat a, volume FeNH 4 2 SO 4 yang digunakan untuk titrasi blanko dicatat b. 27 COD mgL = a - b x0,025x8000 mLsampel x faktor pengenceran Keterangan : a = Volume FeNH 4 2 SO 4 yang digunakan untuk titrasi sampel b = Volume FeNH 4 2 SO 4 yang digunakan untuk titrasi blanko 0,025 = Normalitas FeNH 4 2 SO 4 · Kandungan karbon ASTM D-189 Disiapkan cawan porselen yang bersih kemudian dikeringkan dalam oven selama 1 jam pada temperatur 105°C lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga mendapatkan bobot tetap A. Ditimbang berat sampel sebanyak 2 g B, Lalu cawan dimasukan ke dalam tanur dengan temperatur 650°C selama + 6 jam. Kemudian cawan didinginkan dalam desikator dan ditimbang lagi hingga mendapatkan bobot yang tetap C. Kadar abu = C - B - A ´ 100 A Kandungan karbon = 100 - Kadar abu · Kandungan nitrogen Sebanyak 0,5 g sampel dimasukan ke dalam laju Kjeldahl dan ditambahkan H 2 SO 4 pekat sebanyak 25 ml dan 0,25 g selen, lalu didestruksi ke dalam destruksi dingin hingga jernih. Ditambahkan NaOH 40 sebanyak 15 ml ke dalam larutan tersebut. Kemudian disiapkan larutan penampung dalam erlemeyer 125 ml yang terdiri dari 15ml H 3 BO 3 4 dan BCG-MR sebanyak 2-3 tetes. Sampel dimasukan ke dalam labu distilasi kemudian hasilnya didistilasi. Distilasi dihentikan apabila tidak ada lagi gelembung-gelembung yang keluar pada larutan penampung . Hasil distilasi kemudian dititrasi dengan HCl 0,01 N. 28 N = ml titrasi sampel – ml titrasi blanko x N HCl x Ar N x 100 ml sampel

3.3.5. Analisis Data