Volatile Fatty Acid VFA Derajat keasaman pH

Penurunan nilai COD hari ke-0 sampai ke-1 pada B 6,98 dan B 2 4,55. Hasil ini menunjukkan adanya pemakaian oksigen oleh bakteri untuk menguraikan bahan organik menjadi asam-asam organik dan karbondioksida. Untuk menghasilkan asam asetat, bakteri tersebut memerlukan oksigen dan karbon yang diperoleh dari oksigen terlarut dalam larutan Amaru, 2004. Dari hasil analisa SPSS Lampiran 9 terlihat baik sampel B dan B 2 nilai COD yang didapatkan tidak berbeda nyata dengan nilai signifikansi sebesar 0,845.

4.1.5. Volatile Fatty Acid VFA

Volatile Fatty Acid VFA atau asam lemak volatil adalah asam organik yang mudah menguap seperti asam asetat, asam butirat, dan asam propionat. Berdasarkan hasil analisis seperti yang terlihat pada Gambar 6 nilai VFA pada B mengalami fluktuasi sedangkan pada B 2 mengalami peningkatan. 2.5 2 1.5 1 tanpa EM4 Penam bahan EM4 0.5 1 3 5 Waktu fe rme ntasi hari Gambar 6. Hasil analisis VFA pada fermentasi aerob 36 Pada hari ke-1 sampai ke-3, nilai VFA pada B dan B 2 meningkat yaitu 1,7 mmol100ml dan 1,5 mmol100ml. Hal ini menunjukkan adanya produksi asam- asam volatil organik oleh bakteri. Pada hari ke-3 sampai hari ke-5, nilai VFA B menurun menjadi 1,5 mmol100 ml sedangkan nilai VFA B 2 mengalami peningkatan menjadi 1,7 mmol100ml. Hasil ini menunjukkan adanya penambahan EM4 dalam B 2 memberikan pengaruh yang baik terhadap proses perombakan bahan-bahan organik sehingga pada hari ke-5 bakteri masih memproduksi asam-asam organik dan menghasilkan nilai VFA yang lebih tinggi dibandingkan sampel B . Asam organik yang dihasilkan ini akan digunakan oleh bakteri asetogenik sebagai substrat pembentuk metan. Menurut Bryant 1987 alkohol dan asam volatil rantai pendek tidak dapat langsung digunakan sebagai substrat pembentuk metan, tetapi harus dirombak dahulu oleh bakteri asetogenik menjadi asetat, hidrogen, dan karbondioksida. Berdasarkan hasil yang didapatkan menggunakan analisa variasi, nilai VFA B dan B 2 menunjukan nilai yang tidak berbeda nyata dengan nilai signifikansi 0,977. Hasil analisis SPSS ini dapat dilihat pada Lampiran 10.

4.1.6. Derajat keasaman pH

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi laju produksi biogas adalah pH. Nilai pH menunjukkan tingkat keasaman suatu bahan. Hasil analisis pH dapat dilihat pada Gambar 7. 37 7 6 5 4 3 Tanpa EM4 Penam bahan EM4 2 1 1 2 3 4 5 W a ktu fe rmenta si hari Gambar 7. Hasil analisis pH pada fermentasi aerob Dari Gambar di atas terlihat bahwa nilai pH mengalami penurunan sampai hari ke-2, hal ini menunjukkan bahwa adanya proses degradasi senyawa organik menjadi asam-asam organik yang terkandung dalam sampel sehingga membuat suasana larutan menjadi asam. Penurunan pH tertinggi pada B terjadi pada hari ke-1 sedangkan pada B 2 terjadi pada hari ke-2 yaitu pH 3,5. Menurut Rochaeni 2003 pada awal proses fermentasi, pH akan selalu turun karena sejumlah mikroorganisme tertentu akan mengubah sampah organik menjadi asam-asam organik. Selain itu, komposisi bahan yang digunakan dapat mempengaruhi nilai pH, karena buah-buahan yang sudah tidak segar umumnya mempunyai nilai pH rendah bersifat asam. Setiawan 1996 juga mengatakan pada awal pencernaan, pH cairan akan turun menjadi 6 atau mungkin lebih rendah. Bakteri akan giat bekerja pada kisaran pH antara 6,8-8,0. Kisaran pH ini akan memberikan hasil pencernaan yang optimal. Semakin lama waktu fermentasi, nilai pH larutan meningkat kembali. 38 Pada hari ke-5 nilai pH B dan B 2 sama yaitu 6. Hal ini menunjukkan bahwa asam organik yang telah dihasilkan dijadikan sumber nutrisi oleh mikroorganisme yang bekerja sehingga dapat menyebabkan nilai pH menjadi naik kembali Rochaeni, 2003. Berdasarkan hasil analisa variasi didapatkan baik B dan B 2 nilai pH yang dihasilkan tidak berbeda nyata dengan nilai signifikansi 0,574 Lampiran 11, hal ini memperlihatkan bahwa belum adanya pengaruh penambahan EM4 dalam sampel B 2 .

4.2. Fermentasi Anaerob