Pengaruh Insiders Ownership, Institutional Ownership Dan Shareholders Dispersion Terhadap Struktur Modal

(1)

PENGARUH INSIDERS OWNERSHIP, INSTITUTIONAL

OWNERSHIP DAN SHAREHOLDERS DISPERSION

TERHADAP STRUKTUR MODAL

TESIS

Oleh

MUHAMMAD HADI PRAYOGI

077017054/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 1 0


(2)

PENGARUH INSIDERS OWNERSHIP, INSTITUTIONAL

OWNERSHIP DAN SHAREHOLDERS DISPERSION

TERHADAP STRUKTUR MODAL

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MUHAMMAD HADI PRAYOGI

077017054/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 1 0


(3)

Judul Tesis : PENGARUH INSIDERS OWNERSHIP,

INSTITUTIONAL OWNERSHIP DAN

SHAREHOLDERS DISPERSION TERHADAP

STRUKTUR MODAL Nama Mahasiswa : Muhammad Hadi Prayogi Nomor Pokok : 077017054

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) Ketua

(Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac) Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 24 Agustus 2010

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak Anggota : 1. Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac

2. Drs. Rasdianto, MA, Ak 3. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul:

PENGARUH INSIDERS OWNERSHIP, INSTITUTIONAL OWNERSHIP DAN

SHAREHOLDES DISPERSION TERHADAP STRUKTUR MODAL

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 24 Agustus 2010 Yang Membuat Pernyataan:

MUHAMMAD HADI PRAYOGI 077017054


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Insider Ownership,

Institutional Ownership dan Shareholder Dispersion terhadap Struktur Modal baik

secara parsial maupun simultan.

Penelitian mengambil lokasi di Bursa Efek Indonesia, namun data dapat diambil melalui website yang tersedia yaitu www.jsx.co.id atau www.idx.co.id. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan tahunan (annual report) yang diaudit dan dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia. Metode pemilihan sampel adalah purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan penilaian terhadap beberapa karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan maksud penelitian sehingga dari kriteria di atas maka terdapat 155 perusahaan yang menjadi populasi dalam penelitian ini dan semua perusahaan dijadikan sampel dalam penelitian ini. Data dianalisis dengan menggunakan regresi linear berganda dengan terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik terhadap persamaan regresi yang akan diinterpretasi.

Berdasarkan analisis regresi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa variabel insiders ownership, institutional ownership, dan shareholders dispersion berpengaruh signifikan terhadap struktur modal secara parsial. Sedangkan untuk menguji secara simultan berdasarkan analisis regressi yang dilakukan menunjukkan bahwa secara simultan ketiga variabel berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Persamaan tersebut juga menjelaskan bahwa semua variabel tersebut dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap struktur modal.

Kata Kunci: Insider Ownership, Institutional Ownership, Shareholder Dispersion, Struktur Modal, Regresi Linear Berganda.


(7)

ABSTRACT

This study aims to determine the influence of Insider Ownership, Institutional Ownership and Shareholder dispersion of capital structure either partially or simultaneously.

The study took place within the Indonesian Stock Exchange, but the data can be retrieved through a website that is available is www.jsx.co.id or www.idx.co.id. This study population is a manufacturing company which publishes annual financial reports (annual report) that are audited and published in Indonesian Stock Exchange. Sample selection method is purposive sampling that sample selection based on evaluation of several characteristics of the sample, adjusted for the purposes of the above criteria the research so there will be a population of 155 firms in this study and all the companies sampled in this study. Data were analyzed using linear regression with the first to test the classical assumption of regression equations that will be interpreted.

Based on regression analysis performed showed that the variable insiders ownership, institutional ownership, and shareholders have a significant dispersion of capital structure partially. Was examined simultaneously performed based on regression analysis showed that all three variables simultaneously significant effect on capital structure. The equation also explained that all these variables could explain its effect on the capital structure.

Keywords: Insider Ownership, Institutional Ownership, Shareholder Dispersion, Capital Structure, Linear Multiple Regression.


(8)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah Subhanahu wata’ala yang atas rahmat-Nya maka laporan akhir tesis ini dapat diselesaikan, sebagai satu tahapan akhir dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana USU Medan.

Tesis ini berjudul, Pengaruh Insiders Ownership, Institutional

Ownership dan Shareholders Dispersion terhadap Struktur Modal. Studi ini dibuat berdasarkan bidang konsentrasi yang penulis tempuh di Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana USU, dan pengamatan serta kebutuhan pasar modal dalam menjalankan operasinya sehari-hari.

Atas selesainya penyusunan tesis ini penulis dengan segala ketulusan hati mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak dan Bapak Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac atas bimbingannya hingga laporan akhir ini selesai tersusun.

2. Pimpinan, staf dan karyawan PT (Persero) Angkasa Pura II Bandara Polonia Medan, yang telah memberikan motivasi, dukungan dan masukan-masukan yang dibutuhkan untuk penyusunan laporan akhir tesis ini.

3. Seluruh Pimpinan, Staf Pengajar dan karyawan serta rekan-rekan mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya Program Studi Magister Akuntansi, yang telah mendorong dan membantu merangkumkan kerangka pikir penulis sehingga penyusunan laporan akhir tesis ini dapat terlaksana dengan lancar.

4. Teristimewa buat isteri tercinta Santi Indah Sari, AM.Keb yang banyak waktu seharusnya bersamanya, tersisa buat menyelesaikan studi ini.


(9)

Berikutnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam proses penyusunan laporan akhir ini terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan ilmu yang penulis peroleh.


(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha

Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah kurnia-Nya tesis ini

berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Prof. Dr. Ade Fatma

Lubis, MAFIS, MBA, Ak dan Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ak

selaku Pembimbing pada penyelesaian tesis ini yang telah memberikan

panduan dan penuh kepercayaan kepada saya untuk menyempurnakan

tesis ini. Panduan ringkas dan padat dan profesional telah diberikan

kepada saya agar penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Ucapan terima

kasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Program Studi

Magister Akuntansi, Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak dan

Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, Direktur dan Wakil Direktur

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, semua dosen pada

Program Studi Magister Akuntansi SPs USU, dan rekan-rekan kuliah.

Akhirnya, tidak terlupakan kepada ayahanda dan ibunda tercinta, Drs. H.

Abdul Salam dan Hj. Tisnawaty, papa dan mama mertua tersayang, H.

Edi Saputra dan Hj. Rahmaniar, SH, M.Hum, isteri terkasih, Santi Indah

Sari, AM.Keb, bapak, ibu dan semua ahli keluarga yang selama ini

memberikan bantuan dan dorongan yang diperlukan. Semoga Allah SWT

akan membalasnya.


(11)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Muhammad Hadi Prayogi

Tempat/tanggal lahir : Medan/4 Mei 1982

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Karya Jaya Gg. Karya XIII No. 81-A Titi Kuning Kel.

Pangkalan Masyhur Kec. Medan Johor Kota Medan

Telepon : 08126395170 – (061) 77034970

Umur : 28 tahun

Status : Menikah

Tinggi Badan : 175 cm

Berat Badan : 90 kg

PENDIDIKAN FORMAL

1987 - 1988 : TK Lestari Medan

1988 - 1994 : SD N 104211 Medan

1989 - 1994 : Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Awaliyah Medan

1994 - 1997 : SLTP N 13 Medan

1997 - 2000 : SMU N 2 Medan

2000 - 2006 : S1 - FMIPA USU Medan dengan IPK 2,92

2007 - 2010 : S2 - SPs Ekonomi USU Medan dengan IPK 3,44

PENDIDIKAN NON FORMAL

2002 : Diklat Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan Medan

2006 : Basic AVSEC Course Curug Tangerang

2006 : Junior AVSEC Course Curug Tangerang


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 12

1.4. Manfaat Penelitian ... 12

1.5. Originalitas ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

2.1. Landasan Teori ... 15

2.1.1. Teori Struktur Modal ... 15

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal ... 19

2.1.3. Teori Agensi ... 22

2.1.4. Pendekatan untuk Mengurangi Agency Problem ... 26


(13)

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 31

3.1. Kerangka Konsep ... 31

3.2. Hipotesis ... 33

BAB IV METODE PENELITIAN ... 34

4.1. Jenis Penelitian ... 34

4.2. Lokasi Penelitian ... 34

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 36

4.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Operasional Variabel ... 37

4.6. Metode Analisa Data ... 40

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 46

5.1. Hasil Analisis ... 46

5.2. Pembahasan ... 54

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

6.1. Kesimpulan ... 60

6.2. Saran ... 60


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Penelitian Terdahulu ... 30

4.1. Definisi Operasional ... 40

5.1. Hasil Output Pengujian Autokorelasi ... 49

5.2. Hasil Output Pengujian Multikolinearitas ... 50

5.3. Hasil Output Koefisien Persamaan Regresi ... 51

5.4. Hasil Output Determinasi ... 51

5.5. Hasil Output Pengujian Hipotesis Secara Parsial dengan Uji-T ... 52


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Model Trade Off ... 17

3.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... 32

5.1. Scatter Plot Pengujian Heteroskedastisitas ... 47

5.2. Grafik Histogram Pengujian Normalitas ... 48


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

I. Variabel-variabel (Data Diolah) yang Digunakan dalam Penelitian

pada Industri Manufaktur (2009) ... 65 II. Output Persamaan Regresi ... 69


(17)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Insider Ownership,

Institutional Ownership dan Shareholder Dispersion terhadap Struktur Modal baik

secara parsial maupun simultan.

Penelitian mengambil lokasi di Bursa Efek Indonesia, namun data dapat diambil melalui website yang tersedia yaitu www.jsx.co.id atau www.idx.co.id. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan tahunan (annual report) yang diaudit dan dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia. Metode pemilihan sampel adalah purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan penilaian terhadap beberapa karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan maksud penelitian sehingga dari kriteria di atas maka terdapat 155 perusahaan yang menjadi populasi dalam penelitian ini dan semua perusahaan dijadikan sampel dalam penelitian ini. Data dianalisis dengan menggunakan regresi linear berganda dengan terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik terhadap persamaan regresi yang akan diinterpretasi.

Berdasarkan analisis regresi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa variabel insiders ownership, institutional ownership, dan shareholders dispersion berpengaruh signifikan terhadap struktur modal secara parsial. Sedangkan untuk menguji secara simultan berdasarkan analisis regressi yang dilakukan menunjukkan bahwa secara simultan ketiga variabel berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Persamaan tersebut juga menjelaskan bahwa semua variabel tersebut dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap struktur modal.

Kata Kunci: Insider Ownership, Institutional Ownership, Shareholder Dispersion, Struktur Modal, Regresi Linear Berganda.


(18)

ABSTRACT

This study aims to determine the influence of Insider Ownership, Institutional Ownership and Shareholder dispersion of capital structure either partially or simultaneously.

The study took place within the Indonesian Stock Exchange, but the data can be retrieved through a website that is available is www.jsx.co.id or www.idx.co.id. This study population is a manufacturing company which publishes annual financial reports (annual report) that are audited and published in Indonesian Stock Exchange. Sample selection method is purposive sampling that sample selection based on evaluation of several characteristics of the sample, adjusted for the purposes of the above criteria the research so there will be a population of 155 firms in this study and all the companies sampled in this study. Data were analyzed using linear regression with the first to test the classical assumption of regression equations that will be interpreted.

Based on regression analysis performed showed that the variable insiders ownership, institutional ownership, and shareholders have a significant dispersion of capital structure partially. Was examined simultaneously performed based on regression analysis showed that all three variables simultaneously significant effect on capital structure. The equation also explained that all these variables could explain its effect on the capital structure.

Keywords: Insider Ownership, Institutional Ownership, Shareholder Dispersion, Capital Structure, Linear Multiple Regression.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada tanggal 14 Desember 1921, suatu asosiasi 13 broker dibentuk di Jakarta. Asosiasi ini diberi nama oleh Belanda sebagai “Vereniging voor Effetenhandel” yang merupakan cikal bakal pasar modal pertama di Indonesia. Setelah perang dunia, pasar modal di Surabaya giliran dibuka pada tanggal 1 Januari 1925 dan disusul di Semarang pada tanggal 25 Agustus 1925. Karena pada saat itu masih dalam masa penjajahan Belanda, mayoritas saham-saham yang diperdagangkan juga merupakan saham-saham perusahaan Belanda. Pasar modal ini terus beroperasi sampai dengan tahun 1940 sehingga Bursa Efek Jakarta untuk periode I hanya berumur 28 tahun. Bursa Efek Jakarta (BEJ) dibuka kembali pada tanggal 3 Juni 1952 dengan dikeluarkannya Undang-Undang Darurat No. 28973/U.U. Tanggal 1 November 1951. Tujuan dibuka kembali bursa ini adalah untuk menampung obligasi pemerintah yang sudah dikeluarkan pada tahun-tahun sebelumnya. Tujuan lainnya adalah untuk mencegah larinya ke luar negeri saham-saham perusahaan Belanda yang dulunya diperdagangkan di pasar modal Jakarta.

Karena adanya sengketa antara Pemerintah RI dengan Belanda mengenai Irian Barat, semua bisnis Belanda dinasionalkan melalui Undang-Undang Nasionalisasi No. 86 Tahun 1958. Sengketa ini menyebabkan larinya modal Belanda dari tanah Indonesia. Akibatnya mulai tahun 1960, sekuritas-sekuritas perusahaan Belanda


(20)

sudah tidak diperdagangkan lagi di Bursa Efek Jakarta. Sejak saat itulah aktivitas di Bursa Efek Jakarta semakin menurun.

Pemerintah Indonesia mengaktifkan lagi Bursa Efek Jakarta pada tahun 1977 berdasarkan Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1976. Keputusan ini menetapkan pendirian pasar modal, pembentukan Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM) dan PT. Danareksa. Bursa Efek Jakarta diresmikan kembali pada tanggal 10 Agustus 1977 oleh Presiden Suharto. PT. Semen Cibinong merupakan perusahaan pertama yang tercatat di BEJ. Penerbitan saham perdana disetujui pada tanggal 6 Juni 1977. pada saat tercatat pertama sekali di bursa pada tanggal 10 Agustus 1977, sebanyak 178.750 lembar saham ditawarkan dengan harga sebesar Rp. 10.000,- per lembar.

Periode ini disebut juga sebagai periode tidur panjang, karena sampai dengan tahun 1988 hanya sedikit sekali perusahaan yang tercatat di BEJ, yaitu hanya 24 perusahaan saja. Kurang menariknya pasar modal pada periode ini dari segi investor mungkin disebabkan oleh tidak dikenakannya pajak penghasilan sebesar 15%. Setelah tahun 1988, selama 3 tahun saja, yaitu sampai dengan tahun 1990, jumlah perusahaan yang terdaftar di BEJ meningkat menjadi 127. Sampai dengan tahun 1996 jumlah perusahaan yang terdaftar menjadi 238 perusahaan. Peningkatan di pasar modal ini disebabkan dengan adanya permintaan dari investor asing, pakto 88 dan perubahan generasi.

Setelah BEJ lenyap secara diam-diam tanpa ada penutupan yang resmi sebab situasi politik dan keadaan perekonomian yang semakin memburuk, maka Bursa Efek Jakarta yang mulai beroperasi lagi sejak tanggal 13 Juli 1992 yang merupakan hasil


(21)

swastanisasi Bursa efek yang sebelumnya dikelola oleh BAPEPAM. Hal ini dilakukan untuk lebih mengoptimalkan BEJ sebagai pasar modal serta fungsi pengawasan oleh BAPEPAM berdasarkan Kepres 53 Tahun 1990. Dengan Kepres tersebut BEJ menjadi suatu lembaga yang mengatur dirinya sendiri (self regulatory

body).

Tugas dan fungsi BEJ yaitu menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan sarana untuk mempertemukan penjual dan pembeli efek dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka, mencatat dan mengumumkan harga/kurs efek dan menetapkan sanksi-sanksi atas pelanggaran terhadap tata tertib bursa. Perdagangan sekuritas di Bursa Efek Jakarta terbagi dalam tiga segmen pasar utama, yaitu pasar regular (regular market), pasar non-reguler (non regular market), dan pasar tunai (cash market). Perdagangan atau transaksi dilakukan setiap hari Senin sampai dengan Jum’at dan terbagi dalam dua bagian (session). Sekuritas yang diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta antara lain saham Biasa (common stock), saham preferen (preffered stock), obligasi (bond), obligasi yang dapat dikonversi menjadi saham biasa (convertible bond) dan right sertificate.

Dengan peningkatan kegiatan transaksi yang dirasakan sudah melebihi kapasitas manual, maka BEJ memutuskan untuk mengotomatisasikan kegiatan transaksi di bursa. Sistem otomatisasi yang diterapkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) diberi nama Jakarta Automated Trading System (JATS) dan mulai dioperasikan pada hari senin tanggal 22 Mei 1995. JATS itu sendiri adalah suatu sistem otomatisasi


(22)

menggunakan jaringan komputer yang digunakan oleh broker untuk perdagangan sekuritas di Bursa Efek Jakarta.

Pada tahun 1999 pasar modal sedikit mengalami kenaikan pada saat dilaksanakan pemilu. Keberhasilan pemilu yang lebih baik dari pemilu-pemilu sebelumnya telah mendongkrak kegiatan di pasar modal. Tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama karena diakhir tahun 1999 terjadi beberapa kerusuhan di Indonesia. Sampai tahun 2000 kegiatan pasar modal di Indonesia tidak menunjukkan perkembangan yang menyenangkan. Keadaan dan situasi politik yang tidak mendukung berkembangnya aktivitas di pasar modal. Pada tahun 2000 terdapat 287 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta yang terdiri dari 9 sektor.

Pada prinsipnya, setiap perusahaan membutuhkan sejumlah dana dalam menjalankan aktivitasnya. Pemenuhan dana tersebut dapat bersumber dari internal ataupun eksternal perusahaan (Masidonda, dkk. 2001). Bagi perusahaan yang relatif besar, pendanaan dari sumber eksternal dengan keterlibatan pasar modal menjadi salah satu pilihan, baik dalam bentuk saham ataupun hutang (obligasi). Kebijakan pendanaan yang diputuskan perusahaan akan menentukan komposisi

struktur modal perusahaan tersebut. Keputusan yang diambil harus

mempertimbangkan komposisi hutang dan modal (struktur modal) yang optimum sehingga mempunyai dampak positif terhadap nilai perusahaan dan akhirnya akan meningkatkan minat investor terhadap perusahaan.

Keputusan pendanaan dan dampaknya terhadap nilai perusahaan dibahas dalam teori struktur modal. Menurut teori struktur modal tradisional (1950-an)


(23)

dalam pasar modal sempurna dan tidak pajak, nilai perusahaan bisa dirubah dengan cara merubah struktur modal (Husnan, 2000). Namun, pada tahun 1958 ketika Modigliani dan Millers mempublikasikan artikel keuangannya yang berjudul “The Cost of Capital, Corporate Finance, and the Theory of Investment”, teori struktur

modal modern dimulai (Bringham dan Houston, 2001). Artikel inilah yang paling berpengaruh dalam pengembangan teori struktur modal selanjutnya.

Dalam artikel tersebut, Modigliani dan Millers dalam Brailsford, et al. (2002) memproposisikan irrelevansi pilihan, stuktur modal dan nilai perusahaan. Berdasarkan serangkaian asumsi yang sangat membatasi bangunan teori yang dijelaskan oleh Modigliani dan Millers, ditunjukkan bahwa dalam pasar modal sempurna dan tidak ada pajak, nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modal (Filbeck, 1996). Jadi tidak masalah bagaimana perusahaan mendanai operasinya, karena keputusan struktur modal menjadi tidak relevan (irrelevan) bagi kemakmuran pemegang saham.

Hasil kerja Modigliani dan Millers ini mendorong dilakukannya berbagai riset atas struktur modal untuk mengembangkan teori struktur modal yang lebih realistis, karena pada kenyataannya tidak ada pasar modal sempurna. Ahli keuangan mulai memberikan perhatian yang besar pada variasi data yang bersifat cross

sectional dan time-series dalam struktur modal.

Perspektif manajerial digunakan sebagai usaha untuk menyediakan penjelasan variasi struktur modal. Menurut perspektif manajerial, keputusan struktur modal tidak hanya ditentukan oleh faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi risiko dan


(24)

pengendalian, melainkan ada masukan lain yang juga penting pada keputusan pendanaan, yaitu nilai, tujuan, pilihan dan keinginan manajer (Brailsford, et al., 2002).

Pandangan di atas dapat dijelaskan melalui kerangka teori agensi yang merupakan salah satu explanatory variable untuk mengetahui adanya variasi dalam kebijakan struktur modal perusahaan. Menurut teori agensi yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976), perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan (agency problem) antara manajer dengan pemegang saham. Konflik tersebut timbul karena adanya perbedaan kepentingan dalam pembuatan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas pencarian dana (financing decision), dan bagaimana dana yang diperoleh tersebut diinvestasikan. Healy dan Palepu (1989) dalam Dutta, et al. (2001) menyebutkan bahwa ada dua keputusan manajer yang biasanya mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Pertama, pilihan berapa banyak hutang yang dipertahankan dalam struktur modal perusahaan. Kedua, pilihan berapa banyak dari laba yang dibayarkan sebagai dividen jika ada.

Manajer sebagai pihak yang diberi kepercayaan untuk menjalankan tanggung jawab pengelolaan perusahaan, seharusnya dalam mengambil keputusan permasalahan keuangan di atas berdasarkan pada tujuan utama untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (peningkatan nilai saham). Namun tidak ada jaminan bahwa manajer pasti akan bertindak untuk kepentingan pemilik. Manajer dapat saja mempunyai tujuan lain yang bertentangan dengan tujuan utarna


(25)

dan bersikap opportunistic untuk memenuhi kepentingannya sendiri. Pandangan

opportunistic menyatakan bahwa perbedaan dalam pemilihan kebijakan akuntansi

dan pendanaan muncul sebagai akibat dari manajemen dalam merespon pengeluaran kontrak (perjanjian kredit, perencanaan bonus dan lain-lain) (Scott, 1997 dalam Pagalung, 2003). Kondisi ini menimbulkan konflik kepentingan antara pemegang saham dengan para manajernya (agency problem). Pengaruh dari konflik antara pemilik dan manajer dapat menyebabkan harga pasar terkoreksi dan menurunkan nilai perusahaan. Kerugian ini merupakan agency cost of equity bagi perusahaan (Jensen dan Meek, 1976).

Konflik juga dapat muncul antara shareholders dengan debtholders. Upaya manajemen untuk meningkatkan kemakmuran shareholders melalui maksimisasi harga saham dapat saja mengorbankan debtholders. Manajer dapat melakukan investasi dengan risiko tinggi, jika investasi tersebut berhasil maka dampaknya akan menguntungkan bagi pemegang saham, sedangkan bagi pemegang obligasi tingkat return dalam bentuk bunga adalah tetap. Sebaliknya jika investasi tersebut gagal maka dapat menurunkan harga saham dan jaminan bagi pemegang obligasi akan terancam (ikut menanggung risiko) (Weston dan Copeland, 1992).

Memanfaatkan dasar pemikiran yang mendasari kerangka teori agensi di atas, beberapa studi empiris dan teoritis menemukan bahwa manajer sebagai pihak yang investasinya pada perusahaan dalam bentuk non-diversifable human


(26)

mereka melalui jaminan kelangsungan hidup perusahaan (Amihud dan Lev, 1981

dalam Brailsford, et al. 2002). Satu metode untuk menurunkan risiko pekerjaan nondiversfiable adalah dengan menurunkan hutang perusahaan (Friend dan Lang,

1988). Penurunan jumlah hutang berarti merubah komposisi struktur modal perusahaan, dan hal ini mempunyai dampak terhadap harga saham. Penelitian Masulis (1980) dalam Husnan (2000) menemukan bahwa abnormal returns pada hari pengumuman dan sehari setelah pengumuman peningkatan proporsi hutang perusahaan adalah positif. Sedangkan perusahaan yang menurunkan leverage ternyata memperoleh abnormal return negatif pada hari pengumuman dan sehari setelah pengumuman.

Penelitian Masulis (1980) di atas menunjukkan bahwa penggunaan hutang yang tinggi akan meningkatkan harga saham. Namun, menurut teori agensi penggunaan hutang juga dapat memunculkan konflik antara manajer dengan pemilik, yaitu timbul masalah jika penggunaan hutang yang tinggi tetapi tidak hati-hati. Dalam hal ini kecenderungan perilaku oportunistik oleh insiders dapat mengakibatkan biaya keagenan hutang (agency cost of debt) akan semakin tinggi dan akhirnya merugikan pemegang saham.

Konflik di atas dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan pemilik dengan para manajer. Namun, mekanisme pengawasan menimbulkan konsekuensi adaanya biaya keagenan (agency

cost). Biaya keagenan akan menyebabkan penurunan dalam nilai perusahaan


(27)

mengatasi agency problem adalah suatu mekanisme monitoring agar perilaku

opportunistic, manajer dapat dihalangi sehingga mereka bertindak yang terbaik

bagi pemegang saham.

Beberapa penelitian sebeluninva telah dilakukan untuk menguji kebijakan perusahaan yang dapat mengurangi biaya keagenan, seperti kebijakan hutang (capital structure, debt ratio atau leverage), kebijakan dividen (dividend policy), peningkatan kepemilikan saham oleh manajemen, kepemilikan institusional dan penyebaran pemegang saham. Berdasarkan pada pemikiran teori agensi dan beberapa hasil penelitian sebelumnya, penelitian ini akan menguji isu mengenai struktur kepemilikan sebagai mekanisme pengawasan pengelolaan perusahaan dalam hal kebijakan struktur modal. Isu ini diuji untuk mengetahui apakah struktur kepemilikan perusahaan vang terdiri dari insiders ownership,

institutional ownership, dan shareholders dapat membantu menjelaskan variasi

dalam struktur modal perusahaan dan mensejajarkan kepentingan mereka sehingga dapat meminimumkan biaya agensi.

Penelitian sebelumnya mengenai struktur kepemilikan dan struktur modal menggunakan managerial ownership (insiders ownership) sebagai unsur struktur kepemilikan dan diuji pengaruhnya terhadap kebijakan hutang. Hasil yang ditemukan berbeda-beda. Agrawal dan Mandelker (1987), dan Mehrar (1992) menemukan hubungan positif antara pefseutas saham yang dimiliki insiders dengan debt ratio perusahaan. Sedangkan Friend dan Lang (1988), dan Jensen et al (1992) menemukan


(28)

hubungan negatif antara persentase saham yang dimiliki insiders dengan debt ratio perusahaan.

Di tengah-tengah ketidakpastian di atas, Mohd, et al. (1998) menyebutkan ada aspek lain yang harus dipertimbangkan dalam kepemilikan yang mempengaruhi struktur modal pemisahaan, yaitu distribusi saham antara pemegang saham dari luar yang merupakan alat untuk mengurangi biaya agensi. Pendapatnya ini didasarkan pada pemikiran bahwa kepemilikan yang ada merupakan suatu sumber kekuasaan (source of

power) yang dapat mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen

sehingga konsentrasi atau penyebaran (dispersion power) menjadi suatu yang relevan. Menurut kerangka pemikiran teori keagenan dari Jensen dan Meckling (1976), jika jumlah pemegang saham semakin menyebar, konsentrasi kepemilikan akan terpecah dalam persentase yang kecil. Hal ini menyebabkan power para pemegang saham untuk mengontrol tindakan manajemen menjadi rendah. Selanjutnya Shleifer dan Vishny (1986) dalam Faisal (2000) menjelaskan bahwa dengan adanya konsentrasi kepemilikan, shareholders dapat mengatasi manajemen secara efektif. Hal ini didasarkan pada argumen bahwa besarnya dana yang dipertaruhkan oleh

institutional investors merupakan motivator yang kuat bagi mereka untuk

mengawasi manajemen.

Penelitian Moh'd, et al. (1998) dengan menggunakan managerial

ownership, institutional ownership dan shareholders dispersion menemukan

bahwa struktur kepemilikan oleh pihak eksternal (institutional investor), penyebaran jumlah pemegang saham (shareholders dispersion), dan kepemilikan


(29)

saham oleh pihak internal (insiders ownership) mempunyai pengaruh yang signifikan dan berhubungan negatif dengan debt ratio. Sebelumnya. Bathala, et al. (1994) meneliti dengan menggunakan pola, menemukan bahwa institutional ownership berhubungan negatif dengan tingkat pendanaan hutang dan kepemilikan manajerial dalam perusahaan.

Pengujian hubungan antara struktur kepemilikan dan struktur modal dilakukan oleh Brailsford, et al. (2002). Hasilnya menunjukkan bahwa

external shareholders dan managerial shareholders mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kebijakan pendanaan perusahaan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan hahwa external shareholders level dan managerial shareholders level mempunyai pengaruh terhadap perbedaan tingkat leverage perusahaan.

Berdasarkan kerangka teori agensi serta penelitian Bathala, et al. (1994), Moh'd, et al. (1998), dan Brailsford, et al. (2002) maka penelitian ini ingin menguji kembali hipotesis pengaruh struktur kepemilikan terhadap struktur modal dengan judul: “Pengaruh Insider Ownership, Institutional Ownership dan Shareholder

Dispersion terhadap Struktur Modal.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada pengaruh Insider Ownership, Institutional Ownership dan

Shareholder Dispersion terhadap Struktur Modal baik secara parsial maupun


(30)

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui pengaruh Insider Ownership, Institutional Ownership dan

Shareholder Dispersion terhadap Struktur Modal baik secara parsial maupun

simultan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi:

1. Peneliti

Menambah dan memperkaya pengetahuan peneliti di bidang pasar modal khususnya tentang struktur kepemilikan modal serta variabel-variabel yang mempengaruhi yaitu Insider Ownership, Institutional Ownership dan Shareholder

Dispersion. 2. Manajemen

Sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kombinasi antara kebijakan hutang dan ekuitas dengan memperhatikan struktur kepemilikan sehingga dapat men gurangi masalah keagenan dan memaksimumkan harga saham.

3. Investor atau Calon Investor

Sebagai salah satu informasi dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan untuk membeli, menjual atau mempertahankan saham pada. Industri manufaktur yang go publik di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dilakukan dengan menilai perilaku manajemen melalui kebijakan hutang dan ekuitas sehingga dapat diketahui


(31)

apakah kehadiran mereka sebagai investor efektif atau tidak sebagai alat

monitoring dalam meminimumkan biaya keagenan. 4. Dunia Akademik

Memperkaya wawasan ilmu pengetahuan tentang struktur kepemilikan dan sruktur modal perusahaan manufaktur yang, go publik di Bursa Efek Indonesia dan memberikan kajian empiris sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan teori keagenan, teori struktur modal, dan teori kepemilikan di masa datang.

Originalitas

1. Penelitian ini mereplikasi peneliti Faisal (2000) dan Wahidawati (2001) dengan mengkombinasikan variabel kedua penelitian tersebut. Di mana

insiders ownership dan shareholders dispersion merupakan variabel bebas

yang diteliti oleh Faisal sedangkan insiders ownership dan institutional

ownership merupakan variabel bebas yang diteliti oleh Wahidawati.

2. Penelitian yang menggunakan ketiga variabel yaitu pengaruh struktur kepemilikan saham oleh pihak internal (insiders ownership), struktur kepemilikan saham oleh pihak eksternal (institutional ownership) dan penyebaran jumlah pemegang saham (shareholders dispersion) terhadap struktur modal perusahaan secara parsial dan simultan.

3. Penelitian mengambil data setelah Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya melakukan merger menjadi Bursa Efek Indonesia, sedangkan


(32)

penelitian sebelumnya masih mengambil data ketika kedua bursa tersebut belum melakukan merger pada tahun 2008.


(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Struktur Modal

Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan kalau keputusan investasi dan kebijakan dividen dipegang konstan. Seandainya perusahaan mengganti sebagian modal sendiri dengan hutang (atau sebaliknya) apakah harga saham akan berubah apabila perusahaan tidak merubah keputusan-keputusan keuangan lainnya. Struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham adalah struktur modal yang terbaik (Husnan, 2000). Berikut ini akan dijelaskan dua teori struktur modal yang berkembang, yaitu:

1. Balancing theories atau trade-off theories

Esensi trade-off theories adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Teori ini dimulai dari teori struktur modal irrelevant yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (1958) dalam Brigham dan Houston (2001). Dalam teori irrelevant ini, Modigliani dan Miller menggunakan asumsi yang sangat tidak realistis, antara lain: 1) tidak ada biaya broker (pialang), 2) tidak ada pajak, 3) tidak ada biaya kebangkrutan, 4) para investor dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perseroan, 5) semua investor mempunyai informasi yang sama sebagaimana halnya manajemen


(34)

mengenai peluang investasi perusahaan di masa datang, 6) EBIT tidak dipengaruhi oleh penggunaan hutang.

Pada tahun 1963, Modigliani dan Miller menerbitkan makalah lanjutan yang melemahkan asumsi tidak adanya pajak perseroan. Menurut Modigliani dan Miller

dalam Husnan dan Pudjiastuti (2002), dalam keadaan ada pajak keputusan pendanaan

menjadi relevan. Hal ini karena, pada umumnya bunga yang dibayarkan bisa dipergunakan untuk mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak (tax deduxtable). Jadi, apabila ada dua perusahaan yang memperoleh laba operasi sama, tetapi yang satu menggunakan hutang sedangkan satunya tidak, perusahaan yang membayar bunga akan membayar pajak penghasilan lebih kecil. Jadi Modigliani dan Miller berpendapat bahwa nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan lebih besar daripada nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang. Secara formal bisa dinyatakan sebagai berikut:

VL = VU – TD Di mana:

VL = Nilai perusahaan yang menggunakan hutang

VU = Nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang TD = Leverage gain (keuntungan penghematan pajak)

Teori di atas mendapat berbagai kritikan dalam praktiknya, karena secara realita komisi para broker cukup tinggi, konflik antar pihak yang dapat terjadi dalam perusahaan (agency problem) menimbulkan agency cost, serta perusahaan mungkin saja menghadapi financial distress. Selanjutnya Modigliani dan Miller


(35)

mengembangkan teori ini dengan menunjukkan bahwa hutang bermanfaat karena bunga dapat dikurangkan dalam menghitung pajak, tetapi hutang juga menimbulkan biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan yang aktual dan potensial.

Berdasarkan hal tersebut, struktur modal yang optimal berada pada keseimbangan antara manfaat pajak dari hutang dan biaya kebangkrutan (Brigham dan Houston, 2001). Apabila ke dalam model. Modigliani dan Miller di atas dimasukkan

financial distress dan agency cost, akan diperoleh model struktur modal sebagai

berikut (Brigham dan Gapenski, 1996):

VL = VU + TD - (PV of expected financial distress costs) - (PV of agency cosls) Model di atas dapat dijelaskan dengan gambar efek hutang terhadap nilai perusahaan (model trade- off) pada Gambar 2.1.

Value of Firm (VL) ($)

“Pure” MM Value of firm VL = VU –TD

PV of interest tax shelter (TD)

Financial Distress and Agency cost

Actual Value of Firm

(VU)

Value of Firm with no Financial Laverage

Optimal amount of debt

0 D1 D2 Debt ($)


(36)

Menurut model trade off di atas, dengan meningkatnya penggunaan hutang, keuntungan dari penggunaan hutang juga akan semakin besar (TD). Namun di sisi lain, FV financial distress dan PV agency cost juga akan meningkat. Dengan demikian penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan hanya sampai pada titik tertentu. Setelah titik tersebut tercapai, sebaliknya penggunaan hutang akan menurunkan nilai perusahaan karena kenaikan keuntungan dari penggunaan hutang tidak sebanding dengan kenaikan financial distress dan agency cost. Titik balik tersebut merupakan struktur modal optimal yang menunjukkan jumlah hutang yang optimal.

2. Pecking order theories

Teori ini dikembangkan oleh Myers dan Majluf (1984), dan Myers (1984). Mereka mengasumsikan bahwa perusahaan lebih memilih mendanai perusahaannya dengan sekuritas paling aman. Dalam hal ini, struktur pendanaan perusahaan mengikuti suatu hirarkhi. Pertama kali perusahaan akan memilih pendanaan internal (laba ditahan), dan jika perusahaan harus mencari pendanaan eksternal, pertama kali dimulai dari hutang yang paling rendah risikonya, dan terakhir saham biasa.

Myers dan Majluf (1984) dalam Halomoan dan Djakman (2000) membuat dua asumsi menggunai manajer perusahaan, yaitu:

1) Mereka mengasumsikan bahwa pihak manajer perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai kondisi perusahaan daripada investor luar.

2) Pihak manajer melakukan tindakan yang terbaik bagi para pemegang saham yang asli.


(37)

Mereka menyimpulkan bahwa jika biaya financial stress diabaikan maka perusahaan akan mendanai investasi realnya dengan menggunakan sekuritas paling aman. Selanjutnya, jika biaya financial distress besar, perusahaan akan mempertimbangkan untuk menerbitkan saham untuk membayar hutangnya. Halomoan dan Djakman (2000) menyebutkan bahwa teori pecking order itu tidak dapat menjelaskan secara keseluruhan struktur modal yang diobservasi dalam praktiknya, yaitu teori ini mengabaikan pentingnya agency problem yang akan muncul jika perusahaan memelihara financial clack dalam jumlah yang besar.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Istilah struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bahwa variabel-variabel yang penting di dalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh jumlah hutang dan ekuitas, tetapi juga persentase kepemilikan saham oleh inside equity (insider

shareholders) dan outside equity (outside shareholders) (Jensen dan Mecling, 1976).

Berikut ini akan dijelaskan peranan kedua pihak pemegang saham dalam mengatasi insider

problem.

a. Insiders ownership

Bathala, et al (1994) menyebutkan dalam model agency yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling, perusahaan modern merupakan subyek terhadap meningkatnya konflik. Hal ini disebabkan karena adanya penyebaran pengambilan keputusan dan risiko yang ditanggung perusahaan. Dalam mengelola perusahaan, manajemen mempunyai kecenderungan menggunakan kelebihan keuntungan untuk konsumsi atau perilaku oportunistik. Mereka menerima manfaat yang penuh akan


(38)

kegiatan tersebut tetapi kurang mau menanggung risiko dari biaya yang dikeluarkan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan hal tersebut sebagai agency

cost of equity.

Perusahaan dapat mengurangi arus kas berlebih dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah dengan mengalirkan sebagian arus kas kembali ke pemegang saham melalui dividen yang lebih tinggi. Alternatif lain adalah menggeser struktur modal ke arah yang lebih banyak menggunakan hutang dengan harapan persyaratan pelunasan hutang yang lebih tinggi akan memaksa manajer untuk lebih disiplin (Brigham dan Houston, 2001). Namun, manajer dapat juga menggunakan hutang untuk kepentingan oportunistik mereka. Hal ini meningkatkan beban bunga pinjaman karena risiko kebangkrutan perusahaan meningkat yang berarti agency cost

of debt semakin tinggi.

Menurut Jensen dan Meckling (1976) kehadiran biaya tersebut dapat dikurangi dengan cara meningkatkan kepemilikan saham manjerial (managerial

ownership) dalam perusahaan. Kepemilikan saham oleh manajer akan memaksa

mereka untuk menanggung risiko atas kesalahan pengelolaan perusahaan. Dengan demikian mereka akan semakin hati-hati dalam menggunakan hutang dan berusaha meningkatkan nilai perusahaan.

b. Institutional ownership

Shleifer dan Vishny (1986) dalam Faisal (2000) menyatakan bahwa pemegang saham besar (large shareholders) mempunyai arti penting dalam memonitor perilaku manajer dalam perusahaan. Dengan adanya konsentrasi


(39)

kepemilikan, para pemegang saham besar seperti investor institusional akan dapat memonitor manajemen secara lebih efektif, dan dapat meningkatkan nilai perusahaan jika terjadi takeover. Meningkatnya saham institusional investor juga dapat mengimbangi kebutuhan terhadap penggunaan hutang.

Coffee (1991) dalam Bathala, et al. (1994) menyediakan pengetahuan dasar dalam perubahan perilaku investor institusional dari investor yang pasif menjadi investor yang aktif dalam melakukan monitoring. Adanya kepemilikan saham yang signifikan oleh investor institusional telah menghasilkan peningkatan kemampuan. mereka untuk melakukan tindakan secara kolektif. Pada waktu yang sama, biaya untuk keluar dari investasi yang mereka lakukan (exit cost) menjadi semakin mahal, karena adanya risiko saham akan terjual pada harga diskon. Bathala, et al. (1994) menemukan bahwa institutional shareholdings mempunyai hubungan yang signifikan dan negatif dengan debt ratio. Penelitian ini membuktikan bahwa kehadiran institutional

investors efektif dalam melakukan monitoring terhadap perilaku para manajer

sehingga perusahaan cenderung menurunkan tingkat hutangnya.

c. Shareholders dispersion

Berdasarkan kerangka teori keagenan dari Jensen dan Meckling (1976) perusahaan perlu meningkatkan hutang guna mendisiplinkan tindakan manajer dalam perusahaan jika jumlah pemegang saham semakin menyebar. Hal ini karena, jumlah pemegang saham yang semakin menyebar menyebabkan konsentrasi kepemilikan akan terpecah dalam persentase yang kecil sehingga power pemegang saham untuk mengontrol tindakan manajer menjadi rendah. Sedangkan


(40)

perusahaan yang kepemilikannya terkonsentrasi, pihak manajemen praktis diangkat dan diberhentikan oleh pemegang saham yang besar (controlling

shareholders) (Husnan, 2000). Dalam kondisi ini berarti pemegang saham memiliki power yang besar untuk mengontrol tindakan manajer.

Moh'd, et al. (1998) menemukan hal yang berbeda dengan teori di atas. Penelitiannya menemukan hahwa jumlah shareholders dispersion mempunyai hubungan negatif dan signifikan dengan debt ratio. Hasil penelitian ini mendukung pernyataan yang dikemukakan oleh Easterbrook (1984) dalam Faisal (2000) bahwa pemegang saham yang menyebar (diffused-shareholders) mempunyai sedikit pengaruh terhadap posisi manajemen yang konservatif dalam penggunaan hutang.

2.1.3. Teori Agensi

Dalam suatu perusahaan terjadi hubungan kontraktual antara pemegang saham (shareholders) dengan manajer perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) memodelkan hubungan kontraktual tersebut sebagal kontrak principal-agent yang menimbulkan hubungan keagenan (agency relationship). Mereka mendefinisikan hubungan keagenan sebagai kontrak di bawah satu orang atau lebih sebagai pemilik dengan orang lain yang disebut agen untuk melaksanakan jasa atas kepentingan mereka yang disertai dengan pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan kepada agen tersebut.

Berdasarkan definisi di atas dapat dijelaskan bahwa teori keagenan membahas hubungan antara pemberi amanah (prinsipal) dan penerima amanah


(41)

untuk melaksanakan pekerjaan. Ada dua pihak yang terlibat di sini: Pertama, prinsipal (para pemegang saham) yang akan memberikan (mengamanahkan) haknya berupa pengelolaan perusahaan kepada orang lain. Kedua, agen (manajemen) sebagai penerima amanah untuk mengelola perusahaan. Kedua belah pihak diikat oleh kontrak yang menyatakan hak dan kewajibannya masing-masing. Prinsipal menyediakan fasilitas dan dana untuk menjalankan perusahaan, sedangkan agen mempunyai kewajiban untuk mengelola apa yang diamanahkan prinsipal kepadanya. Atas kepemilikannya pada perusahaan, prinsipal akan memperoleh hasil berupa pembagian laba dalam bentuk dividen, sedangkan agen akan memperoleh kompensasi dalam bentuk gaji, bonus, insentif, perumahan, atau kompensasi lainnya.

Dalam melaksanakan kontrak tersebut, manajer yang diberi kekuasaan oleh pemilik perusahaan (pemegang saham) untuk membuat keputusan sering memiliki tujuan pribadi yang bersaing dengan tujuan memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham (Brigham dan Houston, 1998). Manajemen perusahaan mempunyai kecenderungan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dengan biaya pihak lain. Perilaku ini biasanya disebut sebagai keterbatasan rasional (bounaed

rationality) dan manajer cenderung tidak menyukai risiko (risk averse) (Wahidahwati,

2001). Namun, keterbatasan ini menciptakan konflik potensial atas kepentingan masing-masing antara pemilik dan manajer yang saling mencari peluang untuk menguntungkan diri sendiri atas biaya salah satu pihak.


(42)

Teori keagenan Jensen dan Meckling (1976) menyebutkan bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan. Jika perusahaan dikelola sebagai perusahaan perorangan oleh pemiliknva, manajer/pemilik akan menjalankan perusahaan untuk memaksimalkan kesejahteraannya. Kesejahteraan ini diukur dari meningkatnya kesejahteraan pribadi, kesenangan, atau barang-barang mewah. Namun, konflik potensial muncul ketika manajer/pemilik menjual sebagian saham kepada pihak luar sehingga kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari 100%. Dalam kondisi ini, manajer/pemilik akan cenderung bertindak dan mengambil keputusan untuk kepentingan meningkatkan kemakmuran dirinya sendiri bukan berdasarkan kepentingan bersama pemegang saham lain. Sedangkan biaya yang dikeluarkan perusahaan akan ditanggung bersama oleh seluruh pemegang saham. Menurut Jensen dan Meeckling (1976) kondisi tersebut merupakan konsekuensi dari pemisahan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan atau sering disebut dengan the separation of

the decision-making and risk beuting functions of the firm. Dengan pemisahan

fungsi, pengambil keputusan, yaitu manajemen tidak menanggung risiko atas kesalahan dalam pengambilan keputusan sehingga tidak menaikkan nilai perusahaan. Risiko tersebut sepenuhnya ditanggung oleh pemegang saham (prinsipal). Oleh karena itu, manajemen cenderung melakukan pengeluaran yang bersifat konsumtif dan tidak produktif untuk kepentingan pribadinya, seperti peningkatan gaji dan membeli barang mewah.


(43)

Penyebab lain konflik antara manajer dengan pemegang saham dipicu oleh aktivitas pembuatan keputusan yang berkaitan dengan pencarian dana (financing

decision) dan bagaimana dana yang diperoleh tersebut diinvestasikan. Konflik ini

didorong oleh perbedaan perhatian terhadap risiko antara manajer dan pemegang saham dalam keputusan pendanaan. Menurut Fama (1980) dalam Wahidahwati (2001), pernegang saham hanya peduli terhadap risiko sistematik (systematic risk) dari saham perusahaan, karena mereka melakukan investasi pada portofolio yang terdiversifikasi dengan baik. Sedangkan manajer berhubungan dengan risiko perusahaan secara keseluruhan dan hal ini disebabkan dua alasan, yaitu: pertama, bagian substantif dari kekayaan mareka adalah di dalam specifict human capital perusahaan vang membuat mereka nondivercifiable. kedua, manajer akan terancam reputasinya, demikian juga kemampuan earning perusahaan, jika perusahaan menghadapi kebangkrutan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa menurut teori keagenan, manajer cenderung bertindak atas dasar kepentingannya sendiri bukan berdasarkan maksimalisasi nilai perusahaan. Hal ini merupakan konflik kepentingan antara manajer dan pemilik. Teori ini telah menjadi basis penelitian yang kuat dalam disiplin keuangan dan akuntansi dengan penekanan pada kebijakan manajemen yang berkaitan dengan kemakmuran dirinya dan kemakmuran pemilik perusahaan, seperti kebijakan struktur modal, kebijakan dividen, dan kepemilikan internal (Abdullah, 2001). Pendapat lain yang dikemukakan oleh Fama (1980) dalam Faisal (2000) didasarkan asumsi bahwa para manajer yang bertanggung jawab terhadap


(44)

keputusan-keputusan keuangan tidak mampu melakukan diversifikasi investasi dalam human capital.

2.1.4. Pendekatan untuk Mengurangi Agency Problem

Jensen dan Meckling (1976) telah mengembangkan suatu perlakuan analitis terhadap hubungan manajer dan pemilik. Dalam temuannya, ada konflik kepentingan jika seorang manajer memiliki saham yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah saham perusahaan, yang menimbulkan agency

problem. Kepemilikan sebagian menyebabkan manajer tidak mempunyai tujuan

utama untuk meningkatkan kemakmuran pemilik untuk mengatasi agency problem ini dibutuhkan tambahan biaya yang disebut agency cost.

Agency cost didefinisikan sebagai jumlah dari: 1) pengeluaran biaya

monitoring oleh prinsipal yaitu biaya untuk memonitor perilaku agen dengan memonitor hasil kerjanya (sistem audit untuk membatasi wewenang manajemen), 2) pengeluaran karena penggunaan hutang oleh agen, yaitu biaya untuk membentuk mekanisme yang menjamin bahwa agen akan bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal, dan 3) residual loss (pengeluaran karena kehilangan kebebasan), yaitu biaya untuk mendorong agen bertindak sesuai dengan kemampuannya untuk kepentingan prinsipal. Jensen dan Meckling (1976) menyarankan keputusan struktur modal yang dibuat oleh manajer menyeimbangkan agency cost of debt dengan agency cost of

equityuntuk meminimalkan pengaruhnya pada nilai perusahaan.

Ada beberapa cara untuk mengatasi agency problem dan mengurangi munculnya agency cost, yaitu: pertama, meningkatkan insiders ownership. Agency


(45)

problem bisa dikurangi apabila manajer mempunyai kepemilikan saham dalam

perusahaan. Kepemilikan ini menyebabkan manajer merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil, dan sebaliknya merasakan juga kerugian yang timbul sebagai konsekwensi dari pengambilan keputusan yang salah. Jadi kepemilikan oleh

insiders akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang

saham dan insentif bagi manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan (Jensen and Meckling, 1976).

Kedua, meningkatkan pendanaan dari hutang yang merupakan pendekatan pengawasan eksternal. Peningkatan hutang akan menurunkan konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Jensen (1986) dalam Bathala, et al. (1994) menyatakan hutang dapat digunakan untuk mengendalikan penggunaan free cash flow secara berlebihan oleh manajemen dan menghindari aktivitas yang tidak optimal. Penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan karena peningkatan hutang akan meningkatkan harga saham dan penurunan hutang akan menurunkan harga saham (Masuiis, 1988 dalam Husnan, 2000). Menurut Grossman dan Hart (1982) dalam Seetharaman (2001), penggunaan hutang dapat juga menghindari konflik agensi dan meningkatkan nilai perusahaan. Tekanan keuangan atau kebangkrutan adalah sesuatu yang mahal bagi manajer yang tidak dapat melakukan diversifikasi investasi human

capital dalam perusahaan. Ketakutan akan kebangkrutan mempengaruhi manajer

untuk menjadi efisien, dengan demikian akan memperbaiki biaya agensi.

Ketiga, meningkatkan dividend payout ratio. Dengan demikian tidak tersedia cukup banyak free cash flow dan manajemen terpaksa mencari pendanaan dari


(46)

luar untuk membiayai investasinya (Crutchley dan Hansen, 1989 dalam Wahidahwati, 2001).

Keempat, institusional investor sebagai monitoring agen. Bathala, et al. (1994) menyatakan institusional investor merupakan satu kelompok monitoring agen yang efektif dan membantu menghindari biaya agensi. Selanjutnya Moh'd, et al. (1998) menyatakan bahwa distribusi saham antara pemegang saham dari luar (outsiders), yaitu institutional investor dan shareholders dispersion dapat mengurangi agency

cost. Kepemilikan mewakili suatu sumber kekuasaan (source of power) yang

dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manjemen, karena itu konsentrasi atau penyebaran power menjadi suatu hal yang relevan. Adanya kepemilikan oleh investor-investor institusional, seperti perusahaan asuransi, bank perusahaan investasi, dan institusi lain dalam bentuk perusahaan akan mendorong pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajer.

Pendekatan lainnya adalah melalui labor market controls, capital market

controls, dan ancaman take over (Mester, 1989 dalam Faisal, 2000). Dalam labor market control, pemberian kompensasi kepada manajer dikaitkan dengan kinerja dan

nilai saham perusahaan. Manajer yang mempunyai kinerja yang baik akan mendapatkan kompensasi yang lebih baik dan lebih mudah mendapatkan pekerjaan yang lain. Sedangkan manajer yang kinerjanya buruk akan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan, khususnya jika perusahaan tersebut diambil alih oleh perusahaan lain. Selanjutnya, pendekatan capital market control yang dilakukan melalui rapat umum pemegang saham. Pendekatan ini merupakan monitoring yang


(47)

dilakukan oleh investor institusional untuk mendorong manajer bertindak seperti keinginan pemegang saham. Terakhir, pengawasan melalui ancaman takeover akan membuat manajer disiplin dalam bertindak sesuai dengan pemegang saham.

Takeover terjadi apabila saham perusahaan dinilai terlalu rendah dibandingkan harga

potensial karena manajemen yang buruk (Brigham dan Houston, 1998). Dalam konteks ini, manajemen yang kinerjanya buruk akan tersingkir bila takeover terjadi atau kehilangan status dan otoritasnya.

2.2. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian sebelumnya yang menjadi pedoman peneliti dalam meneliti pengaruh struktur kepemilikan terhadap struktur modal dapat dilihat pada Tabel 2.1


(48)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul

Variabel Independen dan

Dependen Hasil Penelitian

1

Jansen & Mackling (1976)

Agency Cost of Free Cash Flow, Corporate Finance, and Take Overs

Independen:

Institutional ownership

Dependen:

Pendanaan utang dan kepemilikan manjerial

Institutional ownership

berhubungan negatif dengan pendanaan utang dan Kepemilikan manajerial dalam perusahaan

2

Friend & Lang

An Empirical Test of

the Impact of

Manajerial

Self-Interest of Capital Structure

Independen:

Debt ratio

Dependen:

Profitabilitas dan kepemilikan manajerial

Debt ratio memiliki

hubungan yang negatif dengan profitabilitas dan kepemilikan manajerial

3

Bathala,

Chenchuramaiah, Kenneth P. Moon & Ramesh P. Rao (1994)

Managerial

Ownership, Debt

Policy, and the Impact

of Onstitutionl

Hodings: An Agency Perspective.

Independen:

Institutional investor

Dependen:

Pendanaan hutang dan Kepemilikan manajerial

Institutional investor

berhubungan negatif dengan pendanaan hutang dan kepemilikan manajerial dalam perusahaan

4

Moh’d, Latry, James (1998)

The Impact of

Ownership Structure on Coorporate Debt Policy: a Times-Series Cross-Sectional Analysis. Independen: Institutional Investor Dependen: Equity

Investor institusional efektif dalam melakukan

monitoring terhadap

pelaku para manajer sehingga perusahaan cenderung menurunkan tingkat hutangnya 5

Faisal (2000)

Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Hutang Perusahaan pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta.

Independen:

Insider ownership

dan shareholder

dispersion

Dependen:

Equity Policy

Insider ownership dan

shareholder dispersion

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang 6 Wahidahwati (2001) Pengaruh Kepemilikan

Manajerial dan Kepemilikan

Institutional pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Theory Agency.

Independen:

Iinsider ownership

dan institutional

ownership

Dependen:

debt ratio

Iinsider ownership dan institutional ownership

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap


(49)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Uma Sekaran, 2003). Kerangka konsep yang baik menjelaskan secara teoritis antara variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variabel independen dan dependen. Pertautan antara variabel tersebut selanjutnya dirumuskan kedalam paradigma penelitian yang harus didasarkan pada kerangka konsep.

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan data-data sekunder yang bersumber dari BEI. Adapun variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini pada umumnya adalah didasari pada teori manajemen keuangan dan pasar modal.

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini ialah menganalisa pengaruh variabel-variabel Insiders Ownership, Institutional Ownership dan Shareholders

Dispersion terhadap Struktur Modal. Terdapat tiga variabel yang akan dipertanyakan

yaitu Insiders Ownership, Institutional Ownership dan Shareholders Dispersion dan Struktur Modal sebagai variabel terikat.

Kerangka konsep merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Selanjutnya dianalisis secara


(50)

kritis dan sistematis sehingga menghasilkan sintesa hubungan antara variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis dalam penelitian ini. Berdasarkan uraian teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, maka kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

STRUKTUR KEPEMILIKAN

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Penelitian Faisal (2000) yang menguji pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan hutang. Di mana insiders ownership dan shareholder dispersion secara parsial memiliki hubungan negatif terhadap debt to equity ratio namun tidak signifikan dan ini relevan dengan teori yang telah dibangun di bab sebelumnya meskipun tidak signifikan. Sedangkan institutional ownership berdasarkan penelitian Wahidawati (2001) memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap debt to equity

ratio begitu juga insiders ownership. Oleh karena itu maka penulis memprediksi

bahwa ketiga variabel bebas masih memiliki pengaruh yang negatif terhadap debt to

equity ratio.

Insider Ownership (X1) INSDO

Institutional Ownership (X2) INSTO

Shareholder Ownership (X3) SDP

STRUKTUR MODAL Debt to Equity

Ratio DEQU


(51)

3.2. Hipotesis

Dengan melihat pada latar belakang permasalahan, landasan teori yang sudah dibangun dan penelitian terdahulu yang ada di atas dan maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: “Ada Pengaruh Insiders Ownership, Institutional

Ownership dan Shareholders Dispersion terhadap Struktur Modal Baik Secara


(52)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Pada dasarnya tujuan umum setiap penelitian adalah untuk pengembangan teori dan pemecahan masalah. Penelitian ini secara lebih spesifik dimaksudkan sebagai penelitian pengujian hipotesa atau penelitian penjelasan (explanation

research) untuk menguji hipotesis yang menjelaskan fenomena dalam bentuk

hubungan antar variabel sehingga dapat memberikan jawaban atas masalah (Indriantoro dan Supomo, 2002).

4.2. Lokasi Penelitian

Penelitian mengambil lokasi di Bursa Efek Indonesia, namun data dapat diambil melalui website yang tersedia yaitu www.jsx.co.id atau www.idx.co.id. Penelitian dilakukan selama 3 (tiga) bulan mulai April 2010 sampai Juni 2010.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan tahunan (annual report) yang diaudit dan dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan manufaktur dipilih karena merupakan populasi terbanyak di Bursa Efek Indonesia sehingga diharapkan dapat diperoleh jumlah sampel yang cukup. Banyaknya jumlah perusahaan ini berarti


(53)

semakin banyak pula kesempatan dan pilihan bagi investor untuk melakukan investasi di perusahaan sektor manufaktur ini. Di samping itu, ada sektor industri yang harus menggunakan indikator berbeda dalam mengukur variabel variabel yang digunakan karena karakteristik usahanya berbeda. Misalnya, ada ketetapan struktur modal dalam capital adequacy ratio yang ditetapkan lembaga pengatur yang khusus berlaku bagi industri-industri yang berada di bawah pengawasan pemerintah, seperti bank dan asuransi (Harahap, 2001). Dengan demikian, dipilih satu jenis industri dengan harapan adanya keseragaman praktik kebijakan struktur modal.

Metode pemilihan sampel adalah purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan penilaian terhadap beberapa karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan maksud penelitian atau berdasarkan pada beberapa kriteria tertentu (Kuncoro, 2003; Cooper dan Schindler, 2003). Dalam penelitian ini digunakan kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Tersedianya laporan keuangan pada capital market direct or y selama periode pengamatan tahun 2009.

2. Perusahaan tersebut minimal terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) satu tahun, sebelum tahun sampel.

3. Tersedianya data tentang persentase saham yang dimiliki oleh komisaris dan direktur sebagai insider ownership.

4. Tersedianya data tentang persentase saham yang dimiliki oleh institusi


(54)

Dari kriteria di atas maka terdapat 155 perusahaan yang menjadi populasi dalam penelitian ini. Sehingga semua perusahaan dijadikan sampel dalam penelitian ini.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Dilihat dari dimensi waktu, data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data pooled yang merupakan kombinasi antara time series dan cross section. Penggunaan data jenis ini dimaksudkan untuk kecukupan sampel yang memenuhi kriteria 1 sampel yang telah ditetapkan. Menurut Gujarati (2003) analisis dengan data pooled dilakukan untuk mengatasi jumlah data yang sedikit pada analisis data cross-sectional.

Dilihat dari sumbernya, jenis data yang digunakan adalah data sekunder (secondary data) yang berasal dari Direktori Pasar Modal Indonesia (Indonesian

capital market directory) serta publikasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

Data yang diperlukan dari sumber tersebut meliputi:

1. Data dari laporan keuangan selama periode pengamatan, yaitu nilai buku hutang, total aktiva tetap, total aktiva, operating income earning before tax, dan earning after tax.

2. Nilai pasar ekuitas yang digunakan adalah close stock price per 31 Desember dan close clock price bulanan.

3. Jumlah lembar saham yang beredar.


(55)

sebagai insider ownership.

5. Data persentase saham yang dimiliki oleh institusi sebagai institusional investor.

6. Data penyebaran (dispersion) kepemilikan saham perusahaan.

4.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Operasional Variabel

Sesuai dengan kerangka pemikiran. hipotesis, dan penelitian-penelitian terdahulu, operasional variabel didefinisikan dan diukur dengan cara sebagai berikut:

1. Variabel dependen (Y), yaitu tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam penelitian ini, variabel dependen yang digunakan adalah struktur modal dengan proksi debt to equity ratio yang diberi simbol DEQU. Variabel ini didefinisikan sebagai rasio nilai buku hutang (DBV)

pada nilai pasar dari ekuitas (EMV) (Brailsford, et al. 2002). Selanjutnya

variabel ditransformasikan melalui natural log untuk menghindari kemungkinan masalah dalam distribusi sampel dalam rasio.

DBV

DEQU =

EMV

Di mana : DEQU= Ucht to Equity DB V = Book value of debt


(56)

price 31 Desember)

2. Variabel Independen (X), yaitu tipe variabel yang menjelaskan atau

mempengaruhi variabel dependen (Y). Dalam penelitian ini variabel independen adalah struktur kepemilikan, yang terdiri dari:

a. Insider ownership

Variabel insider ownership diberi simbol INSDO yang diukur dari jumlah persentase saham yang dimiliki oleh insiders. Insiders didefinisikan sebagai pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan. Bathala, et al. (1994) mendefinisikannya sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajer dan direktur. Dalam penelitian di Bursa Efek Indonesia proxy yang digunakan untuk mewakili insiders ownership oleh peneliti terdahulu (Faisal, 2000; Abdullah, 2001; Wahidahwati, 2001) adalah persentase saham yang dimiliki oleh direktur dan komisaris, dan proxy ini pula yang digunakan dalam penelitian ini. INSDO = CO + DO

Di mana:

INSDO = Insiders ownership

CO = Commissioners ownership

DO = Directors ownership

b. Institutional ownership (X2)

Variabel institutional ownership diberi simbol INSTO yang didefinisikan sebagai proporsi saham yang dimiliki oleh institusional pada akhir tahun (Bathala,


(57)

et al., 1994). Variabel ini diukur dengan menjumlahkan persentase saham yang

dimiliki oleh institusional.

c. Shareholders dispersion (X3)

Shareholder dispersion, variabel ini diberi simbol SDP. Shareholder dispersion didefinisikan sebagai standar deviasi dan penyebaran pemegang saham

(Moh’d, et al). Sebagai akibat dari penyebaran saham maka berarti hak suara (power) akan menjadi kecil terhadap manajer yang konservatif dalam menggunakan utang sehingga utang akan lebih kecil. Mencari shareholders

dispersion dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

SDP = shareholders dispersion

S = standar deviasi

Xi = prosentase kepemilikan saham

= rata-rata kepemilikan saham


(58)

Ringkasan operasional variabel dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1. Definisi Operasional

No Variabel Konsep Variabel Indikator Skala

1 Debt to Equity

Ratio (Y)

Perbandingan nilai buku hutang

(DBV) terhadap nilai pasar dari

ekuitas (EMV)

Natural log Debt to Equity Ratio

Rasio

2 Insiders Ownership

(X1)

Pemegang saham dari pihak

manajemen yang secara aktif

ikut dalam pengambilan

keputusan perusahaan

Jumlah persentase

saham yang dimiliki

insiders

Rasio

3 Institutional

Ownership (X2)

Proporsi saham yang dimiliki

oleh institusional pada akhir

tahun

Jumlah persentase

saham yang dimiliki

institutional

Rasio

4 Shareholder

Dispersion (X3)

Kelompok-kelompok pemegang

saham

Natural Log Jumlah

Kelompok

Pemegang saham

Rasio AS

4.6. Metode Analisa Data

1. Uji diagnostik (uji asumsi klasik)

Model regresi linier klasik mensyaratkan beberapa asumsi yang harus dipenuhi agar penaksiran parameter dan koefisien tidak bias serta mendekati keadaan yang sesungguhnya. Untuk itu, sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu akan dilakukan pengujian tentang ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik yang mendasari model. Pengujian tersebut terdiri dari:


(59)

a. Uji normalitas

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa residual penelitian mempunyai distribusi normal. Salah satu cara untuk melihat normalitas data adalah dengan menggunakan grafik normal probability plot yang dihasilkan melalui perhitungan regresi dengan SPSS (Statistical Package for the Social Sciences). Deteksi normalitas cara ini adalah dengan melihat penyebaran data pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar kesimpulan bahwa data berdistribusi normal (Santoso, 2003) adalah: Jika residual berasal dari distribusi normal, nilai-nilai sebaran data akan terletak disekitar garis diagonal dan membukti arah garis diagonal (tidak terpencar jauh dari garis diagonal). Hal ini dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas bisa dipenuhi.

Cara grafik histogram dalam menentukan suatu data berdistribusi normal atau tidak, cukup membandingkan antara data riil/nyata dengan garis kurva yang terbentuk, apakah mendekati normal atau memang normal sama sekali. Jika data riil membentuk garis kurva cenderung tidak simetri terhadap mean (U) maka dapat dikatakan data berdistribusi tidak normal, dan sebaliknya. Cara grafik histogram lebih sesuai untuk data yang relatif banyak dan tidak cocok untuk data yang sedikit karena interpretasinya dapat menyesatkan, sehingga peneliti lebih memilih cara grafik menggunakan histogram untuk menentukan normal atau tidaknya sebuah persamaan regresi.

b. Uji multikolinieritas

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linier yang sempurna (kuat) diantara variabel-variabel independen yang digunakan dalam persamaan regresi, yaitu melalui tidak adanya multikolinieritas. Asumsinya tidak


(1)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang dilakukan

khususnya pada masalah pengaruh insiders ownership, institutional

ownership, dan shareholders dispersion terhadap struktur modal, maka

dapat disimpulkan Insiders ownership, institutional ownership, dan

shareholders dispersion secara parsial maupun simultan merupakan

variabel yang mempengaruhi struktur modal di Bursa Efek Indonesia.

6.2.

Saran

1. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian berpengaruh cukup besar terhadap variabel terikat yang ditunjukkan oleh nilai koefisien R2. Oleh karena itu, para investor dan manajemen perusahaan dapat mempertimbangkan faktor yang diteliti dalam penelitian ini untuk memutuskan kebijakan struktur modal selain variabel yang belum diteliti termasuk faktor eksternal perusahaan.

2. Penelitian selanjutnya menambah variabel lain atau memakai faktor-faktor eksternal yang belum diteliti. Dengan memperbanyak tahun sampel dapat


(2)

menggunakan individual investor sebagai salah satu variabel untuk proxy struktur kepemilikan.

3. Penelitian dapat dikembangkan dengan menggunakan proxy yang berbeda untuk struktur kepemilikan seperti block ownership.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Syukri. 2001. “Hubungan antara Kepemilikan Manajerial, Struktur Modal dan Kebijakan Dividen”. Manajemen dan Bisnis, Volume 3, No. 2: 160-173. Agrawal, A. and G. Mandelker. 1987. Managerial Incentives and Coorporate

Investment and Financing Decissions. Journal of Finance 42, 823-837. Agus. R Sartono. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4.

Yogyakarta: Penerbit BPFE.

Arrayani. 2003. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal dan Implikasinya terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Industri Tekstil yang Go Public di Indonesia”. Tesis (tidak dipublikasikan). Medan: Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Bathala, Chenchuraimah T., Kenneth P. Moon, and Ramesh P. Rao. 1994.

Managerial Ownership, Debt Policy, and the Impact of Onstitutionl Hodings: An Agency Perspective. Financial Management. Volume 23, No.3 pp 38-50.

Brailsord, Timothy J., Barry R. Oliver, and Sandra L.H Pua. 2002. Theory and Evidence on the Relationship Between Ownership Structure and Capital Structure. Accounting and Financial. Volume 42, pp 1-26.

Brigham F. Eugene and Joel F. Houston. 1998. Fundamentals of Financial

Management. Eighth Edition. New York: The Dryden Press. Harcourt Brace

College Publishers.

Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan, Edisi 8, Jakarta: Erlangga.

Brigham, Eugene F. dan I.C. Gapenski. 1996. Intermediate Financial Managememt. Fifth Edition. New York: The Dryden Press.

Copeland, Thomas E, and J. Fred Weston. 1988. Financial Theory a Coorporate

Policy. Third Edition. New York: The Dryden Press.

Cooper Donald R. dan Pamela S. Schindler. 2003. Business Research Method. Eight Edition. New York: McGraw Hill.


(4)

Deddy Setawan dan Siti Subekti. 2004. “Pengujian efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat secara Keputusan: Analisis Pengumuman Dividen Meningkat (Studi Empiris pada Bursa Efek Jakarta Selama Krisis Moneter)”. Simposium

Nasional Akuntansi VII. Bali.

Donaldson. Lex and James H. Davis. 1991. “Stewerdship Theory or Agency Theory: CEO Governance and Shareholders Returns. Australian Journal of

Management, Volume 16, p 49-56.

Dutta, Amitabh S., M.Carry Collins, and James W. Wensley. 2001. An Examination

of the Non-linear Effect of Insiders Ownership and Coorporate Policy Choice.

Eldomiaty, Tarak I. 2003. Dynamics of Firm’s Market Value, Capital Structure and Systematic Risk. International Conference of Economics and Management.

Faisal. 2000. “Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Hutang Perusahaan pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Tesis (tidak dipublikasikan), Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada.

Friend, I and L.H Lang. 1998. “An Empirical Test of the Impact of Manajerial Self-Interest of Capital Structure. Journal of Finance 43. 271-281.

Gujarati, Damondar N., 2003. Basic Econometric. Internasional Edition. New York: Mc Graw-Hill.

Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Analisa Kritis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa.

Horne, James C. Van dan John M. Wachowicz, Jr. 1998. Prinsip-prinsip Manajeman

Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Husnan, Suad. 1998. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.

Husnan, Suad. 2002. Coorporate Governance di Indonesia, Pengamatan terhadap Sektor Korporat dan Keuangan.

Husnan, Suad dan Eny Pudjiastutik. 2002. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis, Untuk


(5)

Jensen, G.,D. Solberg., and T. Zorn. 1992. “Simulatnous Determination of Insiders Ownership, Debt, and Dividen Policies. Journal of Financial and

Quantitative Analysis 21. 131-144.

Jensen, Michael. 1976. “Agency Cost of Free Cash Flow, Corporate Finance, and Take Overs. American Economic Review.

Jensen, Michael C. and William H. Meckling. 1992. Theory of the Firm: Managerial Behaviour, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of

Financial Economics, 305-360.

Kuncoro, Mudrajat. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Bagaimana

Meneliti dan Menulis Tesis. Jakarta: Erlangga.

Laurent, S. Capital Structure Decission: The use of Preference Shares and Convertible Debt in UK.

Masidonda, Jaelani La, Ghozali Maski, dan M.S Idrus, 2001. “Analisis Variabel-variabel yang Mempengaruhi Struktur Pendanaan dan Pengaruhnya Bersama Beban Bunga, Return on Asset terhadap Rentabilitas Modal Sendiri. Tema. Volume II : 76-95.

Mehran, H., 1992. “Executives Incentives Plans, Corporate Control, and Capital Structure”. Journal of Financial and Quantitative Analysis. 21, p 131-144. Moh’d, Mahmoud A., Lartry G. Perry, dan James N. Rimbey. 1998. “The Impact of

Ownership Structure on Coorporate Debt Policy: a Times-Series Cross-Sectional Analysis. The Financial Review 33. P 85-98.

Myers, Stewart C. 1984. “The Capital Structure Puzzle”, Journal of Finance, V.33, July : 573-592.

Pagulung, Gagaring. 2003. “Penelitian Set Kesempatan Investasi dalam Akuntansi dan Keuangan”. Journal Telaah dan Riset Akuntansi, Volume 1, No. 1 : 1-11. Riyanto, Bambang. 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat.

Yogyakarta: BPFE.

Rodoni, Ahmad dan Othmn Yong. 2002. Analisis Investasi dan Teori Portofolio. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Seetharaman, Ananth, Zane L. Swanson, and Bin Srinidhi. 2001. Analitycal and

Empirical Evidence of The Impact of Tax Rates on the Trade-off between Debt and Managerial Ownership.


(6)

Sekawan, Uma, 2003. Research Methods for Business. New York: John Wiley & Sons.Inc.

Supranto, J. 2001. Statistik, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.

Wahidahwati. 2001. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institutional pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Theory

Agency. Simposium Akuntansi Nasional IV. Hal : 1084-1107, Agustus. Withered, Greg and Ian Zimmer. 1990. Financial Accounting, Incentives Effects and

Economic Consequencies. Second Edition. Australian: Holt, Rinehart and


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Collateralizable Assets, Dispersion of Ownership, Degree of Operating Leverage, Investment Opportunity Set terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI

1 52 110

Analisis Pengaruh Insider Ownership, Dispersion Of Ownership,Collaterizable Assets Dan Tingkat Pertumbuhan Terhadap Kebijakan Deviden Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 53 99

Pengaruh Value Added Intellectual Capital, Good Corporate Governance Dan Pergantian Ceo Terhadap Kinerja Perusahaan : Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

1 24 144

Pengaruh Struktur Kepemilikan, Kebutuhan Pendanaan Eksternal, Leverage Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pemilihan Auditor Eksternal: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2012-2014

7 35 110

The Influence Of Earnings Management On Firm Value And Good Corporate Governance As Moderating Variable: Empirical Studies Real Estate And Properties Companies Listed In Indonesia Stock Exchange Period 2012-2014

0 4 135

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, LEVERAGE, PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN, UKURAN PERUSAHAAN dan MANAJEMEN LABA terhadap NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indone

0 7 147

PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INSTITUTIONAL INVESTORS, PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, INSTITUTIONAL INVESTORS, DIVIDEND PAYMENT, ASSET STRUCTURE DAN PROFITABILITY TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG.

0 1 15

PENGARUH BIAYA AGENSI: STRUKTUR KEPEMILIKAN, DISPERSION OF OWNERSHIP, DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2007-2011.

2 7 112

Identifikasi Capital Structure Menggunak (1)

0 0 1

Pengaruh profitabilitas, leverage, blockholder ownership, public ownership dan reputasi auditor terhadap internet financial reporting - Perbanas Institutional Repository

0 2 19