Analisis Pengaruh Insider Ownership, Dispersion Of Ownership,Collaterizable Assets Dan Tingkat Pertumbuhan Terhadap Kebijakan Deviden Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, DISPERSION OF OWNERSHIP, COLLATERIZABLE ASSETS DAN TINGKAT

PERTUMBUHAN TERHADAP KEBIJAKAN DEVIDEN PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

LIA RAMADANI NASUTION

090522009

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

DEPARTEMEN AKUNTANSI EKSTENSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

”ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, DISPERSION OF OWNERSHIP,COLLATERIZABLE ASSETS DAN TINGKAT PERTUMBUHAN TERHADAP KEBIJAKAN DEVIDEN PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”

Adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akhir guna untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Medan, 14 Desember 2011

Lia Ramadani Nasution NIM : 090522009


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Collaterizable Assets dan tingkat pertumbuhan terhadap Kebijakan deviden pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2010. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Insider, Dispersion, Collas dan Growth. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tolak ukur mana yang mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap Kebijakan Deviden (Deviden Payout Ratio).

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian terdahulu dengan populasi penelitian adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 sampai dengan tahun 2010. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 16 perusahaan sebagai sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder, dimana Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Collaterizable Assets dan tingkat Pertumbuhan sebagai variabel independen dan Deviden Payout Ratio (DPR) sebagai variabel dependen. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan Insider Ownership, Dispersion Of ownership, Collaterizable Assets dan tingkat pertumbuhan berpengaruh signifikan terhadap deviden payout ratio (DPR). Hal ini dapat dijelaskan dalam adjusted R² sebesar 0,824 (82,4%) dimana variabel Deviden Payout Ratio (DPR) dapat dijelaskan oleh keempat variabel independen. Sisanya sebesar 17,6 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model penelitian ini. Secara Simultan Insider Ownership, dispersion Of ownership, Collaterizable Assets dan tingkat pertumbuhan berpengaruh terhadap kebijakan deviden yang diukur dengan rasio Deviden Payout ratio (DPR). secara parsial, penelitian ini hanya Tingkat pertumbuhan yang berpengaruh signifikan terhadap deviden payout ratio (DPR) .

Kata Kunci: Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Collaterizable Assets, Tingkat Pertumbuhan dan Deviden Payout Ratio (DPR)


(4)

ABSTRACT

This study analyzed the influence Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Collaterizable Assets and Growth of corporation listing on Indonesian Stock Exchange since 2007 up to 2010. variable that is utilized in research were Insider, Dispersion, Collas and Growth. This study was also intended to know which performance measures have the most significant effect to Deviden Payut Ratio (DPR).

This research is classified as causal research and replication to former research, which population are all of corporation listing on Indonesian Stock Exchange periodical 2007 up to 2010. The sample selections using purposive sampling methods and resulting 16 corporation as a sample. Data of this research are secondary data which consists of Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Collaterizable Assets and Growth as independence variable; and Deviden Payout Ratio (DPR) as dependence variable. The statistic methods that’s used is multiple regressions analysis and the model has been tested in classic assumption.

The result proof that Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Collaterizable Assets and Growth have influence significantly and simultaneously the DPR. Adjusted R² expressed 82,5% influence given by independent variable. The rest 17,6 % influence given by other variable are not mentioned in this research model. Partially Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Collaterizable Assets and Growth have significant influence to the DPR.

Key Word: Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Collaterizable Assets, Growth dan Deviden Payout Ratio (DPR)


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kupanjatkan kepada-Mu Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Besar karena atas segala berkah dan rahmat yang tiada terkira yang senantiasa Engkau berikan kepadaku dalam menyelesaikan skripsi ini. Segala ujian dalam kehidupan menjadikan hamba semakin bertaqwa dan nikmat yang tak terkira engkau berikan kepada hamba menjadikan hamba insan yang senantiasa bersyukur.

Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Pengaruh Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Collaterizable Assets dan Tingkat Pertumbuhan terhadap Kebijakan deviden pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, yang ditujukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Departemen Akuntansi Ekstensi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini yang disebabkan oleh keterbatasan dan kemampuan. Dengan adanya keterbatasan tersebut, skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaga, pikiran serta dukungannya baik secara moril dan materil.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tulus dan ikhlas kepada yang terhormat:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(6)

2. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi, Ak selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan pelajaran ketelitian dan arahan dalam penyelesaian skripsi.

4. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak selaku Dosen Penguji I, dan Ibu Dra.Naleni Indra, MM, Ak selaku dosen penguji II atas segala masukan dan saran yang telah diberikan.

5. Orang tuaku yang tiada hentinya memberikan semngat dan doa di penghujung usia mereka. Ayah A.Rusli,Sy.Nasution dan Ibunda Sri Supinah. Keluarga, Ir Zulfikar Umri, Zuli Efrizal, ST, Lisna Irawaty MBA, Liana Andria dan Lupita Fitriani.

6. Teman- teman Akuntansi Ekstensi Stambuk 09 seperjuangan di kampus Ekonomi, terutama (Ragiel, Uniq, Kak dessy, Lovina, Fasta, Babang, fitri). 7. Motivator dan penyemangat dalam penyelesaian skripsi “Seto Baskoro, ST” Penulis berharap agar kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak yang membacanya.

Medan, 14 Desember 2011 Penulis

Lia Ramadani Nasution NIM : 090522009


(7)

DAFTAR ISI SKRIPSI

Halaman ABSRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah...1

1.2Perumusan Masalah...5

1.3Batasan Penelitian...5

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Deviden...8

2.1.1 Pengertian Deviden...8

2.1.2 Teori Keagenan...9

2.1.3 Kebijakan Deviden...11

2.1.3.1 Pembayaran Deviden...12

2.1.3.2 Faktor yang mempengaruhi pembayaran deviden14 2.1.4 Teori-teori Kebijakan Deviden...15

2.1.5 Faktor-faktor Agency Cost Yang Mempengaruhi Pembayaran Deviden...21

2.2Penelitian Terdahulu...24

2.3Kerangka Konseptual...26

2.4Hipotesis Penelitian...28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Desain Penelitian...30


(8)

3.3Jenis dan Sumber Data...33

3.4Teknik Pengumpulan Data...33

3.5Defnisi Operasional dan Pengukuran Variabel...34

3.6Metode Analisis Data...37

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik...38

3.6.1.1 Uji Normalitas...38

3.6.1.2 Uji Multi kolineritas...40

3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas...42

3.6.1.4 Uji AutoKolerasi...42

3.6.2 Pengujian Hipotesis...43

3.6.2.1 Uji Signifikansi Simultan...44

3.6.2.2 Uji Signifikansi Parsial...44

3.7Jadwal Penelitian...45

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN 4.1Data Penelitian...46

4.2Analisis Data Penelitian...46

4.2.1 Statistik Deskriptif...46

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik...48

4.2.2.1 Uji Normalitas...48

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas...52

4.2.2.3 Uji Heterokedatisitas...53

4.2.2.4Uji Autokolerasi...54

4.2.3 Analisis Regresi...56

4.2.3.1 Persamaan Regresi...57

4.2.3.2 Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi...59

4.2.4 Pengujian Hipotesis 4.2.4.1 Uji Signifikan Simultan...61

4.2.4.2Uji Signifikan Parsial...61

4.3 Pembahasan Hasil Analisis...64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan...69


(9)

5.2Keterbatasan Penelitian...70

5.3Saran...71

DAFTAR PUSTAKA...72


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu... 24

Tabel 3.1 Proses Pemilihan Sampel... 31

Tabel 3.2 Daftar Nama Perusahaan Sampel ... 32

Tabel 3.3 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 37

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian... 45

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif... 47

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas... 49

Tabel 4.3 Tabel Uji Multikolineritas... 52

Tabel 4.4 Tabel Uji Autokorelasi... 56

Tabel 4.5 Analisi Hasil Regresi... 57

Tabel 4.6 Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi... 59

Tabel 4.7 Hasil Uji F... 61


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual... 26

Gambar 4.1 Histogram... 50

Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot... 51


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran i Data sampel perusahaan yang terdaftar di BEI yang ...74

Lampiran ii Data Variabel Penelitian Deviden Payout Ratio...75

Lampiran iii Data Variabel Penelitian Insider Ownership...76

Lampiran iv Data Variabel Penelitian Dispersion Of Ownership...77

Lampiran v Data Variabel Penelitian Collaterizable Assets...78

Lampiran vi Data Variabel Penelitian Tingkat Pertumbuhan...79

Lampiran vii Statisrik Deskriptif...80

Lampiran viii Hasil Uji Normalitas ...80

Lampiran ix Histogram dan Grafik Normal P-Plot...81

Lampiran x Hasil Uji Multikolinearitas...82

Lampiran xi Hasil Uji Heteroskedastisitas...82

Lampiran xii Hasil Uji Autokorelasi...83

Lampiran xiii Hasil Koefisien Regresi...83

Lampiran xiv Hasil Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi...84

Lampiran xv Hasil Uji F...85


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Collaterizable Assets dan tingkat pertumbuhan terhadap Kebijakan deviden pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2010. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Insider, Dispersion, Collas dan Growth. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tolak ukur mana yang mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap Kebijakan Deviden (Deviden Payout Ratio).

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian terdahulu dengan populasi penelitian adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 sampai dengan tahun 2010. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 16 perusahaan sebagai sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder, dimana Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Collaterizable Assets dan tingkat Pertumbuhan sebagai variabel independen dan Deviden Payout Ratio (DPR) sebagai variabel dependen. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan Insider Ownership, Dispersion Of ownership, Collaterizable Assets dan tingkat pertumbuhan berpengaruh signifikan terhadap deviden payout ratio (DPR). Hal ini dapat dijelaskan dalam adjusted R² sebesar 0,824 (82,4%) dimana variabel Deviden Payout Ratio (DPR) dapat dijelaskan oleh keempat variabel independen. Sisanya sebesar 17,6 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model penelitian ini. Secara Simultan Insider Ownership, dispersion Of ownership, Collaterizable Assets dan tingkat pertumbuhan berpengaruh terhadap kebijakan deviden yang diukur dengan rasio Deviden Payout ratio (DPR). secara parsial, penelitian ini hanya Tingkat pertumbuhan yang berpengaruh signifikan terhadap deviden payout ratio (DPR) .

Kata Kunci: Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Collaterizable Assets, Tingkat Pertumbuhan dan Deviden Payout Ratio (DPR)


(14)

ABSTRACT

This study analyzed the influence Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Collaterizable Assets and Growth of corporation listing on Indonesian Stock Exchange since 2007 up to 2010. variable that is utilized in research were Insider, Dispersion, Collas and Growth. This study was also intended to know which performance measures have the most significant effect to Deviden Payut Ratio (DPR).

This research is classified as causal research and replication to former research, which population are all of corporation listing on Indonesian Stock Exchange periodical 2007 up to 2010. The sample selections using purposive sampling methods and resulting 16 corporation as a sample. Data of this research are secondary data which consists of Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Collaterizable Assets and Growth as independence variable; and Deviden Payout Ratio (DPR) as dependence variable. The statistic methods that’s used is multiple regressions analysis and the model has been tested in classic assumption.

The result proof that Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Collaterizable Assets and Growth have influence significantly and simultaneously the DPR. Adjusted R² expressed 82,5% influence given by independent variable. The rest 17,6 % influence given by other variable are not mentioned in this research model. Partially Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Collaterizable Assets and Growth have significant influence to the DPR.

Key Word: Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Collaterizable Assets, Growth dan Deviden Payout Ratio (DPR)


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan dari perusahaan tersebut, tujuan dari perusahaan salah satunya adalah memperoleh keuntungan atau laba. Laba yang diperoleh perusahaan biasanya akan di bagikan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden atau akan ditahan dalam retained earning sesuai dengan kebijakan deviden perusahaan tersebut, laba yang ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk pembiayaan pertumbuhan perusahaan. Makin besar pembiayaan perusahaan yang berasal dari Laba yang ditahan ditambah penyusutan aktiva tetap, maka makin kuat posisi finansial perusahaan tersebut. Sebaliknya, pemegang saham sangat mengaharapkan pembagian deviden yang tinggi. Penentuan besarnya deviden yang akan di bagikan merupakan kebijakan deviden dari pimpinan perusahaan (Derrmawan, 2002)

Kebijakan deviden (devidend policy) merupakan keputusan untuk menentukan besarnya bagian pendapatan (earning) yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan bagian yang akan ditahan di perusahaan (Weston and Coopeland, 1996:125). Kebijakan deviden merupakan bagian terpenting dari keputusan pendanaan dan pembelanjaan perusahaan, keputusan dalam pembagian deviden merupakan suatu masalah yang sering dihadapi oleh perusahaan. Manajemen sering mengalami kesulitan apakah akan membagi devidennya atau


(16)

akan menahan laba untuk diinvestasikan kembali kepada proyek-proyek yang menguntungkan bagi perusahaan.

Kebijakan pembayaran deviden mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi Investor dan perusahaan yang membayarkan deviden. Pada umumnya para Investor menginginkan pembagian deviden yang relatif stabil karena dengan kestabilan deviden akan meningkatkan kepercayaan Investor terhadap perusahaan, tujuan lain investor adalah untuk meningkatkan kesejahteraanannya dengan mengharapkan return dalam bentuk deviden maupun capital gain (selisih antara harga saham saat menjual dengan harga saat membeli) di lain pihak, perusahaan juga mempertahankan pertumbuhan sekaligus mempertahankan kelangsungan hidupnya dan memberikan kesejahteraan kepada pemegang saham. Penetapan pembagian deviden ini menjadi masalah yang menarik karena akan memenuhi harapan investor, disisi lain kebijakan tersebut jangan sampai menghambat pertumbuhan dan kelangsungan hidup perusahaan. Pembayaran deviden khususnya cash deviden kepada para pemegang saham sangat bergantung pada posisi kas yang tersedia pada perusahaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden antara lain Suherly (2004) :

1. Faktor peraturan yang membatasi besaran deviden yang dibayarkan (legal restriction)

2. Posisi kas dan setara kas perusahaan, terkait dengan likuiditas perusahaan (liquidity position).

3. Perusahaan yang baru tumbuh disebabkan kebutuhan dana untuk aktivitas intern lebih besar daripada untuk aktivitas pendanaan lain (absence or lack of other source of financing).

4. Ketidakstabilan perusahaan, akan menyebabkan sulitnya memprediksi laba dimasa yang akan datang, sehingga manajemen tidak berani menetapkan deviden yang besar (earning predictability).

5. Pengawasan pemilik sebagai variabel penentu kebijakan pembayaran deviden (ownership control).


(17)

6. Faktor Inflasi.

Insider Ownership (Kepemilikan saham manajer) merupakan sebuah variabel determinan yang penting dalam kebijakan deviden suatu perusahaan (Taswan, 2003). Pemodal selaku penyedia dana berkepentingan untuk mengamankan dana yang di investasikan, sedangkan pada pihak insiders (direktur & manajer) biasanya memikirkan kepentingan tersendiri dalam mengambil keputusan-keputusan bisnis, pengambilan keputusan-keputusan yang tidak sesuai akan mengakibatkan biaya-biaya yang akan di bebankan pada keuangan perusahaan, hal ini akan menurunkan deviden. Dispersion Of Ownership merupakan penyebaran kepemilikan saham biasa, dispersion of ownership dihitung dengan rumus variance untuk menunjukkan penyebaran kepemilikan saham, semakin besar dispersion of ownership saham semakin terkonsentrasi pada kelompok tertentu. Collaterizable assets merupakan besarnya aktiva yang dijaminkan oleh kreditur untuk menjamin pinjamannya, semakin besar collaterizable assets akan menurunkan nilai deviden. Perusahaan yang mengalami tingkat pertumbuhan yang pesat dapat dilihat dari peningkatan profitabilitas perusahaan setiap tahunnya.

Latar belakang pemilihan judul turut didasarkan pada hasil penelitian-penelitian terdahulu yang menunjukkan adanya ketidakkonsistensian (Inconsistency), beberapa diantaranya adalah penelitian Hatta (2002) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden : investigasi pengaruh teori stakeholder dengan menggunakan sampel 45 perusahaan dengan jumlah 85 observasi, dalam penelitian ini memiliki kesimpulan bahwa insider ownership


(18)

tidak berpengaruh terhadap Deviden Payout Rasio (DPR). Sedangkan Taswan (2003), menganalisis pengaruh insider ownership, kebijakan hutang, dan deviden terhadap nilai perusahaan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, dengan menggunakan 95 sampel perusahaan di Bursa Efek, hasil penelitian tersebut mengemukakan bahwa: Insider ownership mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, profitabilitas mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap hutang dan tingkat pertumbuhan, ukuran perusahaan dan resiko perusahaan tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kebijakan hutang.

Endang dan Minaya (2003), menganalisis pengaruh insider ownership, dispersion ownership, collaterizable assets, free cash flow, dan tingkat pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan deviden, dengan sampel 12 perusahaan manufaktur periode 2000-2002. Penelitian tersebut menemukan bahwa : ada pengaruh negatif signifikan antara insider ownership dan tingkat pertumbuhan terhadap kebijakan deviden.

Mondher Kouki And Monsef Gizani (Euro Journal,2009), Ownership Structure and Deviden Policy Envidence from Tunisian Stock Market, Dalam penelitian ini terdapat pengujian terhadap Ownership Structure, Agency Cost terhadap Kebijakan deviden (Devidend Policy). Penelitian menunjukan hasil adanya pengaruh positif antara faktor-faktor Agency Cost terhadap kebijakan deviden.

Adanya ketidakkonsistenan (inconsistency) hasil penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempegaruhi kebijakan deviden mendorong peneliti


(19)

untuk mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Hatta (2002) dengan penelitian oleh Endang dan Minaya (2003). Berbeda dengan penelitian Endang dan Minaya (2003) penelitian ini menggunakan sampel seluruh perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2007-2010 yang mempunyai kriteria sebagai perusahaan yang membayar deviden berturut-turut dan perusahaan tersebut mempunyai data insider. Berdasarkan alasan yang telah dikemukakan penulis sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Analisis Pengaruh Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Collaterizable Assets, dan tingkat pertumbuhan terhadap Kebijakan Deviden Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Collaterizable Assets, dan Tingkat Pertumbuhan berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap Kebijakan Deviden pada perusahaan yang memiliki data insider ownership yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.3 Batasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa batasan masalah yaitu :

1. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini terbatas menganalisis perusahaan-perusahaan yang membayar deviden tunai secara berturut-turut pada periode 2007-2010 dan perusahaan tersebut memiliki data insider ownership, dispersion of ownership, collaterizable assets dan tingkat


(20)

pertumbuhan perusahaan tahun 2007-2010 dan jumlah sampel sebanyak 16 perusahaan.

2. Kebijakan deviden kas yang diteliti, diukur dari jumlah deviden kas yang dibayar oleh perusahaan & kebijakan deviden yang diteliti lebih menekankan kepada pembayaran deviden.

3. Faktor–faktor yang dianggap mempengaruhi kebijakan deviden : insider ownership, dispersion of ownership, collaterizable assets, dan tingkat pertumbuhan.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan bukti empiris mengenai pengaruh insider ownership, pengaruh dispersion of ownership, pengaruh collaterizable assets, pengaruh tingkat pertumbuhan terhadap kebijakan deviden dan pengaruh keseluruhannya secara bersama-sama terhadap kebijakan deviden.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat di peroleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada investor dan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan keputusan investasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden pada tahun 2007-2010.

2. Bagi perusahaan, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan perusahaan dalam menetapkan kebijakan deviden.


(21)

3. Bagi pihak yang berkepentingan terhadap pasar modal Indonesia, Menambah referensi penelitian pasar modal khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden.

4. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kebijakan deviden (devidend policy) terutama dalam kebijakan deviden.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEVIDEN

2.1.1 Pengertian Deviden

Deviden merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan, deviden diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Jika seorang pemodal ingin mendapatkan deviden, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan deviden. Deviden yang dibagikan perusahaan dapat berupa deviden tunai – artinya kepada setiap pemegang saham diberikan deviden berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham - atau dapat pula berupa deviden saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan deviden sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian deviden saham tersebut.

Deviden merupakan daya tarik atas investasi saham dan juga merupakan salah satu keputusan penting untuk memaksimumkan nilai perusahaan disamping keputusan investasi dan struktur modal (keputusan pemenuhan dana). Manajemen mempunyai 2 alternatif perlakuan terhadap penghasilan bersih sesudah pajak (Earning After Tax) perusahaan yaitu :


(23)

1. Dibagi kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen.

2. Diinvestasikan kembali keperusahaan sebagai laba ditahan (retained earning).

Apabila perusahaan memutuskan untuk membagi laba yang diperoleh sebagai dividen berarti akan mengurangi jumlah laba ditahan yang akhirnya mengurangi sumber dana intern yang akan digunakan untuk mengembangkan perusahaan dan apabila perusahaan tidak membagikan labanya sebagai dividen akan bisa menambah sumber dana intern dan akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengembangkan perusahaan.

2.1.2 Teori Keagenan (Agency Theory)

Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan utilitas, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal (Hendriksen, 2000:221).

Berbagai konflik kepentingan dalam perusahaan baik antara manajer dengan pemegang saham, manajer dengan kreditur atau pemegang saham, kreditur dan manajer disebabkan adanya hubungan keagenan atau agency relationship. Pihak prinsipal dapat membatasi perbedaan kepentingannya dengan memberikan tingkat insentif yang layak kepada agen dan harus bersedia mengeluarkan biaya pengawasan atau monitoring cost untuk


(24)

mencegah penyimpangan (hazard) dari agen, hal tersebut dinamakan dengan biaya keagenan atau agency cost (Hendriksen, 2000: 221). Secara umum tidak mungkin bagi prinsipal atau agen, pada tingkat biaya sebesar nol, dapat menjamin bahwa agen akan membuat keputusan optimal dari sudut pandang prinsipal

Pada suatu perusahaan konflik kepentingan terjadi antara manajemen dan pemegang saham atau stockholders, Konflik kepentingan tersebut dapat timbul dari adanya kelebihan aliran kas atau excess cash flow. Kelebihan arus kas cenderung akan diinvestasikan melebihi tingkat yang optimum dan sering digunakan untuk konsumsi secara berlebihan yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan utama perusahaan atau excessive perquisites, konflik tersebut juga dapat disebabkan perbedaan antara pemegang saham yang lebih menyukai investasi yang berisiko tinggi dengan harapan memperoleh return yang tinggi, sementara manajemen lebih memilih investasi dengan resiko lebih rendah untuk melindungi posisinya (Keown, 2000: 609).

Ada beberapa alternatif untuk mengurangi konflik kepentingan dan biaya keagenan atau agency cost :

1. Meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen, kepemilikan saham ini akan menyejajarkan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham.

2. Meningkatkan rasio deviden terhadap laba bersih atau devidend payout ratio, dengan demikian akan memperkecil jumlah aliran kas bebas atau free cash flow sehingga manajemen harus mencari


(25)

sumber dana eksternal untuk pembiayaan investasi. Pembiayaan eksternal ini akan meningkatkan pengawasan oleh pihak eksternal seperti pengawasan.

2.1.3 Kebijakan Deviden

Sartono (2000) mendefinisikan kebijakan deviden sebagai: “Keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai deviden atau akan ditahan dalam bentuk retained earnings guna membiayai investasi di masa datang”.

Kebijakan dividen dalam Murhadi (2008:4) merupakan suatu kebijakan yang dilakukan dengan pengeluaran biaya yang cukup mahal, karena perusahaan harus menyediakan dana dalam jumlah besar untuk keperluan pembayaran dividen. Perusahaan umumnya melakukan pembayaran dividen yang stabil dan menolak untuk menambah pembayaran dividen, hanya perusahaan dengan tingkat kemampuan laba yang tinggi dan prospek ke depan yang cerah yang mampu untuk membagikan dividen. Sebahagian besar perusahaan yang selalu mengkomunikasikan bahwa perusahaannya memiliki prospektif (gambaran) dalam menghadapi masalah keuangan dan berbagai cara untuk membayar dividen, hal ini berdampak pada perusahaan yang membagikan dividen, perusahaan tersebut memberikan tanda pada pasar saham atau publik bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek kedepan yang cerah dan mampu untuk mempertahankan tingkat kebijakan dividen yang telah ditetapkan pada periode sebelumnya, sehingga perusahaan dengan


(26)

prospek ke depan yang cerah, akan memiliki harga saham yang semakin tinggi.

Dari kedua definisi diatas, dapat kita lihat bahwa kebijakan deviden dipengaruhi dua kepentingan yang saling bertolak belakang, yaitu kepentingan pemegang saham dengan devidennya, dan kepentingan perusahaan untuk melakukan reinvestasi dengan menahan laba, dari sisi pemegang saham deviden merupakan salah satu motivator untuk menanamkan dana di pasar modal. Pemegang saham lebih memilih deviden yang berupa kas dibandingkan dengan capital gain, perilaku ini diakui oleh Gordon-Lintner sebagai “the bird in the hand theory” bahwa satu burung ditangan lebih berharga daripada seribu burung di udara. Selain itu pemegang saham juga dapat mengevaluasi kinerja perusahaan dengan menilai besarnya deviden yang dibagikan, sedangkan dari sisi perusahaan, kebijakan deviden sangat penting karena jika perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai deviden maka akan mengurangi laba yang ditahan perusahaan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern (internal financing), sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.

2.1.3.1 Pembayaran Deviden

Besar kecilnya dividen yang akan dibagikan/dibayarkan tergantung kepada laba yang diperoleh perusahaan dan kebijakan dividen yang digunakan perusahaan tersebut. Menurut Weston dan Copeland (1992 : 105) ada tiga macam pola pembayaran dividen, yaitu :


(27)

1. Jumlah dividen stabil persaham (stable amount per share)

Kebijakan dividen yang stabil yaitu jumlah dividen perlembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif sama selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan perlembar saham pertahunnya berfluktuasi. Kebanyakan perusahaan menerapkan kebijakan dividen ini.

2. Rasio pembayaran konstan (constant pay out ratio)

Rasio pembayaran konstan yaitu pembayaran dividen berdasarkan persentase tertentu dari laba. Dalam rasio pembayaran konstan jumlah dividen perlembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan neto yang diperoleh setiap tahunnya. Oleh sebab itu hanya beberapa perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen berdasarkan persentase tertentu dari laba. Kebijakan dividen ini tidak akan memaksimumkan nilai saham dari perusahaan, karena pasar tidak dapat mengandalkan kebijakan dividen ini untuk memberi informasi mengenai prospek perusahaan pada saat mendatang dan karena kebijakan ini mempengaruhi kebijakan investasi.

3. Dividen tetap yang rendah ditambah dividen ekstra (low regular dividen plus ekstra).”

Kebijakan dividen yang ketiga adalah dividen tetap yang rendah ditambah dividen ekstra merupakan penggabungan antara kedua jenis kebijakan dividen tersebut diatas. Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen perlembar saham setiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan membayarkan deviden ekstra diatas jumlah tersebut. Bagi pemodal ada kepastian akan menerima jumlah dividen yang minimal setiap tahunnya meskipun keadaan keuangan perusahaan agak memburuk. Tetapi dilain pihak kalau keadaan keuangan perusahaan baik maka pemodal akan menerima dividen minimal tersebut ditambah dengan dividen tambahan yang biasa disebut dividen ekstra. Kalau keadaan keuangan perusahaan memburuk lagi maka yang dibayarkan hanya dividen yang minimal saja. Kebijakan dividen ini memberikan fleksibilitas pada perusahaan, tetapi menyebabkan penanaman modal sedikit ragu-ragu tentang berapa besarnya pendapatan dividen mereka. Namun jika laba perusahaan sangat berubah-ubah, kebijakan ini akan merupakan pilihan terbaik.


(28)

2.1.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Pembayaran Deviden

Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya deviden yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham antara lain adalah (Sutrisno, 2001: 304) :

1. Posisi Solvabilitas Perusahaan

Apabila perusahaan dalam kondisi insolvensi atau solvabilitasnya kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki posisi struktur modal perusahaan.

2. Posisi likuiditas Perusahaan

Cash dividend merupakan arus kas keluar bagi perusahaan, oleh karena itu bila perusahaan membayarkan deviden berarti harus bisa menyediakan uang kas yang cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. Bagi perusahaan yang kondisi likuiditasnya kurang baik, biasanya dividend payout rationya kecil, sebab sebagian laba digunakan untuk menambah likuiditas. Namun perusahaan yang sudah mapan dengan likuiditas yang baik cenderung memberikan deviden lebih besar.

3. Kebutuhan Untuk Melunasi Hutang

Salah satu sumber dana perusahaan adalah dari kreditor berupa hutang, yaitu hutang jangka pendek maupun jangka panjang. Hutang-hutang ini harus segera dibayar pada saat jatuh tempo, dan untuk membayar hutang-hutang tersebut harus disediakan dana. Semakin banyak hutang yang harus dibayar, semakin besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah deviden yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Disamping itu dengan jatuh temponya hutang, berarti dana hutang tersebut harus diganti. Alternatif mengganti dana hutang bisa dengan mencari hutang baru atau meroll-over hutang, dan juga bisa dengan sumber dana intern dengan cara memperbesar laba ditahan. Hal ini tentunya akan memperkecil dividend payout ratio.

4. Rencana Perluasan

Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan perusahaan, semakin pesat perluasan yang dilakukan. Konsekuensinya semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut. Kebutuhan dana dalam rangka ekspansi tersebut bisa dipenuhi baik dari hutang, menambah modal sendiri, yang berasal dari pemilik, dan juga bisa diperoleh dari internal resources berupa memperbesar laba yang ditahan. Dengan demikian, semakin pesat perluasan yang dilakukan perusahaan, semakin kecil devidend payoutnya.


(29)

5. Kesempatan Investasi

Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi besar kecilnya deviden yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan investasi, semakin kecil deviden yang dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang baik, maka dananya lebih banyak digunakan untuk membayar deviden.

6. Stabilitas Pendapatan

Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, deviden yang akan dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil. Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang banyak untuk berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang kas yang cukup besar untuk berjaga-jaga. 7. Pengawasan Terhadap Perusahaan

Kadang-kadang pemilik tidak mau kehilangan kendali terhadap perusahaan. Apabila perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinan akan masuk investor baru dan ini tentunya akan mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan. Jika dibelanjai dari hutang resikonya cukup besar. Oleh karena itu perusahaan cenderung tidak membagi devidennya agar pengendalian tetap berada ditangannya.

2.1.4 Teori -Teori Kebijakan Deviden

Keown (2000 : 607) menyatakan ada beberapa teori yang mendasari kebijakan deviden, antara lain:

2.1.4.1 Teori Ketidak Relevanan Deviden (Devidend Irrelevance Theory)

Teori ketidak relevanan deviden adalah teori yang menyatakan bahwa kebijakan deviden perusahaan tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Penganjur utama teori ini adalah Miller dan Modigliani (MM).

Teori ini menyatakan bahwa suatu nilai perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba serta resiko bisnisnya, dengan kata lain nilai suatu perusahaan tergantung


(30)

semata-mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan bagaimana pendapatan tersebut dibagi diantara deviden dan laba yang ditahan (pertumbuhan). Asumsi-asumsi yang di pergunakan:

1. Tidak terdapat pajak pendapatan perseorangan atau perusahaan. 2. Tidak terdapat biaya emisi atas jual beli saham.

3. Tingkat leverage keuangan tidak mempunyai pengaruh terhadap biaya modal.

4. Para investor dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang prospek (masa depan) perusahaan.

5. Distribusi pendapatan mempunyai pengaruh terhadap biaya ekuitas perusahaan.

2.1.4.2 Teori Bird In the Hand

Kepercayaan bahwa kebijakan deviden perusahaan merupakan hal yang tidak penting, secara tidak langsung membuat para investor berasumsi bahwa pendapatan yang mereka harapkan melalui perolehan modal akan berbeda besarnya dengan pendapatan yang berasal dari deviden, hal ini disebabkan karena deviden lebih bisa diramalkan daripada pendapatan modal, manajemen dapat mengontrol deviden, tapi tak dapat mendikte harga saham. Investor kurang yakin akan menerima pendapatan dari perolehan modal daripada dari deviden.

Mendapatkan deviden (a bird in the hand) adalah lebih baik daripada saldo laba (a bird in the bush) karena pada akhirnya saldo laba tersebut mungkin tidak akan terwujud sebagai deviden dimasa yang akan


(31)

datang (it can fly away). Pandangan yang mengatakan deviden lebih pasti dari pada perolehan modal, disebut “bird in the hand theory” (Teori burung di tangan).

2.1.4.3 Deviden Rendah Meningkatkan Nilai Saham

Pandangan ketiga adalah deviden yang rendah mempengaruhi harga saham, sehingga deviden dapat merugikan investor, pendapat ini didasarkan pada perbedaan perlakuan pajak antara pendapatan deviden dan perolehan modal.

Setiap investor harus membayar pajak pendapatan untuk memaksimumkan pengembalian setelah pajak atas investasi, investor berusaha meminimumkan tingkat pajak atas pendapatan, atau menunda pembayaran pajak jika memungkinkan.

Saham yang memungkinkan penundaan pajak (deviden rendah perolehan modal tinggi) mungkin akan dijual pada harga premi yang relatif sama terhadap saham yang telah dikenakan pajak. Oleh karena itu, deviden yang rendah akan membantu investor menunda pajak pendapatan sehingga memaksimumkan return setelah pajak atas investasinya, sedangkan deviden yang tinggi akan meningkatkan pembayaran pajak pendapatan investor, sehingga return setelah pajak yang diperolehnya berkurang. Berdasarkan logika pemikiran tersebut, kebijakan deviden rendah akan meningkatkan harga saham perusahaan.


(32)

2.1.4.3 Teori Deviden Residu

Teori deviden residu adalah teori yang menyatakan bahwa deviden dibayar dari kapital yang sama setelah selesai mendapat keuntungan investasi keuangan. Jika perusahaan memiliki biaya pengembangan, yang mungkin secara langsung mempengaruhi keputusan deviden, maka perusahaan harus menerbitkan jumlah sekuritas yang lebih besar untuk mendapatkan modal yang dibutuhkan untuk kegiatan investasi.

Perusahaan umumnya menetapkan 4 (empat) langkah berikut ketika mengambil keputusan atas rasio pembagian devidennya:

1. Menentukan anggaran barang modal yang optimal.

2. Menentukan jumlah modal yang dibutuhkan untuk membiayai anggaran tersebut.

3. Sedapat mungkin menggunakan laba yang ditahan untuk memenuhi penyertaan modal (ekuitas) dan

4. Membayar deviden hanya jika lebih banyak laba yang tersedia daripada yang dibutuhkan untuk mendukung anggaran modal optimal. Kata residual mengandung arti “sisa”, dan kebijakan deviden residual menyiratkan bahwa deviden sebaiknya dibayarkan jika ada laba yang “tersisa”.

Dasar dari kebijakan residual adalah investor lebih menginginkan perusahaan menahan dan menginvestasikan kembali laba daripada membagikannya dalam bentuk deviden apabila laba yang diinvestasikan


(33)

kembali tersebut dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi daripada tingkat pengembalian.

2.1.4.5 Teori Signal Deviden (Devidend Signaling Theory)

Signal atau isyarat adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan (Brigham, 2001: 13).

Devidend signaling theory merupakan suatu teori yang mendasari dugaan bahwa pengumuman deviden tunai mempunyai kandungan informasi yang mengakibatkan adanya reaksi harga saham. Teori ini menjelaskan bahwa informasi tentang perubahan deviden yang dibayarkan digunakan oleh investor sebagai signal tentang prospek perusahaan dimasa yang akan datang, hal ini disebabkan adanya asymmetric information (Informasi tidak sejalan) antara manajer dengan investor, sehingga para investor menggunakan kebijakan deviden sebagai indikator tentang prospek perusahaan. Peningkatan deviden yang dibayarkan dianggap sebagai signal yang menguntungkan, sehingga menimbulkan reaksi harga saham yang positif, sebaliknya penurunan deviden yang dibayarkan dianggap sebagai signal bahwa prospek perusahaan kurang menguntungkan, sehingga menimbulkan reaksi harga saham yang negatif (Scott, 2000: 409).

Manajer sebagai seorang internal yang mempunyai informasi yang lengkap tentang arus kas perusahaan akan memilih untuk menciptakan isyarat yang jelas mengenai masa depan perusahaan apabila mereka


(34)

mempunyai dorongan yang tepat untuk melakukannya. Kenaikan deviden yang dibayarkan dapat menimbulkan isyarat yang jelas kepada pasar bahwa prospek perusahaan telah mengalami kemajuan.

Suatu isyarat (signal) dapat bermanfaat bagi investor dan pengambil keputusan apabila memenuhi empat hal, yaitu:

1. Manajemen harus selalu mempunyai dorongan yang tepat untuk mengirimkan isyarat yang jujur, walaupun beritanya buruk. 2. Isyarat dari suatu perusahaan yang sukses tidak mudah diterima

oleh pesaingnya yang kurang sukses.

3. Isyarat harus mempunyai hubungan yang cukup berarti dengan kejadian yang dapat diamati. (misalnya deviden yang lebih tinggi saat ini akan dihubungkan dengan arus kas yang tinggi di masa yang akan datang).

4. Tidak menekan biaya pada pengiriman isyarat yang efektif. Penggunaan deviden sebagai alat untuk mengirimkan isyarat yang nyata kepada pasar mengenai hasil kerja perusahaan pada masa yang akan datang merupakan cara yang tepat, walaupun mahal tetapi berarti. Hanya perusahaan-perusahaan yang prospeknya baik dapat melakukan hal tersebut, sedangkan perusahaan-perusahaan yang kurang sukses tidak dapat melakukan hal yang sama untuk meniru cara ini, karena tidak mempunyai arus yang cukup untuk melakukannya. Dengan demikian pasar akan bereaksi terhadap perubahan deviden yang dibayarkan, karena


(35)

pasar yakin bahwa pemberi isyarat adalah perusahaan yang sukses (Keown, 2000).

2.1.5 Faktor – Faktor Agency Cost Yang mempengaruhi Pembayaran Deviden.

Adapun faktor-faktor agen yang mempengaruhi kebijakan deviden dalam penelitian ini adalah :

1) Insider Ownership

Insider Ownership adalah kepemilikan manajerial dan merupakan variabel determinan yang penting dalam kebijakan deviden suatu perusahaan ( Taswan, 2003)

Rumus Insider Ownership dinyatakan (Taswan, 2003) :

Jumlah Saham yang dimiliki komisaris dan Direktur INSIDER =

Total Saham 2) Dipersion Of Ownwership

Dispersion ownership adalah penyebaran kepemilikan saham biasa. Dispersion Ownership dihitung dengan rumus variance, karena besarnya nilai variance menunjukkan bahwa data kepemilikan saham semakin terkonsentrasi pada satu atau beberapa pemegang saham. Variance merupakan suatu ukuran dari sebaran disekitar rata-rata hitung. Dispersion of ownership dihitung derngan formula:


(36)

Rumus Dispersion Of Ownership ( Taswan, 2003)

Variance =

1 ) (

1

2 1

− −

=

n n

i

χ χ

Keterangan :

X1: persentase kepemilikan saham satu kelompok.

X : rata-rata kepemilikan saham N : jumlah data

3) Collaterizable Assets

Collaterizable Aseets (COLLAS) adalah besarnya aktiva yang dijaminkan oleh kreditur untuk menjamin pinjamannya. Collaterizable assets merupakan perbandingan antara rasio total aktiva tetap bersih dengan total aktiva.

Collaterizable assets dihitung dengan rumus (Taswan, 2003): Total Aktiva Tetap – Akumulasi Penyusutan COLLASS =

Total Aktiva

4) Tingkat Pertumbuhan.

Tingkat pertumbuhan suatu perusahaan dapat dilihat dari profitabilitas perusahaan yang meningkat setiap tahunnya. Semakin baik profitabilitas suatu perusahaan maka tingkat pertumbuhan perusahaan semakin meningkat.


(37)

Tingkat pertumbuhan perusahaan dihitung dengan rumus (Taswan, 2003):

g = r x ROE Keterangan :

g : tingkat pertumbuhan perusahaan

r : rasio penahanan laba (profitretention rate) ROE : tingkat pengembalian ekuitas.

2.2. Tinjauan Peneliti Terdahulu

Beberapa hasil penelitian terdahulu menemukan adanya inconsistency. Beberapa diantaranya adalah penelitian Hatta (2002) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden : investigasi pengaruh teori stakeholder, kesimpulan bahwa insider ownership tidak berpengaruh terhadap Deviden Payout Rasio (DPR). Sedangkan Taswan (2003), menganalisis pengaruh insider ownership, kebijakan hutang, dan deviden terhadap nilai perusahaan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, hasil penelitian tersebut mengemukakan bahwa : Insider ownership mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kebijakan deviden, profitabilitas mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap hutang dan tingkat pertumbuhan, ukuran perusahaan dan resiko perusahaan tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kebijakan hutang. Endang dan Minaya (2003), menganalisis pengaruh insider ownership, dispersion ownership, collaterizable assets, free cash flow, dan tingkat pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan deviden. Penelitian tersebut menemukan bahwa: ada pengaruh negatif signifikan antara insider


(38)

ownership dan tingkat pertumbuhan terhadap kebijakan deviden. Mondher Kouki And Monsef Gizani (Euro Journal,2009), Ownership Structure and Deviden Policy Envidence from Tunisian Stock Market, penelitian ini uji terhadap Ownership Structure, Agency Cost terhadap Kebijakan deviden (Devidend Policy) dan penelitian menunjukan hasil adanya pengaruh positif antara faktor-faktor Agency Cost terhadap kebijakan deviden. Ringkasan tinjauan penelitian terdahulu di tampilkan dalam tabel berikut

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Atika Jauhari Hatta (2002)

Variabel Independen: Net Organizational capital (NOC),

Agency Cost, Variabel Transaction Cost Variabel dependen : Rasio pembayaran Deviden

Secara Simultan Rasio Pembayaran deviden mempengaruhi dengan fokus perusahann, total aset, insider ownership sedangkan secara parsial hanya besarnya perusahaan yang memiliki pengaruh positif terhadap rasio pembayaran deviden

Taswan (2003)

Variabel Independen : Insider Ownership, Kebijakan Hutang, Nilai Perusahaan Variabel dependen : Nilai Perusahaan

Hasil Penelitiannya :

Insider Ownership memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan deviden, Profitabilitas memiliki pengaru positif terhadap hutang Sedangkan tingkat pertumbuhan, ukuran perusahaan dan resiko perusahaan tidak memiliki hub yang signifikan.


(39)

Endang dan Minaya ( 2003)

Variabel Independen : Insider Ownership, Dipersion Of

Ownership, free cash flow, collaterizable Assets dan tingkat pertumbuhan Variabel dependen : Kebijakan Deviden

Hasil penelitian secara simultan menunjukkan variabel bebas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan deviden.

Secara parsial : hanya Insider ownership dan tingkat pertumbuhan yang memiliki pengaruh negatif signifikan dengan kebijakan deviden.

Mondher Kouki & Moncef Guizani ( 2009)

Variabel Independen: Free cash Flow, Ownership of

institutional investors, Ownership of the state, Ownership of the five largest shareholders, Future growth opportunities Variabel dependen : Deviden Policy

Hasil Penelitian :

Free cash Flow, Ownership of institutional investors, Ownership of the state, Ownership of the five largest shareholders memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan deviden hanya Future growth opportunities yang meliki hubungan negatif dengan deviden Policy


(40)

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan landasan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu maka kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut :

H5

H1

H2

H3

H4

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual merupakan modal konseptual tentang bagaimana teori yang digunakan berhubungan dengan berbagai faktor yang telah peneliti indentifikasikan sebagai masalah penting. Berdasarkan kerangka konseptual diatas, dapat diketahui bahwa penelitian ini menguji Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Collaterizable Assets, dan tingkat pertumbuhan sebagai variabel independen terhadap Kebijakan Deviden sebagai variabel dependen.

Insider Ownership (X1)

Collaterizable Assets (X3)

Tingkat Pertumbuhan

(X4)

Kebijakan Deviden (Y)

Collaterizable Assets (X3)


(41)

Insider Ownership merupakan sebuah variabel determinan yang penting dalam kebijakan deviden khususnya pembayaran deviden suatu perusahaan (Taswan, 2003). Perusahaan dengan Insider ownership yang jumlahnya lebih besar mempunyai kinerja investasi yang lebih baik daripada perusahaan dengan insider ownership kecil, Insider ownership yang besar merupakan sinyal yang baik bagi pemegang saham.

Dispersion Of Ownership adalah penyebaran kepemilikan saham biasa, Dispersion of ownership dihitung dengan rumus variance, untuk menunjukan penyebaran kepemilikan saham. Semakin besar dispersion of ownership saham semakin terkonsentrasi pada kelompok tertentu, sesuai dengan teori keagenan, pemegang saham yang semakin menyebar akan mengakibatkan kesulitan dalam proses monitoring perusahaan sehingga akan menimbulkan masalah dalam pembayaran deviden dan akan mengurangi jumlah laba yang ditahan (Taswan, 2003)

Collaterizable Assets adalah besarnya aktiva yang di jaminkan oleh kreditur untuk menjamin pinjamannya, semakin besar collaterizable assets, maka semakin banyak dana yang digunakan untuk penjaminan, sehingga akan menurunkan nilai deviden dan dapat merugikan para pemegang saham. Menurut teori keagenan, masalah keagenan terjadi antara manajer dan pemegang saham. Semakin besar collaterizable assets, semakin besar dana perusahaan yang diinvestasikan pada aktiva tetap, sehingga semakin kecil deviden yang dibagikan. Oleh karena itu, semakin besar collaterizable assets semakin kecil deviden yang dibayarkan.


(42)

Tingkat pertumbuhan (Growth) pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari peningkatan perusahaan setiap tahunnya, semakin besar peningkatan profitabilitas perusahaan, tingkat pertumbuhan perusahaan dikatakan semakin meningkat. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan yang pesat akan membutuhkan dana investasi yang lebih besar. Peluang – peluang pertumbuhan yang lebih besar akan mengurangi pembayaran deviden, karena earning (pendapatan) yang dihasilkan digunakan untuk investasi guna meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Oleh karena itu, pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh kuat pada kebijakan penahanan laba.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan yang didefenisikan dengan baik mengenai karakteristik populasi (Rochaety 2007 :104). Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah :

H1 : Insider Ownership berpengaruh secara signifikan terhadap Kebijkan

deviden.

H2 : Dipersion Of Ownership berpengaruh secara signifikan terhadap

Kebijakan deviden.

H3 : Collaterizable Assets berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan

deviden.

H4 : Tingkat Pertumbuhan (Growth) berpengaruh secara signifikan terhadap


(43)

H5 : Insider Ownership, Dipersion Of Ownership, Collaterizable assets, dan

tingkat pertumbuhan bersama–sama berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan deviden.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan kerangka untuk merinci hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat dalam suatu penelitian, desain penelitian yang digunakan dalam hal ini adalah penelitian asosiatif kausal. Penelitian asosiatif kausal merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,2004:11). Hubungan kausal adalah hubungan sebab akibat antara variabel independen dengan variabel dependen (Rochaety,2007 : 28) dengan kata lain desain kausal berguna untuk mengukur hubungan–hubungan antar variabel riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2004:72) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2010, berdasarkan data yang diperoleh dari Indonesian Stock Exchage (IDX) 2011 dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2010 adalah sebanyak 452 perusahaan.


(45)

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian (Kuncoro, 2003:107). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive Sampling, yaitu pemilihan anggota sampel yang didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu atau ciri-ciri tertentu yang dimiliki oleh sampel itu (Soeratno dan Lincoln, 1993).

Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2007-2010.

2. Perusahaan membayar deviden tunai secara berturut-turut pada tahun 2007-2010.

3. Perusahaan mempunyai data insider ownership, dispersion of ownership, collaterizable assets dan pertumbuhan perusahaan.

Tabel 3.1

Proses Pemilihan Sampel

NO Keterangan Jumlah Sampel

1 Perusahaan Yang terdaftar di BEI tahun

2007-2010 452

2 Perusahaan yang tidak membayar Deviden Tunai

secara berturut-turut selama tahun 2007-2010 (281) 3 Perusahaan yang membayar deviden tunai tahun

2007-2010, tetapi tidak mempunyai data lengkap insider ownership, dispersion of ownership, collaterizable assets dan pertumbuhan perusahaan.

(155)

Sampel Final 16

Sumber : data sekunder da1 Tabel 2.1 menunjukkan bahwa dari 452 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), hanya terdaftar 16 perusahaan ( 3,53 % ) yang memenuhi karakteristik sampel yang digunakan.


(46)

Tabel 3.2

Daftar Nama Perusahaan Sampel

No Nama Perusahaan Kode

1 PT. Asuransi Ramayana Tbk ASRM

2 PT. Sepatu Bata Tbk BATA

3 PT. Berlian Laju Tanker Tbk BLTA

4 PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk DPNS

5 PT. Gudang Garam Tbk GGRM

6 PT.HM. Sampoerna Tbk HMSP

7 PT. Lion Metal Works Tbk LION

8 PT. Lautan Luas Tbk LTLS

9 PT. Metrodata Elektronik Tbk MTDL

10 PT. Rigs Tenders Indonesia Tbk RIGS

11 PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk RALS

12 PT. Samudera Indonesia Tbk SMDR

13 PT. Selamat Sempurna Tbk SMSM

14 PT. Trimegah Securities Tbk TRIM

15 PT. Tunas Ridean Tbk TURI

16 PT. Unilever Tbk UNVR

Total 16


(47)

3.3 Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan sumber datanya, data yang digunakan adalah data sekunder dimana sumber data tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Menurut Umar (2003:60), ”data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar, dan sebagainya sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain. ”Data sekunder untuk penelitian ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2010 dan situs resmi Bursa Efek Indonesia, yaitu www.idx.co.id berupa laporan keuangan sampel perusahaan yang dipublikasikan serta data harga saham perusahaan tersebut diperoleh dari laporan keuangan yang disajaikan di situs tersebut dan diperoleh dari diukur dalam skala numerik, data diperoleh dari gabungan dari data time series dan data Cross Sectional selama periode 2007-2010 untuk beberapa perusahaan yang terpilih menjadi sampel penelitian. Penelitian ini diambil dari 16 perusahaan yang terpilih selama periode 4 tahun (2007-2010).

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data sebagai berikut :

a. Tahap pertama dilakukan melalui studi pustaka (literatur) yakni dengan menelaah jurnal-jurnal ilmiah akuntansi dan keuangan, buletin, artikel, serta buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.


(48)

b. Tahap Kedua pengumpulan data melalui studi dokumentasi, yaitu mengumpulkan data-data berupa laporan keuangan dan harga saham pada sampel perusahaan yang dipublikasikan oleh BEI selama tahun (2007-2010) melalui penelusuran dengan format elektronik yang diperoleh dari situs resmi Indonesia Stock Exchange (IDX) dan Indonesia Capital Market Directory (ICMD).

3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.5.1Variabel Independen (variabel bebas)

Variabel independen menurut Hermawan (2003: 32) adalah “variabel yang mempengaruhi variabel terikat secara positif dan negatif “.

Variabel independen dalam penelitian ini meliputi : a. Insider Ownership (X1)

Insider Ownership adalah pemilik yang sekaligus menjadi pengelola perusahaan yang terdiri dari direktur dan komisaris. Insider ownership semakin besar maka merupakan sinyal yang baik bagi pemegang saham karena mempunyai kinerja investasi yang lebih baik.

Insider ownership dapat dilihat dari persentase saham yang dimiliki oleh direksi dan komisaris yang dibandingkan dengan total saham perusahaan.

Insider Ownership dihitung dengan rumus (Taswan, 2003) : Jumlah Saham yang dimiliki komisaris dan Direktur

INSIDER =


(49)

b. Dispersion Ownership (X2)

Dispersion Ownership dihitung dengan rumus variance, karena besarnya nilai variance menunjukkan bahwa data kepemilikan saham semakin terkonsentrasi pada satu atau beberapa pemegang saham. Variance merupakan suatu ukuran dari sebaran disekitar rata-rata hitung. Dispersion of ownership dihitung derngan formula:

Rumus Dipersion of Ownership ( Taswan, 2003):

Variance =

1 ) (

1

2 1

− −

=

n n

i

χ χ

Keterangan :

X1: persentase kepemilikan saham satu kelompok. X : rata-rata kepemilikan saham

n : jumlah data

c. Collaterizable Assets (X3)

Collaterizable Aseets (COLLAS) adalah besarnya aktiva yang dijaminkan oleh kreditur untuk menjamin pinjamannya. Semakin besar aktiva yang dijaminkan, maka akan banyak dana yang digunakan untuk menjamin kelangsungan pemakaian collaterizable assets. Collaterizable assets merupakan perbandingan antara rasio total aktiva tetap bersih dengan total aktiva.

Collaterizable assets dihitung dengan rumus (Taswan, 2003) : Total Aktiva tetap – Akumulasi Penyusutan

Collaterizable assets = Total Aktiva


(50)

d. Tingkat Pertumbuhan (X4)

Tingkat pertumbuhan suatu perusahaan dapat dilihat dari profitabilitas perusahaan yang meningkat setiap tahunnya. Semakin baik profitabilitas suatu perusahaan maka tingkat pertumbuhan perusahaan dapat dikatakan semakin meningkat.

Tingkat pertumbuhan perusahaan dihitung dengan rumus (Taswan, 2003):

g = r x ROE Keterangan :

g : tingkat pertumbuhan perusahaan

r : rasio penahanan laba (profitretention rate) ROE : tingkat pengembalian ekuitas.

3.5.2 Variabel Dependen ( Terikat )

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kebijakan deviden, yaitu Keputusan manager tentang berapa besar prosentase laba saat ini yang akan di gunakan untuk membayar deviden.

Kebijakan Deviden diukur dengan perbandingan antara deviden yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapat dan biasanya disajikan dalam bentuk prosentase dividend payout ratio.

DPR ini dapat dihitung dengan rumus (Taswan, 2003) : Deviden Per Lembar Saham

DPR =


(51)

Tabel 3.3

Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Defenisi Operasional Pengukuran Rasio

1. Independen Insider

Ownership ( INSIDER)

pemilik sekaligus pengelola perusahaan dapat dilihat dari persentase saham yang dimiliki direksi & komisaris yang dibandingkan dengan total saham perusahaan

Jmlh saham yang dimilikiKomisaris&Direktur

INSIDER: Total Saham Rasio Dispersion Of Ownership (DIPERSION)

Jumlah pemegang saham yang mewakili satu kelompok. Rasio ini menggunakan rumus variance. Sehingga dapat menunjukkan konsentrasi kepemilikan saham

1

)

(

1 2 1

=

=

n

Variance

n i

χ

χ

Rasio Collaterizab le assets (COLLLAS)

Rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya aktiva yang dijaminkan oleh kreditur untuk menjamin

pinjamannya.

Tot. Tetap - Akum.Penysutan Collas =

Total Aktiva Rasio Tingkat Pertumbuhan Mengukur tingkat pertumbuhan perusahaan dilihat dari profitabilitas perusahaan

g = r x ROE

Rasio

2. Dependen Kebijakan

Deviden

Kebijakan Deviden yaitu keputusan manajer dalam mengukur persentase laba yang akan digunakan untuk membayar deviven

Deviden Per Lembar Saham DPR =

Laba Bersih Per Lembar Saham

Rasio

Sumber : Data diolah penulis, 2011 3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan bantuan software SPSS 18.0. Sebelum dianalisis,


(52)

peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis karena data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sering bersifat bias dan tidak efisien. Untuk memperoleh nilai yang tidak bias dan efisien dari model persamaan linear maka haruslah memenuhi asumsi-asumsi klasik yang mendasari model linear. Setelah data memenuhi asumsi-asumsi klasik maka data layak dianalisis lebih lanjut untuk pengujian hipotesis dengan analisis pengujian linear.

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah hasil analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini terbebas dari penyimpangan asumsi klasik karena data yang digunakan adalah data sekunder, maka untuk menentukan ketepatan model perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang mendasari model regresi. Penyimpangan asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, multikolinearitas, heterokedastisitas dan autokorelasi.

3.6.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi linier variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak. Menurut Erlina (2008:102), “tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan uji T dan uji F mengasumsikan


(53)

bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan dengan pengujian berikut:

1. Uji Kolmogrov Smirnov

Jika nilai signifikan > 0.05 maka distribusi normal, sedangkan nilai signifikan < 0.05 maka distribusi tidak normal.

Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah:

Ho : Data residual berdistribusi normal, dan

Ha : Data residual tidak berdistribusi normal.

2. Histogram

Pengujian dengan model histogram memiliki ketentuan bahwa data normal berbentuk lonceng, normalitas dapat dideteksi dengan melihat histogram dari nilai residualnya. Data yang baik adalah data yang memiliki pola distribusi normal, jika data melenceng ke kanan atau melenceng ke kiri berarti data tidak terdistribusi secara normal.

3. Grafik Normality Probability Plot

Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.


(54)

1. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data tidak normal, ada beberapa cara mengubah model regresi menjadi normal yaitu:

a) lakukan transformasi data, misalnya mengubah data menjadi bentuk logaritma (Log) atau natural (ln),

b) menambah jumlah data,

c) menghilangkan data yang dianggap sebagai penyebab tidak normalnya data, dan menerima data apa adanya.

3.6.1.2 Uji Multi Kolinearitas

Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel

independen antara yang satu dengan yang lainnya. Uji multikolinieritas

bertujuan untuk menguji apakah model regresi mempunyai korelasi antar

variabel bebas. Menurut Umar (2003:132) ”multikolinearitas adalah ada tidaknya korelasi yang sempurna atau korelasi yang tidak sempurna tetapi relatif tinggi pada variabel-variabel bebasnya”. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Dalam

hal ini disebut variabel-variabel bebas ini tidak ortogonal. Variabel-variabel

bebas yang bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai

korelasi diantara sesamanya sama dengan nol. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF antar variabel independen. Jika nilai


(55)

VIF lebih besar dari 10, maka terjadi multikolinearitas di antara variabel independen.

Menurut Ghozali (2005:91), untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:

a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independennya banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

b. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya > 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.

c. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari a) nilai tolerance dan lawannya b) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance


(56)

yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1/Tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10.

3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2005:11). Suatu model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas, deteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tak ada pola yang jelas maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas, salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat pada grafik scatter plot.

3.6.1.4 Uji Autokolerasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Metode regresi yang baik apabila tidak terdapat autokorelasi. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2005:95). Untuk menguji ada tidaknya gejala autokorelasi maka dapat dideteksi dengan uji


(57)

Durbin-Waston (DW test). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:

a. angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif,

b. angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi,

c. angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. 3.6.2 Pengujian Hipotesis

Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Analisis ini digunakan untuk mengukur kekuatan dua variabel atau lebih dan juga menunjukan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Rumus dari regresi linier berganda (multiple linier regresion) adalah:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e Keterangan :

Y : Pembayaran deviden ( deviden payout ratio) a : Konstanta

X1 :insider ownership X2 : dispersion of ownership X3 : Collaterizable assets X4 :Tingkat Pertumbuhan

B1,2,3,4 : Koefisien regresi variabel X1.2.3,4

e : Variabel Pengganggu (error)


(58)

3.6.2.1 Uji Signifikansi Simultan (F-Test)

Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F. Uji F dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh secara bersama-sama

variabel independen terhadap variabel dependen. Menurut Ghozali (2005:84) “uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat”. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah sebesar 5%, dengan derajat kebebasan df = (n-k-1), dimana (n) adalah jumlah observasi dan (k) adalah jumlah variabel. Uji ini dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel dengan ketentuan sebagai berikut:

1. jika Fhitung < Ftabel pada α 0.05, maka H0 diterima, dan

2. jika Fhitung > Ftabel pada α 0.05, maka Ha diterima

Uji Signifikansi : 1. Jika Probabilitas < 0,05 maka Ha dapat diterima 2. Jika Probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak

3.6.2.2 Uji Signifikansi Parsial

Secara parsial, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t. Uji t dilakukan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel independennya. Menurut Ghozali (2005:84) “uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen”. Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5%, dengan derajat kebebasan df = (n-k-1), dimana (n) adalah jumlah observasi dan


(59)

(k) adalah jumlah variabel. Uji ini dilakukan dengan membandingkan thitung dengan ttabel dengan ketentuan sebagai berikut:

a. jika thitung < ttabel pada α 0.05, maka H1 ditolak, dan

b. jika thitung > ttabel pada α 0.05, maka H1 diterima.

Uji Signifikansi :1. Jika Probabilitas < 0,05 maka Ha dapat diterima 2. Jika Probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak.

8.5 Jadwal Penelitian

Adapun jadwal penelitian dapat dilihat dalam tabel 4.1 Tabel 3.4

Jadwal Penelitian Tahapan

Penelitian

JULI 2011

AGST 2011

SEPT 2011

OKT 2011

NOV 2011

DES 2011 Pengajuan

Judul Penyelesaian

Proposal Bimbingan

Proposal Seminar

Proposal Pengumpulan

data Pengolahan

data Bimbingan

dan

penyelesaian skripsi Ujian

komperhensif Sumber : Data Diolah Penulis, 2011


(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian

Dalam bab ini penulis akan menganalisis data yang telah terkumpul. Jenis data yang digunakan berupa data sekunder dan data yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 16 perusahaan yang menjadi sampel & merupakan hasil dari pemilihan sampel dengan metode purposive sampling dengan populasi sebanyak 452 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2010. Sehingga diperoleh hasil sampel berjumlah 16 x 4 tahun = 64 observasi. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) peiode 2007-2010 dengan cara mendownload melalui situs (Indonesian Capital Market Directory). Hasil pengolahan data berupa informasi apakah Deviden Payout Ratio dipengaruhi oleh ratio keuangan meliputi Insider Ownership, Dispersion of ownership, Collaterizable assets dan Tingkat pertumbuhan serta seberapa besar pengaruhnya.

4.2 Analisis Data Penelitian. 4.2.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif ini memberikan gambaran mengenai nilai minimum, nilai maksimum, mean, serta standar deviasi. Statistik deskriptif adalah proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami. Statistik deskriptif akan dijelaskan dalam tabel berikut ini.


(61)

Tabel 4.1

Uji Statistik Deskriftif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Insider 64 ,05 84,68 13,7537 23,25200

Dispersion 64 38,92 2669,60 546,7305 536,90660

Collas 64 ,01 ,83 ,2966 ,22163

Growth 64 -,78 71,07 16,2469 10,78162

DPR 64 ,04 239,15 35,3917 31,55612

Valid N (listwise)

64

Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2011 Penjelasan tabel 4.1 diatas sebagai berikut :

a. Variabel Insider Ownership memiliki sampel (N) sebanyak 64; nilai minimum (terkecil) 0,05; nilai maksimum (terbesar) 84,68; mean (nilai rata-rata) 13,753; dan standar deviation (simpangan baku) variabel ini adalah 23,252.

b. Variabel Dispersion Of Ownership memiliki sampel (N) sebanyak 64; nilai minimum (terkecil) 38,92; nilai maksimum (terbesar) 2669,60; mean (nilai rata-rata) 546,73; dan standar deviation (simpangan baku) variabel ini adalah 536,90.

c. Variabel Collaterizable Assets (COLLAS) memiliki sampel (N) sebanyak 64; nilai minimum (terkecil) 0,01; nilai maksimum (terbesar) 0,083; mean (nilai rata-rata) 0,296; dan standar deviation (simpangan baku) variabel ini adalah 0,221.

d. Variabel Tingkat Pertumbuhan (GROWTH) memiliki sampel (N) sebanyak 64; nilai minimum (terkecil) -0,78; nilai maksimum (terbesar)


(62)

71,07; mean (nilai rata-rata) 16,246; dan standar deviation (simpangan baku) variabel ini adalah 10,781.

e. Variabel Deviden Payout Ratio (DPR) memiliki sampel (N) sebanyak 64; nilai minimum (terkecil) 0,04; nilai maksimum (terbesar) 239,15; mean (nilai rata-rata) 35,391; dan standar deviation (simpangan baku) variabel ini adalah 31,556.

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik

Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik diperlukan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian hipotesis. Menurut Ghozali (2005:123), asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah :

a. berdistribusi normal,

b. non-multikolinearitas yaitu antara variabel independen dalam model regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun mendekati sempurna,

c. non-autokorelasi yaitu kesalahan pengganggu dalam model regresi tidak saling berkorelasi,

d. non-heterokedastisitas yaitu variance variabel independen dari satu pengamatan ke pengamatan lain adalah konstan atau sama.

4.2.2.1 Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non parametrik yang digunakan untuk mengetahui apakah data sudah terdistribusi secara normal atau tidak. Ghozali (2005:115), memberikan pedoman pengambilan keputusan rentang data mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov- Smirnov, dapat dilihat dari:


(63)

a. Jika nilai signifikan < 0,05 maka distribusi data tidak normal, b. Jika nilai signifikan > 0,05 maka distribusi data normal. Hipotesis yang digunakan adalah :

Ho : Data residual berdistribusi normal, dan Ha : Data residual tidak berdistribusi normal.

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas

One Sample Kolmogorov- Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 64

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 17,89017030

Most Extreme Differences

Absolute ,081

Positive ,081

Negative -,051

Kolmogorov-Smirnov Z ,651

Asymp. Sig. (2-tailed) ,791

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Output SPSS 18.00, Diolah Penulis 2011

Berdasarkan hasil uji statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov seperti yang terdapat dalam tabel 4.2 dapat diketahui bahwa :

1. Dari hasil pengolahan data pada tabel 4.2 diperoleh besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,651 dengan probabilitas signifikan Asymp.Sig.(2-tailed) adalah 0,791. Nilai tersebut di atas α = 0,05 (5 %) karena Asymp.Sig.(2-tailed) lebih besar dari α/2 (0,05). Hal ini berarti


(64)

data residual terdistribusi secara normal. Dengan demikian, Ha ditolak dan Ho diterima.

2. Setelah data berdistribusi normal dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas berikut ini dilampirkan grafik histogram dan grafik p-plot data yang telah berdistribusi normal.

Sumber : Output SPSS, Diolah Penulis, 2011 Gambar 4.1

Histogram

Grafik histogram menunjukkan pola distribusi normal karena grafik tidak menceng (skewness) kiri maupun menceng kanan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi


(65)

normalitas. Demikian pula hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik normal p-plot seperti dibawah ini

Sumber : Output SPSS, Diolah Penulis, 2011 Gambar 4.2

Grafik Normal P-Plot

Berdasarkan grafik normal p-plot di atas terlihat bahwa data menyebar disekitar garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi nomalitas, hal ini sesuai dengan pernyataan Ghozali (2005:112), dimana pendeteksian normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik, yaitu jika data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti


(1)

Lampiran vii

Uji Statistik Deskriftif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Insider 64 ,05 84,68 13,7537 23,25200

Dispersion 64 38,92 2669,60 546,7305 536,90660

Collas 64 ,01 ,83 ,2966 ,22163

Growth 64 -,78 71,07 16,2469 10,78162

DPR 64 ,04 239,15 35,3917 31,55612

Valid N (listwise)

64

Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2011

Lampiran viii

Hasil Uji Normalitas

One Sample Kolmogorov- Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 64

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 17,89017030 Most Extreme

Differences

Absolute ,081

Positive ,081

Negative -,051

Kolmogorov-Smirnov Z ,651

Asymp. Sig. (2-tailed) ,791

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(2)

(3)

Lampiran x

Grafik Normal P-Plot

Hasil Uji Multikolinearitas

Sumber :

Output

SPSS, diolah Penulis, 2011

Lampiran xi

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)

Insider ,711 1,407 Dispersion ,861 1,161

Collas ,938 1,066

Growth ,773 1,294


(4)

Lampiran xii

Hasil Uji Autokolerasi

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,824a ,679 ,657 18,48667 1,965

a. Predictors: (Constant), Growth, Collas, Dispersion, Insider b. Dependent Variable: DPR

Sumber :

Output

SPSS, diolah Penulis, 2011

Lampiran xiii

Analisis Hasil Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -,714 6,315 -,113 ,910

Insider ,096 ,119 ,071 ,811 ,421

Dispersion -,002 ,005 -,032 -,401 ,690

Collas -4,952 10,848 -,035 -,456 ,650


(5)

Lampiran xiv

Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,824a ,679 ,657 18,48667

a. Predictors: (Constant), Growth, Collas, Dispersion, Insider b. Dependent Variable: DPR


(6)

Lampiran xv

Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 42571,030 4 10642,757 31,141 ,000a Residual 20163,666 59 341,757

Total 62734,696 63

a. Predictors: (Constant), Growth, Collas, Dispersion, Insider b. Dependent Variable: DPR

Sumber :

Output

SPSS, diolah Penulis, 2011

Lampiran xvi

Hasil Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -,714 6,315 -,113 ,910

Insider ,096 ,119 ,071 ,811 ,421

Dispersion -,002 ,005 -,032 -,401 ,690

Collas -4,952 10,848 -,035 -,456 ,650

Growth 2,294 ,246 ,784 9,335 ,000

a. Dependent Variable: DPR


Dokumen yang terkait

Pengaruh Insiders Ownership, Institutional Ownership Dan Shareholders Dispersion Terhadap Struktur Modal

0 41 83

Pengaruh Insider Ownership, Dispersion Of Ownership, Free Cash Flow, Collaterizable Assets Dan Tingkat Pertumbuhan Terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) Pada Perusahaan–Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2008

2 45 115

PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, OUTSIDER OWNERSHIP, DIVIDEND PAYOUT RATIO, DAN EARNINGS VOLATILITY TERHADAP KEBIJAKAN UTANG PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 5 79

Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 2 66

ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, INSIDER OWNERSHIP DAN OUTSIDER OWNERSHIP TERHADAP AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 101

Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 0 9

Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 1 2

Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 0 8

Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 0 17

ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, INSIDER OWNERSHIP DAN OUTSIDER OWNERSHIP TERHADAP AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 2 22