Kota Dr. Rujiman, SE, MA

rumah tangganya dengan menggunakan perangkat atau kelembagaan pengambilan keputusan yang ada. Apabila melihat perkembangan desa-desa di Indonesia, menurut Soetarjo 2003 bahwa desa-desa tersebut awalnya merupakan tempat tinggal sementara kelompok orang yang memiliki mata pencaharian bersama. Kebiasaan hidup berpindah menyebabkan tidak mungkin hanya melakukannya satu keluarga. Oleh karena itu mereka membentuk rombongan besar untuk dapat membuka lahan baru secara bersama. Perkembangan selanjutnya mereka menetap hingga menjadi desa baru.

2.4. Kota

Secara umum kota adalah suatu tempat yang penduduknya padat rumah- rumahnya berkelompok dan mata pencahariannya penduduknya di sektor industri dan jasa. Menurut Bintarto menjelaskan bahwa kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata ekonomi yang heterogen dan bercorak materialistis atau sebagai bentuk budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dengan daerah belakangnya Hinterland. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah menjelaskan bahwa kota merupakan kawasan yang mempunyai kegiatan utamanya bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa, pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan sosial. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 4 Tahun 1980 menjelaskan bahwa kota adalah suatu wadah Universitas Sumatera Utara yang memiliki batas administrasi wilayah seperti kotamadya dan kota administratif. Kota juga berarti suatu lingkungan kehidupan perkotaan yang memiliki ciri non agraris, misalnya Ibu Kota Kabupaten, Ibu Kota Kecamatan yang berfunsi sebagai pusat pertumbuhan. Pada perkembangan berikutnya desa secara resmi dijadikan kesatuan terkecil dari pemerintahan. Keadaan itu ditetapkan dalam peraturan resmi Negara dan dijadikan sebagai wilayah terkecil mobilitas pembangunan. Menurut Yuliati 2003 mengatakan bahwa pengelompokan desa dapat dilakukan dengan jalan melakukan penghitungan baik secara kualitatif maupun kuantitatif atas semua aspek kehidupan masyarakatnya baik fisik maupun non fisik. Indikator fisik bersifat relatif tetap yakni daya dukung alam menyangkut potensi, iklim, kesuburan tanah, potensi hutan, air, pertambangan, perikanan dan lain-lain. Menurut Roucek dalam Bintarto mengemukakan bahwa interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal-balik dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung melalui berita yang didengar atau melalui surat kabar. Interaksi adalah kontak atau hubungan yang terjadi antara dua wilayah atau lebih perkotaan dengan pedesaan beserta hasil hubungannya. Interaksi antara desa dan kota terjadi karena berbagai faktor atau unsur yang ada dalam desa kota dan diantara desa dan kota. Kemajuan masyarakat desa perluasan jaringan jalan desa-kota integrasi atau pengaruh kota terhadap desa kebutuhan timbal balik desa-kota telah memacu interaksi desa-kota. Dengan adanya kemajuan di bidang perhubungan dan lalu lintas antar-daerah maka sifat isolasi desa berangsur-angsur berkurang. Desa-desa yang dekat dengan kota telah banyak mendapat pengaruh kota sehingga Universitas Sumatera Utara persentase penduduk desa yang bertani berkurang dan beralih dengan pekerjaan nonagraris. Daerah-daerah pedesaan di perbatasan kota yang dipengaruhi oleh tata kehidupan kota disebut “rural-urban areas”. Dengan perkembangan di bidang prasarana dan sarana transportasi ada kemungkinan gejala urbanisasi. Perpindahan penduduk desa ke kota dapat berkurang dan mereka cukup dapat melakukan tugasnya di kota dengan memanfaatkan angkutan umum dan selanjutnya menjadi penglaju. Perkembangan ini juga mempengaruhi bidang-bidang lain seperti pendidikan dan perdagangan. Gedung-gedung sekolah dapat didirikan juga di desa-desa yang letaknya jauh dari kota dan para pengajarnya dapat datang bertugas dari kota kecamatan dan kota kabupaten. Perdagangan antardesa-kota yang berupa barang-barang hasil kerajinan tangan dan terutama hasil pertanian dapat terlaksana dengan lancar sehingga para konsumen di kota masih bisa membeli sayur-mayur dan buah-buahan yang masih segar. Pasar-pasar kecil juga bermunculan di tempat-tempat tertentu di tepian kota. Daerah-daerah rural urban ini makin lama berkembang sebagai daerah hinterland. Hasil-hasil bumi dari desa dan hasil industri dari kota diperdagangkan di daerah urban ini. Bertambahnya penduduk dan jaringan lalu lintas di daerah ini akan mempercepat terjadinya suatu kota kecil yang baru. Dengan demikiandaerah hinterland merupakan daerah belakang yang berfungsi sebagai pemasok bahan pangan untuk daerah kota. oleh karena itu besarnya pengaruh daerah hinterland terhadap daerah kota ditentukan juga oleh tipe desa yang akan memberikan kontribusi perekonomian untuk daerah kota. Sehingga pembangunan masyarakat desa meliputi seluruh aspek kehidupan Universitas Sumatera Utara masyarakat serta dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong royong. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masayarakat desa sehingga peningkatan dan pengembangan Desa Swadaya ke Desa Swakarya selanjutnya menuju Desa Swasemabada dapat terwujud. Klasifikasi desa dalam tiga tingkatan itu yaitu Desa Swadaya, Desa Swakarsa dan Desa Swasembada. Berikut akan dibahas mengenai tingkatan desa.

2.4.1. Desa Swadaya

Berdaraskan instruksi Menteri Dalam Negeri No. 11 Tahun 2005 Desa swadaya merupakan desa yang paling terbelakang dengan budaya kehidupan yang masih tradisional sangat terkait dengan adat istiadat atau sering kita sebut sebagai desa tradisional. Desa ini biasanya mempunyai tingkat kesejahteraan yang rendah, sarana yang minim serta sangat tergantung pada alam. Pada sisi lain desa swadaya masih tergantung pada sektor ekonomi primer atau budidaya serta kurang mengoptimalkan potensi alam. Secara umum ciri-ciri desa swadaya adalah sebagai berikut: 1 Lebih dari 50 penduduk bermata pencaharian di sektor primer berburu, menangkap ikan, dan bercocok tanam secara tradisional 2 Produksi desa sangat rendah di bawah 50 juta rupiahtahun 3 Adat istiadat masih mengikat kuat 4 Pendidikan dan keterampilan rendah, kurang dari 30 yang lulus SD 5 Prasarana masih sangat kurang 6 Kelembagaan formal maupun informal kurang berfungsi dengan baik Universitas Sumatera Utara 7 Swadaya masyarakat masih sangat rendah sehingga kerap kali pembangunan desa selalu menunggu dari atas. Sehubungan dengan hal tersebut Wardiyatmoko menjelaskan bahwa Desa Tradisional Swadaya memiliki ciri-ciri : 1 Masih tradisional 2 Bersifat subsistence minded sekedar mencukupi kebutuhan primer 3 Hasil produksinya rendah 4 Tingkat pendidikan sangat rendah 5 Administrasi pemerintah belum berkembang 6 Sarana dan prasarana sangat terbatas Menurut Departemen Dalam Negeri 2000 bahwa Desa swadaya merupakan suatu wilayah pedesaan yang hampir seluruh masyarakatnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara mengadakan sendiri. Ciri-cirinya yaitu masyarakat yang ada di wilayah ini jarang berhubungan dengan masyarakat luar sehingga proses kemajuan diperoleh sebanyak hasil interaksi dengan wilayah lainnya berjalan sangat lambat. Selanjutnya menurut BAPPEDA Sumatera Utara 2008 Desa Swadaya adalah desa yang memiliki ciri-ciri : 1 Sebahagian besar kehidupan penduduknya masih menggantungkan pada alam 2 Hasilnya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari 3 Administrasi desa belum berfungsi dengan baik 4 Lembaga-lembaga desa belum berfungsi dengan baik 5 Tingkat pendidikan dan produktivitas penduduknya masih rendah Universitas Sumatera Utara 6 Belum mampu dalam menyelenggarakan urusan pemerintah sendiri.

2.4.2. Desa Swakarya

Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 11 Tahun 2005 bahwa Desa swakarya telah mengalami perkembangan agak maju dibandingkan dengan desa swadaya dan ini telah memiliki landasan untuk berkembang lebih baik serta penduduknya relatif lebih kosmopolit. Secara umum ciri-ciri desa swakarya adalah sebagai berikut : 1 Mata pencaharian penduduk mulai berkembang dari sektor primer ke industri, penduduk desa mulai menerapkan teknologi pada usaha taninya, dan perkembangan kerajinan serta sektor sekunder mulai berkembang. 2 Produksi desa masih pada tingkat sedang, yaitu 50-100 juta rupiahtahun 3 Adat istiadat dalam keadaan transisi dimana dominasi adat mulai luntur. 4 Kelembagaan formal maupun informal mulai berkembang ada 4-6 lembaga yang hidup. 5 Keterampilan masyarakat dan pendidikannya pada tingkat sedang 30- 60 telah lulus SD 6 Fasilitas dan prasarana mulai ada mesti tidak lengkap, paling tidak ada 4-6 sarana umum yang tersedia di masyarakat 7 Swadaya dan gotong royong dalam pembangunan desa mulai tampak walau tidak sepenuhnya. Universitas Sumatera Utara wardiyatmoko menjelaskan bahwa desa swakarya memiliki ciri-ciri: 1 Lebih maju dari desa swadaya 2 Pengaruh luar dan teknologi mulai masuk 3 Hasil produksinya mulai meningkat 4 30-60 dari jumlah penduduk tamat SD 5 Administrasi pemerintahan dan hubungan desa mulai berkembang 6 Komunikasi dengan daerah luar mulai meningkat Berdasarkan Departemen dalam Negeri 2000 menjelaskan bahwa desa swakarsa merupakan desa yang masyarakatnya sudah lebih maju di bandingkan dengan desa swadaya. Ciri-cirinya : a. Hasil produksi selain untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari juga di jual dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya. b. Masyarakat sudah melakukan kontak dengan desa lainnya. Selanjutnya menurut BAPPEDA Sumatera Utara 2008 Desa Swakarsa adalah desa yang memiliki ciri-ciri: 1 Sudah mampu menyelengarakan urusan rumah tangga sendiri. 2 Lembaga sosial desa dan pemerintahan sudah berfungsi. 3 Administrasi desa sudah berjalan. 4 Adat istiadat mulai longgar. 5 Mata pencarian mulai beragam. 6 Sudah ada hubungan dengan daerah sekitarnya. Universitas Sumatera Utara

2.4.3. Desa Swasembada

Berdasarkan instruksi menteri Dalam Negeri No.11 Tahun 2005 bahwa desa swasembada merupakan desa yang memiliki kemandirian lebih dalam segala hal terkait dengan aspek sosial dan ekonominya. Desa ini mulai berkembang dan maju dengan petani yang tidak terikat pada adat istiadat lagi. Selain itu sarana dan prasarana telah lengkap namun tidak selengkap kota serta perekonomian telah mengarah pada industri dan jasa. Perdagangan dan sektor sekunder telah berkembang sehingga secara umum Desa Swasembada dapat dicirikan sebagai berikut: 1 Mata pencaharian penduduk sebahagian besar disektor jasa dan perdagangan atau lebih dari 55 penduduk bekerja disektor tersier 2 Produksi telah tinggi penghasilan seluruh usaha yang ada di desa di atas 100 juta rupiah pertahun 3 Adat istiadat tidak mengikat lagi meskipun sebahagian masyarakat masih mengunakannya 4 Kelembagaan telah berjalan sesuai dengan fungsinya dan telah ada 7- 9 lembaga yang hidup 5 Pendidikan dan keterampilan telah tinggi 60 telah lulus SD dan sekolah lanjutan bahkan telah lulus perguruan tinggi 6 Prasarana dan sarana baik 7 Penduduk punya inisiatif sendiri melalui swadaya dan gotong royong dalam membangun desa. Sehubungan dengan hal tersebut Wardiyatmoko menjelaskan bahwa Desa Swasembada atau Desa Berkembang memiliki ciri-ciri Universitas Sumatera Utara 1 Pengaruh pembaharuan sudah mulai ada 2 Adat istiadat tidak terlalu mengikat lagi 3 Penerapan teknologi baru benar-benar dimanfaatkan sehingga produksi maningkat 4 Sarana dan prasarana desa sudah mulai baik sehingga hubungan dengan kota lancar 5 Dapat berdiri diatas kaki sendiri 6 Berdasarkan Departemen Dalam Negeri 2000 menjelaskan bahwa desa swasembada merupakan desa maju sehingga sistim pemerintahan berjalan dengan baik. Ciri-cirinya : a. Sistem administrasi berjalan denga baik, lembaga sosial sudah berfungsi. b. Mata pencaharian tidak tergantung hanya pada bidang pertanian saja. c. Sarana dan prasarananya sudah baik. Selanjutnya menurut BAPPEDA sumatera Utara 2008 Desa Swasembada adalah desa yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1 Sarana dan prasarana lengkap. 2 Pengelolaan administrasi telah dilaksanakan dengan baik. 3 Pola pikir masyrakat lebih rasional. 4 Mata pencaharian penduduk sebahagian besar jasa dan perdagangan. Untuk mengetahui apakah desa itu termasuk Swadaya, Swakarya atau Swasembada tentu perlu indikator dan pengukuran yang tepat.Sebagaimana indikator diatas ada dua macam yakni fisik relatif tetap dan non fisik selalu berkembang. Indikator tetap terdiri dari kepadan penduduk D, keadaan alam N, dan letak desa dengan pusat kemajuan U. Indikator berkembang adalah mata Universitas Sumatera Utara pencarian E, produksi Y, adat istiadat A, kelembagan L, pendidikan keterampilan Pd, swadaya Gr, serta sarana dan prasarana p. Seluruh indikator itu kemudian dijumlahkan = E+Y+A+L+pd+Gr+P. Apabila nilai yang diperoleh 7-11 maka termasuk Desa Swadaya, 12-16 adalah Desa Swakarya, dan 17-21 adalah skor Desa Swasembada. Desa desa tersebut dapat diklasifikasikan dengan ciri-cirinya meliputi : kepadatan penduduk, keadaan alam, orbitasi, mata pencarian, produksi, pendidikan, sarana dan prasarana, serta adat istiadat, seperti uraian dibawah ini : 1. Kepadatan penduduk Jumlah penduduk di suatu daerah atau negara mengalami perubahan dari waktu kewaktu. Perubahan ini disebut dinamika penduduk. Perubahan penduduk ini meliputi kelahiran, kematian, dan migrasi. Sedangkan jumlah penduduk yang meningkat dari tahun ke tahun disebut pertumbuhan penduduk. Penduduk merupakan sekumpulan orang-orang yang telah lama menempati suatu daerah. Kepadatan penduduk dapat dihitung berdasarkan jumlah penduduk untuk setiap satu kilometer persegi. Cara menghitungnya adalah dengan membandingkan jumlah penduduk disuatu daerah dengan luas daerah yang ditempati. 2. Keadaan Alam Sajogyo 1983 mengemukakan bahwa keadaan alam dengan tiga indikator sebagai salah satu faktor dasar untuk menilai perkembangan suatu desa. Adapun indikator-indikator keadaan alam tersebut sebagai mana pada tabel berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2. Penilaian Keadaan Alam No Indikator Kriteria Skor A Landform 1. Pegunungan 2. Bukit 3. Dataran 5 15 25 B Curah hujan 1. 2000 mmtahun 2. 2000-3000 mmtahun 3. 3000 mmtahun 5 15 25 C Produktivitas tanah 1. Kurang 2. Sedang 3. Tinggi 5 15 25 3. Orbitrasi Menurut Enuk dan Bagja 2008 mengemukakan bahwa orbitasi merupakan jarak desa ke pusat fasilitas sosial budaya yang dipengaruhi oleh kelancaran transportasi meliputi: 1 Jarak ke Ibukota Provinsi maksimal 60 km, jalan aspalbatu = orbitasi Primer I 2 Jaral ke ibukota Kabupaten 30 km, jalan aspalbatu = Orbitasi Sekunder II 3 Jarak ke ibukota kecamatan 30 km, jalan aspalbatu = Orbitasi Tersier III 4 Jalan tanah, tidak lancar, terisolir = Orbitasi kuarter IV 5 Jika 1,2,3 ada, dipilih terlancar dan terdekat. 4. Mata Pencaharian Universitas Sumatera Utara Mata pencaharian penduduk merupakan suatu aktivitas untuk mempertahankan hidupnya. Corak dan ragam aktivitas ekonomi berbeda-beda yang sesuai dengan kemampuan penduduk dan tata geografis daerah Bintaro, 1977. Penyediaan lapangan pekerjaan biasanya mengikuti perkembangan aspek ekonomi yang terjadi. Pada masa awal perkembangan ekonomi penduduk lebih banyak bekerja disektor pertanian kemudian sejalan dengan perkembangan ekonomi terjadi pergeseran lapangan pekerjaan menuju lapangan pekerjaan semakin kompleks yaitu sektor industri dan akhirnya sampai ketahap jasa sugiharto, 2006. Kemudian menurut anwar 1992 mengemukakan bahwa berdasarkan sektornya ketenagakerjaan terdiri dari sektor pertanian, industri dan jasa. Pada masyarakat desa mayoritas matapencahariannya adalah bertani. Hal ini sesuai dengan pendapat Quin dalam Asyari 1993 yang menerangkan bahwa desa bersifat agraris. Oleh karena itu lapangan kerja warganya adalah bidang pertanian mereka umumnya masih tergantung kepada alam. Menurut Sajogyo 1996 mengemukakan Pendapatan keluarga adalah jumlah penerimaan hasil dari seluruh sumber mata pencaharian ditambah nilai tenaga kerja keluarga yang dicurahkan dalam bentuk rupiah Rp. 5. Produksiout put desa produksi adalah penghasilan barang-barang yang dibuat atau dihasilkan Sajogyo 1984 mengemukakan bahwa output desa dapat dipakai untuk mengukur jumlah dari seluruh hasil dari bidang dan industri dalam satu tahun yang di nilai Universitas Sumatera Utara dalam rupiah. Berdasarkan besar kecilnya output desa desa dikelompokkan menjadi 3 yaitu: 1 Desa mempunyai output Rp. 50 juta dimasukkan golongan output desa rendah, dengan diberi kode Y1 2 Desa yang mempunyai output Rp. 50—100 juta termasuk desa dengan tingkatan output sedang, diberi kode Y2 3 Desa yang mempunyai output Rp. 100 juta lebih termasuk desa dengan tingkat output tinggi, diberi kode Y3. 6. Adat istiadat Adat istiadat penting dalam menilai tingkat perkembangan suatu desa. Meskipun suatu desa mempunyai faktor-faktor yang memungkinkan untuk berkembang tetapi kalau adat isatiadat masyarakat desa tidak menunjang pembangunan desa maka akan merupakan faktor penghambat bagi perkembangan desa tersebut. Penilaian mengenai adat isitiadat diukur dari 1 Upacaraadat mengenai kelahiran bayi 2 Upacaraadat mengantar anak menjadi dewasa 3 Upacara perkawinan 4 Upacara kematian 5 Upacara pergaulan khususnya antara pria dan wanita 6 Upacara penambalan dan pemetikan padi, pembangunan irigasi dan lain-lain 7 Pantangan-pantangan adat upacara-upacara 8 Sistem hubungan keluarga 9 Pepatah-pepatahpelanggaran-pelanggaran adat dari yang ringan sampai yang berat berikut sanksi-sanksinya Sajogyo, 1983. 7. Kelembagaan Universitas Sumatera Utara Lembaga kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam memperdayakan masyarakat. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat LPM adalah lembaga atau wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra pemerintah desa dalam menampung dan mewujudkan aspirasi serta kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan. Peranan kelembagaan atau lembaga-lembaga didesa adalah merupakan suatu wadah organisasi yang merupakan “motor penggerak” di dalam pembangunan desa maka efektivitas dan motivasi lembaga-lembaga didesa tersebut adalah dipengaruhi oleh faktor endogen di dalam masyarakat di desa itu sendiri dan faktor kelembagaan di desa ditinjau dari dua aspek: 1 Lembaga Pemerintahan Desa Lembaga Pemerintahan Desa dihitung satu meskipun ada : a Kepala Desa b Lembaga DPR sejenis DPR desa c Dewan Pertimbangn Desa d Dewan Musyawarah Desa berdasarkan keadaan desa-desa yang berbeda susunan, organisasi dan kelembagaannya 2 Lembaga bukan Lembaga Pemerintah Desa yang disebut Lembaga Kemasyarakatan, lembaga ini digolongkan atas dasar pembidangan tugas antara lain: a Lembaga Ekonomi : koperasi, lumbung desa, bank kredit desa dan lain-lain b Lembaga Sosial : lembaga sosial desa, panti asuhan Universitas Sumatera Utara c Lembaga Pendidikan : sekolah-sekolah, pramuka dan lain-lain d Lembaga Kesehatan :Poliklinik, Puskesmas dan lain-lain e Lembaga Adat : gotong royong subak, serikat tolong menolong, marga f Lembaga Keagamaan : Islam, Kristen dan lain-lain g Lembaga Kebudayaan : kesenian, olah raga, perkumpulan seni budaya setempat Penilaian kelembagaan digolongkan menjadi: 1 Lembaga yang sederhana diberi kode L1 ciri-ciri sebagai berikut: a Apabila desa mempunyai 1-3 lembaga : 1 lembaga pemerintahan, 1 lembaga ekonomi, 1 lembaga social budaya b Keadaan lembaga-lembaga di desa dalam taraf paling rendah adalah masih taraf sederhana c Sederhana baik jumlahnya maupun cara kerja dan susunan organisasi sehingga dengan demikian lembaga-lembaga tersebut diperlukan pembinaanya dan bimbingan yang lebih efektif d Di desa-deesa yang terisolir banyak terdapat lembaga-lembaga dalam taraf yang masih sederhana 2 Lembaga yang berkembang, diberi kode L2, ciri-ciri sebagai berikut : a Apabila desa mempunyai 4-6 lembaga b Keadaan lembaga-lembaga tersebut di desa dalam taraf mengarah kepada perubahan taraf sederhana ke taraf yang lebih tingkatannya tetapi belum begitu tinggi. Universitas Sumatera Utara c Berkembang disini dalam arti berkembang secara kuantitatif memungkinkan jumlah lembaga bertambah sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat. Disamping itu juga berkembang secara kualitatif dalam arti cara kerja dan susunan organisasinya masih belum begitu mantap dan perlu dikembangkan lebih lanjut. d Lembaga-lembaga dalam taraf perkembangan ini perlu adanya pembinaan, bimbingan dan melengkapi sasarannya lebih baik lagi kearah pertumbuhan selanjutnya. 3 Lembaga-lembaga yang telah maju diberi kode L3 ciri-ciri sebagai berikut: a Pabila desa mempunyai 7-8 lembaga b Maju disini dalam arti maju secara kuantitas dimana jumlah sudah cukup besar secara kualitatif dimana cara kerja, susunan organisasi menuju pemantapan. c Pembinaan lembaga sudah dalam taraf memelihara kelangsungan kerja dan memelihara kelangsungan hidup, sebab lembaga-lembaga sudah dapat memenuhi kebutuhan sendiri. d Taraf maju dan hasil penelitian ini baru dalam kuantitasnya sedang dalam kualitasnya perlu ditingkatkan sehingga betul-betul singkron, efektif, dan efisen. 8. Pendidikan Pendidikan anak didalam keluarga merupakan awal dan sentral bagi pertumbuhan dan perkembangan si anak menjadi individu yang dewasa. Universitas Sumatera Utara Pendidikan itu tidak cukup dilakukan di rumah saja harus juga melalui sekolah. Hasibuan 1994 mengatakan bahwa pendidikan adalah upaya atau kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam segala bidang baik di rumah maupun di luar sekolah. Oleh sebab itu agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh masyarakat sesuai kemampuannya. Maka pendidikan adalah tanggung jawab bersama baik keluarga masyarakat maupun pemerintah. Melalui pendekatan pendidikan formal manusia akan mempunyai wawasan yang luas dalam hidupnya sehingga apa yang terjadi tujuan hidupnya akan lebih terarah atau tercapai. Kaslan 1991 mengatakan bahwa pendidikan merupakan langkah utama sekaligus sebagai penentu alternatif yang tepat guna akan perubahan-perubahan yang tepat dalam usaha tani. Oleh karenanya pendidikan seseorang mempengaruh dalam mengambil keputusan sehingga semakin tinggi pendidikan petani. Maka semakin luas atau maju dalam usaha tani. Dengan demikian pendidikan merupakan salah satu penentu kemajuan masyarakat di suatu desa atau wilayah tertentu. 9. Sarana dan Prasarana Sarana adalah sesuatu yang digunakan sebagai alat untuk mencapai maksud atau tujuan seperti peralatan. Prasarana adalah segala yang menunjukkan terlaksananya suatu proses usaha dan proyek seperti jaringan jalan raya dan rel kereta api Salim, 1992. Prasarana terdiri dari prasarana perhubungan, prasarana produksi, prasarana pemasaran. Penilaian prasarana dasarnya adalah sistem nilai untuk prasarana perhubungan diberi nilai tertinggi daripada kedua prasarana yang Universitas Sumatera Utara lainnya karena lebih khusus universal serta berperan penting bagi hubungan antara desa dan kota dan sebaliknya terutama lalu lintas ekonomi. 1 Prasarana Perhubungan a Apabila desa mempunyai jalan aspal + batu + jalan desa sepanjang tahun dapat dilalui kendaraan bermotor, diberi nilai 50 b Apabila desa mempunyai jalan batu + jalan tanah dan hanya musim tertentu dapat dilalui kendaraan bermotor, sungai besar untuk lalu lintas diberi nilai 30 c Apabila desa mempunyai jalan desa saja da kendaraan bermotor roda empat tak dapat masuk diberi nilai 10 2 Prasarana Produksi a Apabila desa mempunyai waduk + bangunann air teknisselokan, diberi nilai 25 b Apabila desa mempunyai bangunan air setengah teknis + airselokan diberi nilai 15 c Apabila desa mempunyai saluran airselokan liar diberi nilai 5 3 Prasarana Pemasaran a Apabila desa mempunyai pasar + bank kreditkoperasi, lumbung + took-toko kios diberi nilai 25 b Hanya dua jenis prasarana pemasaran, diberi nilai 15 c Hanya satu jenis prasarana pemasaran, diberi nilai 5 Tersedianya sarana dan prasarana jalan diharapkan mobilitas penduduk dan arus barang dan aktivitas ekonomi berjalan dengan lancar baik antar desa maupun dari desa ke kota atau sebaliknya. Di suatu wilayah atau desa tertentu Universitas Sumatera Utara dengan aksesbilitas yang tinggi akan mempunyai tingkat kemajuan yang lebih pesat dibandingkan dengan wilayah atau desa yang aksesbilitas rendah Bintarto, 1997. Oleh karenanya kelengkapan sarana dan prasarana transportasi dapat mewujudkan kemajuan suatu desa di suatu wilayah tertentu. 10. Swadaya dan Gotong Royong Penilaian mengenai swadaya dan gotong royong masyarakat didasarkan atas data-data dari tipologi desa dari jawaban atas pertanyaan pada level seluruh desa dalam 1 kecamatan sehingga dapat digolongkan berdasarkan data-data dengan ciri-ciri sebagai berkut: 1 Tahap swadaya dan gotong royong laten diberi kode Grl terdapat cirri-ciri: a Kehendakkeinginan pimpinan menentukan perkembangan masyarakat b Potensi manusia, alam kebudayaan belum dimanfaatkan secara efektif c Jenis dan kualitas usaha pembangunan cenderung pada bangunan- bangunan fisik non produktif 2 Tahap transisi diberi kode Gr2 antara swadaya dan gotong royong laten ke swadaya dan gotong royong manifest: a Terdapat perencana pembangunan yang ril jangka panjang-jangka pendek b Proses pengambilan keputusan melalui musyawarah dan rapat-rapat penentuan c Adanya usaha pembangunan sebagai kehendak bersama 3 Tahap swadaya dan gotong royong manifest diberi kode Gr3 Universitas Sumatera Utara a Terdapat keterampilan dalam penggunaan potensi pembangunan b Partisipasi masyarakat secara terbuka dalam pelaksanaan dan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan c Pelaksanaan sesuai dengan rencana dan fungsinya. Desa-desa dengan jarak yang dekat dengan kota akan mempunyai kebiasaan yang menyerupai kota meski banyak hal yang masih tetap bertahan terutama kebiasaan dan tata nilai. Gaya hidup dan pandangan terhadap masa depan biasanya mengalami perubahan seiring dengan kemajuan desa.Wilayah dapat ditetapkan sebagai kota dengan pendekatan jumlah penduduk, konsentrasi pemukiman, sarana dan fasilitas, jaringan transportasi dan lainnya. Dirjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum menetapkan jumlah penduduk ibukota kabupaten minimal berpenduduk sebanyak 10.000 jiwa. Pemerintah Republik Indonesia menggolongkan bhawa kota berdasarkan jumlah penduduk sebagai berikut: 1 Kota kecil, jumlah penduduk 20.000 – 50.000 orang, 2 Kota sedang, jumlah penduduk 50.000 – 100.000 orang, 3 Kota besar, jumlah penduduk 100.000 – 1.000.000 orang, 4 Kota metropolis, jumlah penduduk 1.000.000. Dengan demikian banyak pandangan kita berbeda-beda menafsirkan kota dalam kehidupan kita sehari-hari sehingga akan coba dipersatukan dengan beberapa pendapat tentang kota dengan segala perkembangan yang dapat dilihat dari kehidupan dan aktifitas di dalamnya. Bintarto 1989 mengemukakan bahwa Kota dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan corak materialistis atau dapat pula diartikan dari sudut sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan Universitas Sumatera Utara non alami dengan gejala-gejala pemutusan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibanding dengan daerah belakangnya. Kajian tentang kota memiliki beberapa perbedaan hal ini ditinjau dari beberapa disiplin ilmu yang memandang adanya perbedaan adanya perbedaan diantaranya dari segi ekonomi, ekologi, kependudukan, transportasi ataupun geografi. Kajian ilmu geografi mengenai kota ditekankan kepada aspek keruangan kota. Grunfeld dalam Daldjoeni 1992 mengemukakan bahwa kota sebagai suatu pola pemukiman dengan kepadatan penduduk yang lebih besar dari pada kepadatan penduduk wilayah nasional dengan struktur mata pencarian non agraris dan tata guna lahan tanah yang beraneka ragam serta dengan pergedungan yang berdiri berdekatan. Yunus 2001 mendefinisikan kota dengan melihat penggunaan lahan bahwa kota sebagai suatu daerah tertentu dengan karakteristik tata guna lahan non agraris. Tata guna lahan dimana sebagian tertutup oleh bangunan yang bersifat secara umum Building Coverage lebih banyak dari pada Vegetation Coverage kependudukan mengalami perubahan yang tinggi, pola jaringan jalan yang kompleks dan relatif lebih pada satuan pemukiman disekitarnya. Meistar Sinulingga,1999 mengatakan kota sebagai suatu pemusatan keruangan dari tempat tinggal dan tempat kerja manusia yang kegiatannya umum di sektor sekunder dan tertier dengan pembagian kerja di dalam arus lalu lintas yang beranekaragam antara bagian-bagiannya dan pusat pertumbuhannya sebagian besar disebabkan oleh tambahan kaum pendatang dan maupun melayani kebutuhan barang dan jasa yang jauh letaknya. Universitas Sumatera Utara Dalam sebuah pendekatan kota dari segi morfologi kota seperti dikemukakan conzen dalam yunus 1999 mengemukakan bahwa analisis morfologi kota didasarkan areal yang secara fisik menunjukkan kenampakan perkotaan town scapes. Daerah yang memiliki pusat pembangunan tidak dapat terlepas terhadap daerah belakang hinterland yang ada di sekitar pusat pembangunan tersebut. Pembangunan pada dasarnya untuk menciptakan suasana kehidupan yang harmonis terhadap daerah sekitar akan akan lebih memiliki nilai lebi terhadap percepatan daerah itu sendiri daerah belakang atau hinterland pada dasarnya menjadi salah satu faktor yang bernilai terhadap daerah tujuan. Daldjoni 1987 mengemukakan bahwa besar kecilnya perkembangan suatu daerah sangat ditentukan oleh faktor-faktor geografi yang dimiliki suatu daerah trertentu yang diantaranya yaitu relasi keruangan yang menyangkut lokasi, posisi, luas dan jarak, topografi, iklim, jenis tanah, sumber air, sumber mineral dan relasi daerah tersebut dengan daerah lain.

2.5. Masyarakat Desa Kota